BURSA Efek Jakarta (BEJ), bulan depan, menggelembung gemuk dipompa Saham PT Indocement Tunggal Prakarsa. Produsen semen cap Tiga Roda ini membanjiri pasar dengan 59,8 juta saham yang nilainya hampir Rp 600 milyar. Dibandingkan dengan saham empat bank yang bulan ini masuk pasar -- total nilainya Rp 326,5 milyar -- target Tiga Roda hampir dua kali lipat. Hampir satu bulan terakhir ini, pasar lesu dan harga sering tiarap di bawah harga perdana. PT Danareksa, sebagai penjamin utama, sekali dua tentu harap-harap cermas. Bila saham Tiga Roda sampai tak habis terserap di pasar perdana, Danareksa terpaksa merogoh koceknya yang tak lebih dalam dari Rp 57,6 milyar per 30 Juni 1989. Kenyataan ini tak menghambat Yannes Naibaho, Direktur Danareksa, untuk merasa optimistis. "Kalau habis, sih, saya kira pasti," katanya. Masa penawaran di pasar perdana memang sudah berakhir Jumat pekan silam. Berapa tepatnya pesanan yang masuk buat Indocement, Yannes cuma bilang, "Masih dihitung." Dia lantas menjelaskan, saham Indocement memang ditawarkan untuk investor jangka panjang, yang akan menahan saham paling tidak dua tahun. Itulah sebabnya ia tak terlalu risau dengan suasana lesu yang belum juga berangsur baik. Bicara soal prospek, Indocement baru akan mencetak laba setelah go public, Rp 24 milyar tahun depan. Masih ada lagi nilai lebih, yang dicerminkan -- menurut Yannes -- melalui angka di prospektus yang dianggapnya konservatif. "Kenaikan harga, misalnya, cuma dibikin lima persen," ia menyebut contoh. Secara umum, prospek industri semen Indonesia sebenarnya belum cerah betul. Meski demikian, Indocement -- yang mengisi 35 persen pasar semen lokal -- cukup berani memasang target penjualan sebesar Rp 637 milyar untuk 1990. Naik hampir 33 persen dibandingkan angka tahun ini, yang cuma Rp 481 milyar. Jika melihat penampilan ekonomi Indonesia, bisa juga dinilai target itu tidak terlalu nekat. Dengan laju pertumbuhan (GDP) 5% tahun depan, masih ada peluang buat industri semen. Sebab, biasanya, kebutuhan semen meningkat selaras dengan GDP. Dihitung-hitung kebutuhan semen akan merambat naik antara 6 dan 8 persen setahun. Tiga Roda tentu menikmati kenaikan ini. Cuma, di lahan yang sama, ada Semen Cibinong yang menguasai 27 persen. Tiga Roda sendiri masih unggul dengan 61 persen. Dan masih punya kesempatan merebut pasar di daerah lain. Saat ini, Tiga Roda sudah dijual di 21 provinsi. Tapi, tentu saja, soal saham tidak akan beralih ke pasar semen. Yang diintip adalah berapa banyak totalitas pembelian saham. Tiga hari menjelang berakhirnya penawaran perdana, pihak PT Danareksa memperkirakan permintaan saham Indocement hampir oversubsribed. Kendati media terbitan Hong Kong melaporkan investor di sana bersikap dingin-dingin saja terhadap Si Tiga Roda, Danareksa memastikan 49% saham yang dialokasikan buat investor asing sudah diborong mereka. Memang diakui juga, minat investor kecil tidak begitu mencolok, mungkin karena mereka kehabisan dana. Maka, harapan sebagian digantungkan pada yayasan dana pensiun yang menyimpan sekitar Rp 6 trilyun. Apalagi Pemerintah masih memegang 30,38% saham Indocement, hingga pantas bila sewaktu-waktu dana pensiun "dikerahkan" untuk membeli saham yang tersisa. Yopie Hidayat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini