Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Cerita Bisnis Keramik Rumahan di Yogya Dapat Pesanan 3.000 Tableware dari Qatar

Berkat promosi di Instagram, bisnis keramik rumahan di Yogyakarta, Kaloka Pottery, mendapat pesanan 3.000 tableware dari Qatar.

9 Januari 2021 | 06.35 WIB

Francisca Puspitasari, pendiri dan pemilik brand tableware "Kaloka Pottery". (ANTARA/HO/instagram Kaloka Pottery)
Perbesar
Francisca Puspitasari, pendiri dan pemilik brand tableware "Kaloka Pottery". (ANTARA/HO/instagram Kaloka Pottery)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pengusaha keramik tableware Francisca Puspitasari menyadari mengembangkan bisnis di era digital seperti sekarang ini sama sekali berbeda dengan zaman dahulu yang idealnya harus memiliki toko sendiri di lokasi strategis tepi jalan raya untuk menjajakan produk.
Salah satu produk brand tableware "Kaloka Pottery". (ANTARA/HO/instagram Kaloka Pottery)
Jika harus mengikuti patokan tersebut, barangkali sulit bagi Francisca yang masuk kategori usaha mikro, kecil, dan menengah ini  untuk mewujudkan impian mengembangkan bisnis tableware atau perangkat makan keramik yang kini telah merambah pasar internasional dengan merek  "Kaloka Pottery"

"Kaloka Pottery" bukanlah bisnis yang tiba-tiba besar. Sebab, sokongan modal finansial belum kuat. Bisnis produk rumahan itu, dirintis Kika sapaan akrab Francisca, pada 2016 tanpa modal memadai. Dia pun awalnya tak punya studio pembuatan keramik sendiri. Tanpa uang mencukupi, satu-satunya yang bisa dilakukan kala itu adalah membuat desain produk. 

Berbekal ilmu yang diperoleh semasa kuliah di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, desain yang sudah jadi kemudian disetor ke studio pembuatan keramik milik orang lain. 

Hasilnya tidak langsung dijual lantaran hanya bisa memesan beberapa buah. Namun tableware yang didesain sendiri itu dimanfaatkan sebagai sampel. Model itulah yang kemudian fotonya diunggah di media sosial.

Kika memilih instagram karena merupakan salah satu media sosial yang gratis dan bisa diakses siapa pun. Meski bukan millenial, dia merasa wajib mencoba memanfaatkan sarana digital itu. 

Saat itu uangnya tidak cukup jika harus digunakan membayar pembuatan website atau laman bisnis sendiri. Alih-alih membuat website, dananya hanya cukup untuk memesan beberapa sampel produk alat makan.

Selain mengunggah sampel produk di instagram, ia menebar jala bisnisnya dengan menawarkan langsung kepada beberapa kolega. Katalognya dia buat sendiri dengan sederhana. Meski tidak banyak, Kika mulai mendapatkan pesanan.

Kendati sudah menerima beberapa pesanan, bisnis yang dirintis tidak bisa melaju kencang. Pasalnya, kecepatan produksi masih bergantung studio pembuatan keramik milik pihak ketiga.

Dengan modal yang belum memadai, ia memberanikan diri mengambil risiko mencoba membuat studio sendiri di kediamannya di Gang Bausasran, Danurejan, Kota Yogyakarta. Dia merasa beruntung. Banyak teman-temannya yang menawarkan bantuan di antaranya membuatkan tungku pembakaran keramik meski dibayar dengan cara dicicil.

Setelah memiliki studio pembuatan keramik sendiri, bisnisnya tak juga lantas melaju pesat. Sebaliknya, ia dirundung kegalauan. Banyak keramik yang menurutnya tidak sempurna karena gagal dalam proses pembakaran. Sementara modal yang dikeluarkannya sudah cukup banyak.

Sosial media sebagai gerbang besar
Di tengah kegalauannya itu, Kika mendapatkan kejutan yang tidak pernah disangka. Instagram yang belum diposisikan sebagai sarana promosi utama, justru mampu mendatangkan pembeli dari Qatar yang hanya mengamati foto-foto sampel yang diunggah.

Tidak tanggung-tanggung, pembeli asal Timur Tengah itu langsung menelepon dan memesan 3.000 tableware atau perangkat makan dari keramik mulai dari piring, gelas, hingga mangkuk.
 
Kika tidak menyangka media sosial mampu membuat pelanggan asal Qatar langsung percaya. Padahal, mereka sama sekali belum pernah bertemu atau saling mengenal.

Sejak pemesanan dari Qatar itu, Kika mulai kebanjiran pesanan dari beberapa negara di Timur Tengah. Bahkan, berkat media sosial instagram yang kini memiliki 99,200 pengikut itu, Kika mendapatkan pesanan dari pelanggan asal Eropa dan Amerika Serikat.

Menurut dia, pesanan tidak selalu datang dari para pengikut atau followers di Instagram. Pesanan datang dari pengguna lain yang melakukan pencarian produk melalui hashtag atau tagar tertentu.

Sadar dengan kekuatan pemasaran secara daring, ia kemudian terus menggencarkan dan menyempurnakan upaya promosi melalui Instagram. Di antaranya dengan mengunggah foto-foto produk dengan kualitas visual yang bagus.

Pada 2019, ia yang mampu memproduksi hingga puluhan ribu jenis  perangkat makan per bulan ini mendapatkan kehormatan dari instagram sebagai satu-satunya pemilik akun dari Asia yang berhasil memanfaatkan instagram sebagai sarana pengembangan bisnis.

"Jadi media sosial ini seperti warung tapi pembelinya dari berbagai negara," kata Kika yang kini memiliki 40 staf dan memberdayakan puluhan pengrajin di beberapa desa ini.

Keberhasilan UMKM tembus pasar mancanegara tak terlepas dari peran Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mendorong seluruh pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah setempat agar "go online" untuk mampu bersaing di pasar global.

Kepala Bidang Pembiayaan Dinas Koperasi dan UKM DIY Agus Mulyono mengatakan kampanye "go online" akan terus digencarkan kepada pelaku UMKM karena pemasaran produk secara "online" atau daring akan membuat tren penjualan UMKM meningkat.

Agus menilai pemasaran secara daring lebih efektif menjangkau dan menarik konsumen daripada secara tradisional. Apalagi, pada era digital saat ini rata-rata pelaku UKM di negara lain juga telah menggunakan sarana berbasis teknologi digital untuk memesan maupun memasarkan produk.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus