Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyoroti asimestri informasi di industri kesehatan saat ini. Hal tersebut berbeda dengan kondisi di industri keuangan dan perbankan, misalnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Industri ini (kesehatan) adalah industri yang informasinya sangat tidak simetris," kata Budi Gunadi dalam cara Penganugerahan Penghargaan Anti Kecurangan dan Pengendalian Gratifikasi Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Jakarta, Kamis, 7 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menkes lalu mencontohkan, jika perbankan membeli dolar AS dengan kurs Rp 16 ribu, dan di saat sama ada pihak lain yang menjual Rp 24 ribu dan Rp 32 ribu, maka dua kurs yang lebih mahal itu tidak akan dibeli. "Kita taruh bunga deposito, misalnya, lima persen. Ada yang kasih dua persen, gak bakal masuk, karena informasi itu diketahui masyarakat dengan simetris," ucap Budi Gunadi.
Sebaliknya, asimetri informasi jamak terjadi di industri kesehatan. "Sakit usus buntu, operasi misalnya Rp 500 ribu di sini, di tempat lain Rp 10 juta. Bedanya sudah sepuluh kali lipat. Sama seperti kita beli kurs asing Rp 16 ribu, tapi di tempat lain ada yang jual Rp 160 ribu dan kita masih beli karena tidak simetris informasinya," ujarnya.
Oleh sebab itu, Menkes menekankan sinergi antarpemangku kepentingan bidang kesehatan untuk menjaga kesimetrisan informasi kesehatan. Sebab, hanya dengan informasi simetris, ongkos dapat ditekan, kualitas terjaga, serta kredibilitas industri kesehatan otomatis meningkat.
Ia juga menilai profesi kesehatan sebetulnya tak berbeda dengan perbankan. "Karena profesi kesehatan sama seperti perbankan, orang percaya. Orang gak akan pernah nanya, uang saya ditaruh bakal hilang gak? Saya dirawat bakal sembuh gak?," ucapnya.
Lebih jauh, Budi Gunadi mengajak seluruh pemangku kepentingan bidang kesehatan seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan atau BPJS Kesehatan untuk bersama-sama menjaga integritas informasi tersebut melalui digitalisasi informasi kesehatan.
"Ke depannya bukan hanya kita bisa melayani masyarakat dengan akses yang mudah, kualitas yang bagus, dan biaya yang murah, tapi juga kepercayaan atau trust masyarakat ke kita ini benar-benar harus bisa kita jaga," katanya.
Adapun digitalisasi informasi kesehatan berperan dalam meningkatkan trust atau kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia. Digitalisasi informasi kesehatan ini penting karena juga dapat menyelesaikan permasalahan asimetrisnya informasi pelayanan kesehatan yang ada.
Selama ini, informasi tersebut berbeda-beda tergantung standar dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan di Indonesia.
"Once, trust ini atau kepercayaan ini hilang, orang akan lari dan dia akan cari hal lain, sehingga profesi ini (kesehatan) tidak ada integritasnya," katanya Menkes. Bahkan, Budi Gunadi yang mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. ini menilai industri kesehatan di Indonesia perlu mempelajari hal-hal baik yang diterapkan dari dunia perbankan.
ANTARA
Pilihan Editor: Jurus BPJS Kesehatan Ubah Defisit Jadi Surplus