Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Demi kesegaran buah dan ikan

Pt armanto sriami mardanus (asm) memproduksi peti kemas berpendingin dengan harga us$ 18 ribu. sudah 9 perusahaan yang berminat. selain dijual, juga disewakan serta dipasarkan dengan cara leasing.

25 Juni 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IKAN segar dan buah-buahan Indonesia bukan lagi barang langka di Jepang. Dengan menggunakan peti kemas yang dilengkapi pengatur hawa, kesegaran bahan makanan ini dapat dipertahankan selama masa pengangkutannya. Bahkan untuk waktu lumayan lama, seperti yang dibutuhkan kapal laut dari Jakarta ke Tokyo, misalnya. Walhasil, peti kemas berpendingin ini besar juga perannya dalam peningkatan ekspor nonmigas. Karena itu, wajar kalau Menteri Muda Perindustrian Tungky Ariwibowo tampak gembira menyaksikan peti kemas model baru buatan dalam negeri itu. Kontainer berpendingin itu bisa ditemukan di Pameran Industri Perikanan 1988 awal bulan ini. "Saya kagum bahwa kita sudah dapat membuat peti kemas bertaraf seperti ini," kata Tungky sambil manggut-manggut. Rasa kagumnya tidak cuma sampai di situ. Ketika mengetahui harganya lebih murah daripada barang impor - sesuatu yang tidak lazim di dunia industri manufaktur Indonesia - menteri yang bergelar insinyur ini semakin lebar senyumnya. Peti kemas berpendingin buatan PT Armanto Sriami Mardanus (ASM) memang dijual miring, harganya cuma 18 ribu dolar. Sementara itu, harga impor adalah 23 ribu hingga 25 ribu dolar. Maklum, seperti dikatakan Direktur ASM, Armanto Mardanus, "Upah tenaga buruh kita 'kan kompetitif." Bagi Armanto Mardanus, lulusan Jerman Barat yang bergelar Diplom Kaufman ini, masalah peti kemas bukan soal baru. Sudah sejak tahun 1981 galangan kapalnya mulai berurusan dengan peti kemas. Mula-mula cuma memperbaiki peti yang rusak, sekarang malah memproduksi 150 peti kemas per bulannya. Meningkatnya ekspor di bidang perikanan dan makanan agaknya membuat beberapa langganannya menuntut peti kemas yang lebih canggih. Tuntutan akhirnya terpenuhi dengan peti kemas berpendingin itu. "Sampai sekarang sudah sembilan perusahaan yang berminat," kata Armanto. Setiap perusahaan rata-rata memesan empat buah. PT Pelni adalah langganan pertama yang memakai produk ASM. Empat peti kemas berpendingin ini sedang diuji coba di kapal penumpang Kerinci, Rinjani, Kambuna, dan Umsini. "Kalau hasilnya baik, kami akan menyewa dengan harga 18 dolar sehari," kata Christanto, Direktur Produksi PT Pelni. Selain dengan sistem sewa ini, ASM juga memasarkan produknya dengan cara leasing, berbatas waktu tiga tahun, dengan bunga 10%-11% sebulan. Pelayanan ekstra ini diberikan ke Pelni karena ASM mengincar untuk merebut tempat Australia, yang sekarang menyewakan 50 peti kemas berpendingin kepada PT Pelni. "Kalau berurusan dengan kami, 'kan bisa membayar dengan rupiah dan tidak mengeluarkan uang ke luar negeri," kata Armanto dalam nada promosi. Ucapannya tak 100% benar. Sekitar 35% komponen peti kemasnya masih diimpor. Kompresornya buatan Australia, peralatan lain buatan Denmark dan AS. "Produksi kami memang produk gado-gado, karena diambil dari komponen luar yang kami modifikasi," kata Armanto mengakui. Kendati demikian, peti kemas ada standar internasionalnya. Dan, menurut Armanto, produknya sudah diinspeksi oleh Germanicher Llyod serta dinyatakan sesuai dengan International Standard Organization (ISO). Meningkatnya ekspor kedua komoditi ini mendorong ASM memperbesar produksi peti kemas dingin sebanyak 60% dari total produksinya. Sisanya tetap diperuntukkan bagi produksi peti kemas biasa (tak berpendingin). Saat ini, kata Armanto, pemesanan peti kemas lebih besar dari kapasitas PT ASM, yang cuma tiga buah sebulan itu. Kendati demikian, ia tak ingin tergesa-gesa meningkatkan kapasltas. "Kaml ingln menJaga mutu," katanya. Maklum, bila mesin pendingin mogok, bisa diduga nasib apa yang menimpa isinya. Bambang Harymurti, Linda Djalil (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus