Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis Sepekan

30 April 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Uang Damai dari Newmont

Perseteruan Pemda Minahasa dengan PT Newmont Minahasa Raya yang telah berlangsung berbulan-bulan berakhir damai. Rabu pekan lalu, keduanya sepakat duduk di meja perundingan. Proses hukum di pengadilan disetop. Pemda Minahasa bersedia mencabut gugatannya senilai Rp 61,5 miliar, sebaliknya Newmont mau membayar kompensasi dan retribusi galian C sebesar US$ 500 ribu. Jumlah ini jauh lebih kecil dari yang dituntut oleh Pemda Minahasa senilai US$ 2,4 juta.

Penyelesaian di luar pengadilan akhirnya tercapai, tapi urusan serupa Newmont bisa saja terjadi di provinsi atau kabupaten lain. Soalnya, banyak perusahaan pertambangan dan perusahaan lain yang juga memanfaatkan sumber daya alam di berbagai daerah. Para investor itu meneken kontrak dengan pemerintah pusat, beroperasi di daerah tanpa melibatkan ”penguasa” daerah. Bahkan, investor lokal pun kebanyakan masuk ke daerah dari Jakarta. Dan inilah potensi konflik yang tersembunyi jika kelak otonomi daerah diberlakukan. Kalau penyelesaian tak memuaskan, para investor ini bakal kabur. Tanda-tandanya sudah ada: ketika kasus Newmont muncul, sudah ada 16 investor yang bersiap-siap memindahkan investasinya ke luar Indonesia. Itu artinya ekonomi daerah, dan juga pusat, akan semakin seret berputar.

Kartana Naik Pangkat di Indosat

Pemilihan Direktur Utama Indosat, Kamis pekan lalu, berlangsung mulus. Hari Kartana, yang sekarang menjadi Direktur Utama PT Patrakomindo, anak perusahaan Indosat, naik pangkat menjadi orang pertama di perusahaan jasa telepon saluran internasional (SLI) itu. Tapi, isu kontan merebak: Hari diangkat berkat dukungan partai politik pendukung Presiden Gus Dur. Modus seperti ini juga terjadi ketika Dirut Telkom yang baru terpilih. Dan yang dituding sebagai ”operator” urusan begini adalah Rozy Munir, Sekretaris Menteri Negara Penanaman Modal/Pembinaan BUMN. Tokoh Nahdlatul Ulama itu membantah habis tudingan itu. Tapi orang akhirnya berpikir tentang kemampuan Hari Kartana, yang namanya ”nyaris tak terdengar” selama ini.

Hari Kartana tak peduli dengan semua sorotan ini. Sejak awal, Hari langsung mencanangkan tekadnya untuk mengubah fokus bisnis Indosat dari SLI ke empat bisnis potensial, masing-masing infrastruktur backbone, telepon seluler, internet, dan multimedia. Pilihan itu tak terelakkan karena pemerintah akan menghapus hak eksklusif Indosat di bisnis SLI pada tahun 2005. Karena itu, Indosat harus bersiap sejak sekarang. Hari memperkirakan, pada tahun 2005 nanti empat bisnis utama Indosat itu akan menyumbang 40 persen dari pendapatan Indosat. Saat ini, 85 persen pendapatan Indosat masih disumbang oleh SLI.

Hari juga bakal menunda rencana merger dengan Telkom, yang sebelumnya sudah disetujui baik oleh Telkom maupun Indosat sendiri. ”Biarkan dua perusahaan ini berkembang menjadi perusahaan yang kuat dan mampu bersaing di pentas internasional,” katanya. Hari Kartana perlu diberi waktu untuk membuktikan ucapannya.

Solusi Utang Indocement

Ini kabar baik bagi pemegang saham PT Indocement Tunggal Prakarsa. Dengan bantuan Credit Suisse First Boston, pabrik semen terbesar kedua Indonesia itu telah menyelesaikan usulan restrukturisasi kredit, Jumat lalu. Dalam proposal ini disebutkan bahwa paling sedikit US$ 150 juta utang Indocement akan dibeli pabrik semen Jerman, Heidelberger Zement AG. Imbalannya, Heidelberger akan mendapatkan sebagian saham Indocement. Dengan cara debt-to-equity swap ini, Heidelberger akan menjadi partner strategis bagi pabrik semen milik Liem Sioe Liong itu.

Berpartner dengan Heidelberger saja tentu tidak cukup untuk menyelesaikan utang Indocement yang begitu dahsyat. Karena itu, proposal ini mengusulkan perpanjangan pelunasan US$ 1,16 miliar utang Indocement yang lain. Utang puluhan triliun rupiah itu diusulkan agar bisa diperpanjang sampai delapan tahun, dengan bunga dua persen di atas rata-rata bunga pinjaman antarbank di London (LIBOR) pada lima tahun pertama. Selain memperpanjang masa pelunasan, restrukturisasi utang ini juga menyiapkan merger antara Indocement dan pabrik semen milik Om Liem yang lain, yaitu Indo Kodeco Cement.

Menurut Indocement, usulan ini dibeking penuh para kreditur besar seperti Bank of America, Chase Manhattan Bank, Marubeni Corporation, dan Bank of Tokyo-Mitsubishi. Diharapkan perjanjian restrukturisasi kredit ini sudah akan disetujui September mendatang. Moga-moga saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum