Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan dilihat dari 2018 sampai dengan realisasi 2020, dan target 2021, volume impor premium atau BBM RON 88 memiliki tren menurun.
"Tahun lalu 60,7 juta barel yang kita impor dan di tahun ini juga akan menurun," kata Nicke dalam rapat dengan komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 9 Februari 2021.
Penurunan volume impor premium terjadi karena adanya shifting dari Premium ke Pertalite atau RON 90. Di mana, kata dia, untuk Pertalite merupakan campuran antara Premium dengan Pertamax atau RON 92.
"Karena itu penurunan impor premium, secara volume yang sama, kami menambah volume impor dari Pertamax untuk dicampur jadi Pertalite," kata dia.
Adapun pada 2018, volume impor Premium sebanyak 57,2 juta barel, pada 2019 sebesar 70,3 juta barel, dan 2020 sebesar 60,7 juta barel. Sedangkan perkiraan 2021 volume impor Premium sebanyak 53,7 juta barel.
Sedangkan volume impor Pertamax atau sebesar 55,5 juta barel pada 2018, 48,4 juta barel pada 2019, pada 2020 sebesar 37,1 juta barel. Sedangkan rencana volume impor Pertamax 2021 sebesar 59,3.
Adapun dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) Pertamina 2021, harga minyak akan di level US$ 51 per barel, di mana pada Januari 2021 sudah mencapai US$ 59 per barel.
Sedangkan rata-rata harga impor bensin pada 2020 yaitu US$ 45,5 per barel untuk jenis Premium dan harga rata-rata impor bensin Pertamax sekitar US$ 45,7 per barel.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: Pemeritah Didorong Segera Terapkan Kebijakan Bahan Bakar Bersih
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini