Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertamina Keok Lagi
Pertamina kembali keok dalam sengketa dengan Karaha Bodas Company (KBC), pengembang proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi Karaha di Garut, Jawa Barat. Mahkamah Agung Amerika Serikat menetapkan, Pertamina harus membayar ganti rugi kepada Karaha sesuai dengan keputusan Badan Arbitrase Internasional. Pada Desember 2000, Arbitrase Internasional memenangkan gugatan KBC dan mewajibkan Pertamina membayar ganti rugi US$ 261 juta (setara dengan Rp 2,35 triliun). Kini, ganti rugi itu membengkak menjadi US$ 299 juta atau sekitar Rp 2,7 triliun lantaran ditambah bunga.
Direktur Keuangan Pertamina Alfred Rohimone mengatakan bahwa keputusan itu ditetapkan Mahkamah Agung Amerika pada 4 Oktober silam. Selang dua hari, pengadilan langsung menyita dana Pertamina US$ 29 juta yang tersimpan dalam 15 rekening pemerintah Indonesia yang dibekukan di Bank of America dan Bank of New York. Dengan keputusan tersebut, ruang Pertamina untuk ?melawan? KBC dalam koridor hukum praktis tertutup.
Bahkan pintu negosiasi untuk meminta pengurangan jumlah ganti rugi juga tertutup rapat. Keputusan ini juga membuat KBC semakin gencar melakukan penyitaan atas aset-aset Pertamina. ?Pertamina minta dana US$ 300 juta yang masih tertahan di dua bank di Amerika itu tidak disita karena milik pemerintah Indonesia,? kata Alfred, Kamis pekan lalu. Tim pengacara Pertamina menyarankan agar mengajukan appeal atau permohonan dalam tempo 30 hari. Pemerintah, kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Aburizal Bakrie, akan menjadikannya salah satu prioritas yang bakal segera diselesaikan.
Cerutu Kretek Tarumartani
Cerutu rasa kretek pertama di dunia akan hadir di tengah para penikmat asap tembakau. Cerutu Kretek Ta-rumartani namanya. Rokok ini lahir dari kerja sama tiga perusahaan, yaitu Pabrik Cerutu Tarumartani, Yogyakarta, sebagai produsen, PT Yogyakarta Tembakau Indonesia untuk kreteknya, dan H.M. Sampoerna sebagai penyelia. ?Rokok ini diharapkan bisa menjadi ciri cerutu Yogya. Orang kan tahunya cerutu identik dengan negara asalnya, Kuba,? kata Direktur Utama Pabrik Cerutu Taru- martani, Bimo. Cerutu rasa kretek ini ada enam racikan, masing-masing diberi kode ND (Ngarsa Dalem), HB (Hamengku Buwono), Glove Cigar, Lions, Black Cigar, dan Sumatera.
Menurut Bimo, produk baru ini bukan hanya untuk penikmat rokok Kretek, tapi juga penikmat cerutu. Ia berharap cerutu asli Yogya ini bisa menjembatani para penikmat cerutu dengan penyuka kretek. Karena itu, harganya berada di tengah-tengah. Lebih mahal dari kretek, tapi lebih murah dari cerutu. ?Yang kecil sekitar Rp 10 ribu dan yang besar sekitar Rp 25 ribu,? papar Bimo. Sambil menunggu kelahiran rokok ini sembilan bulan mendatang, Pabrik Cerutu Tarumartani sebagai badan usaha milik daerah ini mulai memproduksi 160 ribu batang per bulan. Sasaran pasarnya orang yang punya hubungan dengan Yogya dan juga penikmat asap di seluruh penjuru dunia.
Tarif Bus Akan Naik
Pemerintah akhirnya memenuhi permintaan para pengusaha bus yang menginginkan kenaikan tarif. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat mengusulkan tarif bus antarkota dalam provinsi maupun antarprovinsi kelas ekonomi naik tujuh persen. Jika usulan ini disetujui, tarif dasar bus yang tadinya Rp 63 per penumpang per kilometer akan naik menjadi Rp 67,5 per penumpang per kilometer. ?Usulan sudah lama untuk membantu kelangsungan usaha bus,? kata Iskandar Abubakar, Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Rabu pekan lalu.
Menurut Iskandar, tarif bus kelas ekonomi, mau tidak mau, harus dinaikkan. Alasannya, Lebaran nanti, Departemen Perhubungan tidak akan memberikan tuslah untuk tarif angkutan Lebaran. Ini kali kedua pemerintah tidak menetapkan tuslah. Kenaikan tarif bus tersebut tinggal menunggu persetujuan Menteri Perhubungan Hatta Radjasa, yang baru dilantik pada Jumat pekan lalu. ?Bila disetujui, maka pada angkutan Lebaran tahun ini berlaku tarif baru,? ujarnya.
Selama masa Lebaran, pengusaha bus diberi kebebasan menetapkan besaran tarif dalam koridor batas atas dan bawah. Kalau kenaikan disetujui, batas atas untuk wilayah Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (I) ditetapkan Rp 81 per penumpang per kilometer, sedangkan Kalimantan dan Sulawesi (II) Rp 90 per penumpang per kilometer. Batas bawah untuk wilayah I Rp 54 per penumpang per kilometer dan wilayah II Rp 60.
Produksi Gula Naik
Perbaikan teknik budidaya tebu rupanya mampu mendongkrak produksi gula petani. Produksi gula nasional yang tadinya 1,631 juta ton pada 2003 meningkat menjadi 2 juta ton pada 2004. Menurut mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih, perbaikan itu dicapai melalui penyediaan bibit unggul, penyediaan sarana pengairan kecil khusus areal tebu lahan kering, dan penyediaan kredit dari perbankan. Perbaikan ini juga mendorong peningkatan produktivitas tebu dari 67,4 ton per hektare pada 2003 menjadi 77,9 ton pada 2004. Rendemen juga meningkat dari 7,21 persen menjadi 7,62 persen. Sedangkan produktivitas hablurnya naik dari 4,86 ton per hektare menjadi 5,94 ton.
Bungaran memperkirakan, produksi gula nasional pada 2005 akan mencapai 2,2 juta ton dan 3,2 juta ton pada tahun 2008. Ketua Asosiasi Petani Tebu, Wahid Abdul Wahid, mengatakan, saat ini harga lelang gula per kilogram berkisar Rp 3.500 sampai Rp 3.600. Dengan biaya produksi Rp 3.200 berarti memberi keuntungan yang cukup bagi jasa perdagangan. ?Dengan harga itu, petani atau produsen dapat memperoleh insentif berproduksi. Ini merangsang para produsen meningkatkan produksi,? ujarnya. Wahid juga menyambut baik rencana pemerintah merevitalisasi pabrik gula. ?Bagaimanapun, mesin-mesin pabrik gula sudah sangat tua. Untuk meningkatkan produksi gula, mestinya ada revitalisasi pabrik gula,? ujarnya.
India Gandeng Timor
Mahindra & Mahindra Limited, perusahaan otomotif India, menyatakan komitmennya berinvestasi di sektor otomotif di Indonesia pada 2005. Rencananya, perusahaan ini akan menggandeng PT Timor Putra Nasional. Menurut Dirjen Industri Logam, Mesin, Elektronika, dan Aneka Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Subagyo, pada tahap pertama perusahaan ini yang di negara asalnya memproduksi mobil bermerek Mahendra ini akan memasarkan mobil jenis sport utility vehicle. Saat ini pihak Mahindra & Mahindra Limited sudah bertemu dengan manajemen Timor sekaligus meninjau fasilitas perakitan mobil Timor di Cikampek.
Dengan masuknya Mahindra, jumlah pemain baru di bisnis otomotif di Indonesia akan bertambah. Sebelumnya, Great Wall Motor (Cina), Proton (Malaysia), dan Fiat (Italia) sudah menyatakan komitmen untuk masuk ke industri otomotif di Indonesia. Ketiga perusahaan ini rencananya juga akan memulai investasi tahun depan. Selain Great Wall Motor, kata Subagyo, pemerintah juga mendorong masuk investor lain dari Cina. Dalam pertemuan lanjutan dengan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Cina, pemerintah akan menyodorkan sejumlah nama industriawan Indonesia yang bersedia bekerja sama dengan investor Cina.
PTDI Jual Anak Perusahaan
PT Dirgantara Indonesia akan menjual seluruh sahamnya (99,9 persen) di Nusantara Turbine and Propulsion. Penawaran anak perusahaan Dirgantara ini sudah dilakukan sejak pertengahan tahun ini. ?Sampai kini, ada delapan bidders (penawar) yang sudah menyampaikan Penawaran Tidak Mengikat, di antara-nya Medco, Solar Singapore, PT Mercusuar, Indonesia Power, dan PLN,? kata Direktur Keuangan Dirgantara Hidayat Hasan kepada Rinny Srihartini dari Tempo, Jumat pekan lalu.
Manajemen Dirgantara berharap anak perusahaannya bisa laku dijual US$ 50 juta atau sekitar Rp 450 miliar. Namun, Hidayat menolak mengungkapkan harga dasar (floor price) yang akan ditawarkan dalam lelang nanti. Nusantara Turbine merupakan anak perusahaan Dirgantara yang masih mampu mencetak laba. Tahun ini, kata Hidayat, perusahaan yang memiliki 362 karyawan ini mampu mencatat penjualan sampai Rp 180 miliar.
Meskipun demikian, penjualan ini tak terhindarkan karena Dirgantara memiliki utang jangka pendek kepada pemerintah US$ 65 juta. Utang tersebut antara lain dipakai untuk membayar pesangon kepada enam ribu karyawan Dirgantara. Utang ini jatuh tempo pada akhir 2005.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo