DUA bulan lalu Indosat baru memasarkan alat perekam pesan telepon yang dinamai Invobox, sekarang sudah disusul oleh Intidaya Sistelindo dan Primadaya Konsulindo Pratama. Keduanya memperkenalkan bisnis baru telekomunikasi, yang beken disebut "bizcall" ini. "Bizcall" berbeda dengan mesin yang bernama "answering machine". Selain alatnya disewa, pelanggan "bizcall" tak perlu punya telepon. Malah pelanggan akan mendapat nomor telepon khusus untuk menerima pesan. Penelepon tinggal memutar nomor si pelanggan, lalu pesan pun diucapkan. Penelepon dijamin menembus nomor itu, soalnya "bizcall" mampu menampung beberapa pesan sekaligus. Keistimewaan lain, rahasia terjaga karena pelanggan punya password alias kode khusus. Pesan bisa disimpan sampai delapan hari, bisa diputar ulang, dan ditransfer ke nomor "bizcall" lainnya. Di banding dengan Invobox, "bizcall" punya kelebihan karena bisa ditelepon dari telepon koin. Namun, PT Telkom lebih suka menyerahkan bisnis jasa ini kepada swasta. "Kami cukup menampung biaya pulsa saja," kata Cacuk Sudarijanto, direktur utama Telkom. Dari sewa bulanan, yang besarnya mulai dari Rp 25.000, Telkom mendapat setoran sesudah tiga bulan pertama. Setoran kuartal kedua sebesar 5% dari penghasilan, kuartal berikutnya 10%, dan sesudah itu 15%. Namun, baru Intidaya -- sebagian sahamnya milik manajer terkenal Tanri Abeng -- yang setuju dengan tarif Telkom itu. Menurut Direktur Pemasarannya, Iwan Mulyawan, sejak awal bulan ini Intidaya mempunyai 700 pelanggan, sebagian besar perorangan. Sebaliknya Primadaya -- milik Rahardjo Tjakraningrat -- belum beroperasi. "Belum ada kesepakatan dengan Telkom, antara lain soal pembagian pendapatan," tutur Hedwin Landjumin, Direktur Primadaya. Dengan investasi sekitar dua milyar, bisnis ini agaknya cocok dipasarkan kepada pengusaha yang jalur teleponnya padat. Lagi pula, "Pesannya jelas, bisa ketahuan bohong atau tidak," ujar Khrisna, penyiar Radio Khrisna, yang pelanggan Intidaya itu. Satu hal, pelanggan jangan malas mengecek isi kotak perekam. Soalnya, bila ada lima pesan menumpuk, pesan berikutnya tak bisa terekam lagi. ATG, Nunik Iswardhani, dan Linda Djalil
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini