Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Bukan Garuda Indonesia, Ini Sejarah Maskapai Penerbangan Pertama di Indonesia

Sebelum Garuda Indonesia mengudara, Indonesia sudah memiliki satu maskapai yang beroperasi, yaitu Indonesian Airways.

7 Februari 2023 | 13.06 WIB

Pesawat Garuda Indonesia di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, 28 Februari 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Pesawat Garuda Indonesia di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, 28 Februari 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi Anda yang sering bepergian melalui jalur udara, Anda tentu tak asing dengan maskapai Garuda Indonesia. Saking populernya, banyak orang mengira maskapai tersebut merupakan maskapai pertama di Indonesia. Padahal, predikat maskapai pertama di Indonesia sebenarnya disematkan kepada perusahaan lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sebelum Garuda Indonesia mengudara, Indonesia sudah memiliki satu maskapai yang beroperasi, yaitu Indonesian Airways. Maskapai ini merupakan maskapai komersial pertama yang ada di negeri ini. Meskipun begitu, indonesian Airways justru tidak banyak beroperasi di Indonesia, melainkan berpusat di Burma yang sekarang dikenal dengan Myanmar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dilansir dari situs resmi Garuda Indonesia, penerbangan sipil Indonesia berlangsung pertama kali menggunakan pesawat yang dinamai “Indonesian Airways”. Penerbangan tersebut merupakan inisatif Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) untuk menyewa pesawat dari pemerintah Burma pada 26 Januari 1949.

Setelah Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda menyepakati Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949, peran Indonesian Airways pun berakhir. Seluruh awak dan pesawatnya pun baru bisa kembali ke Indonesia pada 1950. Setibanya di Indonesia, semua pesawat dan fungsinya dikembalikan AURI ke dalam formasi Dinas Angkutan Udara Militer.

Kesepakatan KMB mengamanatkan Belanda wajib menyerahkan seluruh kekayaan pemerintah Hindia Belanda kepada pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), termasuk maskapai Koninklijke Luchtvaart Maatschappij-Inter-Insulair Bedrijf (KLM-IIB). KLM-IIB merupakan anak perusahaan KLM setelah mengambil alih maskapai swasta Koninklijke Nederlandshindische Luchtvaart Maatschappij (K.N.I.L.M) yang sudah berdiri sejak 1928.

Pada 21 Desember 1949, Pemerintah Indonesia dengan maskapai KLM mengadakan perundingan lanjutan dari hasil KMB mengenai berdirinya sebuah maskapai nasional. Presiden Sukarno memilih dan memutuskan “Garuda Indonesian Airways” (GIA) sebagai nama maskapai ini. Meskipun begitu, KLM bersedia menempatkan sementara stafnya untuk tetap bertugas sekaligus melatih para staf udara Indonesia.

Sehari setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda, yaitu pada 28 Desember 1949, dua buah pesawat Dakota (DC-3) berangkat dari Bandar Udara Kemayoran, Jakarta, menuju Yogyakarta untuk menjemput Sukarno ke Jakarta sekaligus menandai perpindahan kembali Ibu kota RI dari Yogyakarta ke Jakarta. Sejak saat itu, GIA terus berkembang hingga dikenal sekarang sebagai Garuda Indonesia.

Satu tahun kemudian, Garuda Indonesia menjadi perusahaan negara. Pada periode tersebut, Garuda Indonesia mengoperasikan armada dengan jumlah pesawat sebanyak 38 buah yang terdiri dari 22 DC-3, 8 Catalina kapal terbang, dan 8 Convair 240. Armada Garuda Indonesia terus bertambah dan akhirnya berhasil melaksanakan penerbangan pertama kali membawa jemaah haji dari Indonesia ke Mekah pada 1956.

HAN REVANDA PUTRA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus