Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution melakukan kunjungan kerja ke Lampung, Jumat, 26 Juli 2019. Dalam kunjungannya tersebut, Darmin mendengarkan cerita seputar budidaya tanaman dari para petani pisang mas Kabupaten Tanggamus.
Para petani tersebut bermitra dengan PT Great Giant Pineapple (GGP), produsen sekaligus eksportir nanas dan pisang terbesar di Indonesia. Dari diskusi terungkap, pola kemitraan Petani dengan Perusahaan membawa perubahan signifikan bagi kehidupan ekonomi para petani ini.
"Kami datang ke sini untuk mendengarkan seperti apa praktik budidaya kebun yang baik sehingga daerah-daerah lain bisa mencontoh keberhasilan bapak-bapak sekalian," ujar Darmin dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu, 27 Juli 2019.
Para petani Tanggamus mengisahkan, awal mulanya mereka diminta menanam jenis pisang mas, dengan pendampingan dari PT GGP mulai dari penyediaan bibit dan pupuk, cara tanam, penanggulangan hama dan penyakit, panen, hingga pengemasan, dengan bantuan kemudahan teknologi.
“Proses belajar dari petani tradisional menjadi petani modern itu butuh waktu dan tidak mudah. Namun, dari tahun ke tahun kami selalu didampingi dan dibina oleh perusahaan,” tutur salah satu petani Tanggamus.
Petani lainnya pun menimpali bahwa dengan sistem ini, selain jaminan pembinaan juga ada jaminan harga. “Kami pun dilatih untuk bisa melakukan ekspor dari rumah sendiri. Kualitas tanaman kami itu sudah kualitas ekspor, sudah pernah ke Singapura, Cina, dan lain-lain. Syukurlah kehidupan ekonomi kami membaik dan bisa mengantar anak-anak sampai sarjana,” kata petani tersebut.
Mereka juga diajarkan untuk memilah hasil panen sesuai standarnya masing-masing, mulai dari grade A hingga D. Bahkan, ada juga kompetisi untuk memperebutkan juara hasil panen terbaik sehingga bisa menyemangati para petani.
“Kelompok-kelompok petani yang memiliki anggota sekitar 30-40 orang di tempat kami juga berinisiatif membentuk koperasi. Di situ seminggu sekali kami duduk bersama, kami berembuk saling evaluasi,” cerita salah satu petani.
Dari pihak perusahaan juga mengembangkan sistem aplikasi bernama eGrower. Salah satunya berfungsi untuk mempermudah komunikasi antara perusahaan melalui para supervisor lapangan, dengan koperasi, kelompok tani, dan para petani yang tergabung dalam kerja sama.
Tadinya, Tanggamus merupakan daerah perkebunan kopi. Namun, para petani di kabupaten ini beralih menanam pisang karena mampu memberikan hasil produksi dan harga yang lebih baik.
“Dulunya basis kopi, tapi petani kan butuh uang. Kalau kopi itu harus menunggu 12 bulan baru dapat hasilnya, sekitar 20 juta untuk 1 ha per tahun. Sedangkan kita dapat penghasilan per minggu dari pisang. Rata-rata dari tiga perempat hektare saja bisa menghasilkan minimal 1,4 juta rupiah per minggu,” kata petani lainnya.
Atas cerita itu, Darmin mengapresiasi pola kemitraan yang dibangun pihak swasta dan petani ini. Ke depan, Pemerintah pun ingin menggenjot pembangunan infrastruktur dan logistik desa. “Petani memang akan lebih sejahtera jika ada yang mengajarkan budidaya tanam yang baik dan ada yang membeli dengan harga yang jelas. Kita juga ingin ada logistik yang baik dari desa dan pasar pengumpul,” kata Darmin Nasution.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CAESAR AKBAR
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini