ENAM tahun lalu Bremen di Djerman Barat merajakan ulang tahunnja
jang keseribu sebagai tempat pemasaran intemasional untuk segala
djenis barang. Bremen kota perkapalan dan perdagangan jang sudah
hla sekali kini punja kapasitas menampung 14. 000 kapal laut
jang datang dari limapuluh negara setiap tahunnja. Sedang
kapasitas pengangkutan dari dan ke Bremen meliputi 17 djuta ton
setahun. Koresponden TEMPO di Bremen Sori Siregar tidak lupa
melaporkan sang merah putih masih tegak berkibar dikota tua ini.
Bukan sadja didaerah pelabuhan Bremen tapi djuga sering
kelihatan beberapa gedung disana memasang bendera merah-putih.
Tulis Sori Ini merupakan pertanda tidak kurang dari 125 orang
Indonesia berdomisili disana termasuk diantaranja orang-orang
jang aktif terlibat dalam pelelangan tembakau kita. Berikut ini
adalah laporannja tentang pasar lelang tembakau Indonesia disana
disertai wawantjara dengan Amir Perpatih ketua Badan Komisi
Tembakau Indonesia di Bremen dan Zachlul Agus seorang anggota
Komisi.
PERKAPALAN, penerbangan, badja dan listrik merupakan sekawan
industri jang paling kuat di Bremen. Industri dok disana
membangun kapal-kapal laut berdaja angkut sampai 150.000 ton.
Demikian pula tidak boleh diabaikan pabrik-pabrik pengolahan
bahan-bahan mentah dari seberang dan industri tekstil serta
pabrik-pabrik penggorengan kopi. Namun demikian, buat orang
Indonesia, barang perdagangan jang paling penting disana adalah
tembakau. Hasii jang tinggi nilainja ini sudah lama bertjokol
disana, sedjak abad ke 17. Bagi tembakau tjerutu, kota ini
merupakan pangkalan impor dan perdagangan Djerman Barat jang
paling penting. Sedjak tahun 1959, Bremen mendjadi pusat
pemasaran untuk semua tembakau ekspor Indonesia. Dan sedjak itu
pula omzet tembakau kita meliputi lebih dari seribu djuta Mark .
Perpatih. Biasanja kita melelang tembakau sebanjak duabelas kali
setahun atau maksimum sampai 14 kali. Ini tergantung arus
tembakau jang dikirim dari lndonesia. "Uang jang masuk dari
tembakau Sumatra ditahun 1965 tidak kurang dari 77,5 djuta
Mark", kata Amir Perpatih. Orang jang sudah lama berdomisili di
Bremen itu mendjelaskan siapa-siapa sadja jang mendjadi
langganan setia tembakau Deli. "Djerman Barat, Denmark, Inggeris
dan Belanda", katanja.
Ini masih ditambah dengan tiga negeri jang tampaknja makin
menjukai tembakau Deli: Swedia, Belgia dan Swiss. Tembakau dari
daerah jang dikenal sebagai Vorstenlanden asal Jogja dan Klaten
demikian Amir melandjutkan, umumnja dibeli negara-negara Swiss,
DJerman Barat dan Belanda. Tapi jang berasal dari Besuki,
katanja lagi, suka dibeli negara negara Djerman Barat, Belanda,
Denmark, Belgia dan Perantjis. Sedang Austria dan Norwegia
sekali-sekali muntjul djuga digelanggang lelang.
Walaupun sulah diketahui kesukaan negara-negara pembeli,
demikian pula tentang djenis-djenis tembakaunja, masih djuga
terdjadi kekeliruan jang bukan kepalang ditahun 19G5. Ditahun
itu Pemerintah kita telah mengapalkan 41.000 bal tembakau @ 80
kilogram. Ternjata dari djumlah sebanjak itu, pembeli-pembeli
Eropa hanja mau menampung separohnja. Akibatnja, harga
tembakau-pun djatuh tidak karuan. Dan harga makin mundur lagi
ketika pihak Komisi Tembakau Indonesia di Bremen terpaksa
menempuh pendjualan dibawah tangan, jang dengan sendirinja
berarti mendjual djauh dibawah harga lelang. Walaupun sedjak
tahun djelek itu, pengiriman sudah djauh lebih teratur, orang
tembakau jang dojan mengisap tjerutu itu mengakui "akibat
kekeliruan tadi sakitnja masih terasa sampai tahun 1969".
Mengapa sampai bisa terdjadi penawaran jang djauh tidak
seimbang dengan permintaan, itulah soalnja. Barangkali
disebabkan informasi jang salah tentang pasaran. Barangkali pula
karena optimis ingin berspekulasi. Tapi jang pasti, tembakau
jang dikirim ke Bremen setiap tahun ditentu-kan Departemen
Perdagangan atas saran-saran jang masuk dari Badan Komisi
Tembakau Indonesia jang lama sudah bermarkas dikota tua itu.
Amplop. Ada tiga penampung tembakau kita di Bremen. Jang dikirim
liwat Jajasan Perkebunan Rakjat ditampung oleh PERRIN
(Perkebunan Rakjat Indonesia) di Bremen. Tembakau jang dikirim
pihak swasta ditampung TERMINDO (Tembakau Indonesia), sedang
DITH, singkatan dari Deutsch Indonesiche Tabaks
Handelgesellschaft menampung tembakau jang dikirim PPN. Kendati
ketiga badan tersebut mempunjai legalitas menampung, mereka
tidak boleh melelangnja begitu sadja tanpa mendapat persetudjuan
Badan Komisi Tembakau Indonesia, jang anggota-anggotanJa terdiri
dari orang-orang Departemen Perdagangan, Pertanian dan Biro
Lalulintas Devisa.
Sebelum tembakau dilelang, ketiga badan penampung itu
merundingkan dulu harga-harga penawaran jang dapat diterima.
Misalnja badan komisi dan badan penampung menetapkan
antjer-antjer harga sekian. Kalau harga penawaran sudah
mentjapai djumlah maksimum tembakau jang bisa didjual, baru
penawaran tertinggi dilempar kepada pembeli. Sering terdjadi
harga tertinggi tidak disambut pembeli. Dalam hal ini, tembakau
untuk sementara bisa ditahan, sampai pembeli-pembeli mau
meninggikan tawaran mereka.
Waktu pelelangan biasanja djatuh antara Mei sampai Desember,
ketjuali pada pertengahan Djuli sampai dengan Agustus. Maka
ketika atjara lelang dimulai para pembeli dari berbagai negara
berdatangan. Kepada mereka masing-masing disodorkan formulir
penawaran dalam amplop tertutup. Tawaran masing-masing diadjukan
dalam formulir jang semuanja dikumpulkan dalam kotak besar.
Semua itu dilakukan setjara bebas tapi rahasia, sama halnja
seperti aturan permainan semestinja dalam pemilihan umum. Maka
begitu semua formulir sudah terkumpul, komisi bersama-sama
dengan-badan penampung meneliti setiap penawaran jang masuk.
Sang tembakau itupun akan diberikan kepada penawar tertinggi
jang mentjapai harga tertinggi sepertl ditetapkan komisi. Tapi
kalau sekiranja penawaran belum mentjapai harga jang ditetapkan,
pelelangan tidak djadi dilakukan dan kepada penawar tertinggi
diminta untuk menaikkan tawarannja. Demikianlah pelelangan itu
achirnja terdjadi djuga setelah pihak pembeli berani menaikkan
tawarannja mentjapai harga jang diminta.
Adakah kemungkinan muntjulnja seorang monopolis disini? "Itu
djarang terdjadi", djawab Perpatih. "Masing-masing djenis
tembakau itu sudah ada pembelinja. Djenis-djenisnja djuga tjukup
bervariasi sampai 20 matjam". Sudah tentu untuk bisa bertahan
pada harga jang tinggi, itu tergantung sangat dari sang mutu,
djuga dipengaruhi faktor saingan jang muntjul dari Kamerun,
Italia, Connecticut dan Brazil. Akibatnja djuga sudah dirasakan.
Tembakau kita ekspornja mundur dari tahun ketahun (lihat box)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini