Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bremen: Kotak Tembakau

Ekspor tembakau Indonesia ke Bremen melalui Yayasan Perkebunan Rakyat ditampung Perrin, melalui swasta ditampung Termindo, sebelum dilelang penampung merundingkan harga.

26 Juni 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENAM tahun lalu Bremen di Djerman Barat merajakan ulang tahunnja jang keseribu sebagai tempat pemasaran intemasional untuk segala djenis barang. Bremen kota perkapalan dan perdagangan jang sudah hla sekali kini punja kapasitas menampung 14. 000 kapal laut jang datang dari limapuluh negara setiap tahunnja. Sedang kapasitas pengangkutan dari dan ke Bremen meliputi 17 djuta ton setahun. Koresponden TEMPO di Bremen Sori Siregar tidak lupa melaporkan sang merah putih masih tegak berkibar dikota tua ini. Bukan sadja didaerah pelabuhan Bremen tapi djuga sering kelihatan beberapa gedung disana memasang bendera merah-putih. Tulis Sori Ini merupakan pertanda tidak kurang dari 125 orang Indonesia berdomisili disana termasuk diantaranja orang-orang jang aktif terlibat dalam pelelangan tembakau kita. Berikut ini adalah laporannja tentang pasar lelang tembakau Indonesia disana disertai wawantjara dengan Amir Perpatih ketua Badan Komisi Tembakau Indonesia di Bremen dan Zachlul Agus seorang anggota Komisi. PERKAPALAN, penerbangan, badja dan listrik merupakan sekawan industri jang paling kuat di Bremen. Industri dok disana membangun kapal-kapal laut berdaja angkut sampai 150.000 ton. Demikian pula tidak boleh diabaikan pabrik-pabrik pengolahan bahan-bahan mentah dari seberang dan industri tekstil serta pabrik-pabrik penggorengan kopi. Namun demikian, buat orang Indonesia, barang perdagangan jang paling penting disana adalah tembakau. Hasii jang tinggi nilainja ini sudah lama bertjokol disana, sedjak abad ke 17. Bagi tembakau tjerutu, kota ini merupakan pangkalan impor dan perdagangan Djerman Barat jang paling penting. Sedjak tahun 1959, Bremen mendjadi pusat pemasaran untuk semua tembakau ekspor Indonesia. Dan sedjak itu pula omzet tembakau kita meliputi lebih dari seribu djuta Mark . Perpatih. Biasanja kita melelang tembakau sebanjak duabelas kali setahun atau maksimum sampai 14 kali. Ini tergantung arus tembakau jang dikirim dari lndonesia. "Uang jang masuk dari tembakau Sumatra ditahun 1965 tidak kurang dari 77,5 djuta Mark", kata Amir Perpatih. Orang jang sudah lama berdomisili di Bremen itu mendjelaskan siapa-siapa sadja jang mendjadi langganan setia tembakau Deli. "Djerman Barat, Denmark, Inggeris dan Belanda", katanja. Ini masih ditambah dengan tiga negeri jang tampaknja makin menjukai tembakau Deli: Swedia, Belgia dan Swiss. Tembakau dari daerah jang dikenal sebagai Vorstenlanden asal Jogja dan Klaten demikian Amir melandjutkan, umumnja dibeli negara-negara Swiss, DJerman Barat dan Belanda. Tapi jang berasal dari Besuki, katanja lagi, suka dibeli negara negara Djerman Barat, Belanda, Denmark, Belgia dan Perantjis. Sedang Austria dan Norwegia sekali-sekali muntjul djuga digelanggang lelang. Walaupun sulah diketahui kesukaan negara-negara pembeli, demikian pula tentang djenis-djenis tembakaunja, masih djuga terdjadi kekeliruan jang bukan kepalang ditahun 19G5. Ditahun itu Pemerintah kita telah mengapalkan 41.000 bal tembakau @ 80 kilogram. Ternjata dari djumlah sebanjak itu, pembeli-pembeli Eropa hanja mau menampung separohnja. Akibatnja, harga tembakau-pun djatuh tidak karuan. Dan harga makin mundur lagi ketika pihak Komisi Tembakau Indonesia di Bremen terpaksa menempuh pendjualan dibawah tangan, jang dengan sendirinja berarti mendjual djauh dibawah harga lelang. Walaupun sedjak tahun djelek itu, pengiriman sudah djauh lebih teratur, orang tembakau jang dojan mengisap tjerutu itu mengakui "akibat kekeliruan tadi sakitnja masih terasa sampai tahun 1969". Mengapa sampai bisa terdjadi penawaran jang djauh tidak seimbang dengan permintaan, itulah soalnja. Barangkali disebabkan informasi jang salah tentang pasaran. Barangkali pula karena optimis ingin berspekulasi. Tapi jang pasti, tembakau jang dikirim ke Bremen setiap tahun ditentu-kan Departemen Perdagangan atas saran-saran jang masuk dari Badan Komisi Tembakau Indonesia jang lama sudah bermarkas dikota tua itu. Amplop. Ada tiga penampung tembakau kita di Bremen. Jang dikirim liwat Jajasan Perkebunan Rakjat ditampung oleh PERRIN (Perkebunan Rakjat Indonesia) di Bremen. Tembakau jang dikirim pihak swasta ditampung TERMINDO (Tembakau Indonesia), sedang DITH, singkatan dari Deutsch Indonesiche Tabaks Handelgesellschaft menampung tembakau jang dikirim PPN. Kendati ketiga badan tersebut mempunjai legalitas menampung, mereka tidak boleh melelangnja begitu sadja tanpa mendapat persetudjuan Badan Komisi Tembakau Indonesia, jang anggota-anggotanJa terdiri dari orang-orang Departemen Perdagangan, Pertanian dan Biro Lalulintas Devisa. Sebelum tembakau dilelang, ketiga badan penampung itu merundingkan dulu harga-harga penawaran jang dapat diterima. Misalnja badan komisi dan badan penampung menetapkan antjer-antjer harga sekian. Kalau harga penawaran sudah mentjapai djumlah maksimum tembakau jang bisa didjual, baru penawaran tertinggi dilempar kepada pembeli. Sering terdjadi harga tertinggi tidak disambut pembeli. Dalam hal ini, tembakau untuk sementara bisa ditahan, sampai pembeli-pembeli mau meninggikan tawaran mereka. Waktu pelelangan biasanja djatuh antara Mei sampai Desember, ketjuali pada pertengahan Djuli sampai dengan Agustus. Maka ketika atjara lelang dimulai para pembeli dari berbagai negara berdatangan. Kepada mereka masing-masing disodorkan formulir penawaran dalam amplop tertutup. Tawaran masing-masing diadjukan dalam formulir jang semuanja dikumpulkan dalam kotak besar. Semua itu dilakukan setjara bebas tapi rahasia, sama halnja seperti aturan permainan semestinja dalam pemilihan umum. Maka begitu semua formulir sudah terkumpul, komisi bersama-sama dengan-badan penampung meneliti setiap penawaran jang masuk. Sang tembakau itupun akan diberikan kepada penawar tertinggi jang mentjapai harga tertinggi sepertl ditetapkan komisi. Tapi kalau sekiranja penawaran belum mentjapai harga jang ditetapkan, pelelangan tidak djadi dilakukan dan kepada penawar tertinggi diminta untuk menaikkan tawarannja. Demikianlah pelelangan itu achirnja terdjadi djuga setelah pihak pembeli berani menaikkan tawarannja mentjapai harga jang diminta. Adakah kemungkinan muntjulnja seorang monopolis disini? "Itu djarang terdjadi", djawab Perpatih. "Masing-masing djenis tembakau itu sudah ada pembelinja. Djenis-djenisnja djuga tjukup bervariasi sampai 20 matjam". Sudah tentu untuk bisa bertahan pada harga jang tinggi, itu tergantung sangat dari sang mutu, djuga dipengaruhi faktor saingan jang muntjul dari Kamerun, Italia, Connecticut dan Brazil. Akibatnja djuga sudah dirasakan. Tembakau kita ekspornja mundur dari tahun ketahun (lihat box)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus