Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis perekam pesan

Swasta menawarkan bisnis baru, yakni "bizcall". telkom hanya memungut biaya pulsa.

15 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA bulan lalu Indosat baru memasarkan alat perekam pesan telepon yang dinamai Invobox, sekarang sudah disusul oleh Intidaya Sistelindo dan Primadaya Konsulindo Pratama. Keduanya memperkenalkan bisnis baru telekomunikasi, yang beken disebut "bizcall" ini. "Bizcall" berbeda dengan mesin yang bernama "answering machine". Selain alatnya disewa, pelanggan "bizcall" tak perlu punya telepon. Malah pelanggan akan mendapat nomor telepon khusus untuk menerima pesan. Penelepon tinggal memutar nomor si pelanggan, lalu pesan pun diucapkan. Penelepon dijamin menembus nomor itu, soalnya "bizcall" mampu menampung beberapa pesan sekaligus. Keistimewaan lain, rahasia terjaga karena pelanggan punya password alias kode khusus. Pesan bisa disimpan sampai delapan hari, bisa diputar ulang, dan ditransfer ke nomor "bizcall" lainnya. Di banding dengan Invobox, "bizcall" punya kelebihan karena bisa ditelepon dari telepon koin. Namun, PT Telkom lebih suka menyerahkan bisnis jasa ini kepada swasta. "Kami cukup menampung biaya pulsa saja," kata Cacuk Sudarijanto, direktur utama Telkom. Dari sewa bulanan, yang besarnya mulai dari Rp 25.000, Telkom mendapat setoran sesudah tiga bulan pertama. Setoran kuartal kedua sebesar 5% dari penghasilan, kuartal berikutnya 10%, dan sesudah itu 15%. Namun, baru Intidaya -- sebagian sahamnya milik manajer terkenal Tanri Abeng -- yang setuju dengan tarif Telkom itu. Menurut Direktur Pemasarannya, Iwan Mulyawan, sejak awal bulan ini Intidaya mempunyai 700 pelanggan, sebagian besar perorangan. Sebaliknya Primadaya -- milik Rahardjo Tjakraningrat -- belum beroperasi. "Belum ada kesepakatan dengan Telkom, antara lain soal pembagian pendapatan," tutur Hedwin Landjumin, Direktur Primadaya. Dengan investasi sekitar dua milyar, bisnis ini agaknya cocok dipasarkan kepada pengusaha yang jalur teleponnya padat. Lagi pula, "Pesannya jelas, bisa ketahuan bohong atau tidak," ujar Khrisna, penyiar Radio Khrisna, yang pelanggan Intidaya itu. Satu hal, pelanggan jangan malas mengecek isi kotak perekam. Soalnya, bila ada lima pesan menumpuk, pesan berikutnya tak bisa terekam lagi. ATG, Nunik Iswardhani, dan Linda Djalil

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus