Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Demi Semangat Berhaji

Karena ada efisiensi, ongkos naik haji tahun ini tidak naik. Garuda yang memonopoli penerbangan haji mentargetkan masuk Rp 66 milyar. Sempat membuat iri pihak penerbangan Arab Saudi.

22 Februari 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SYUKUR alhamdulillah, Ongkos Naik Haji (ONH) tahun ini tidak naik: tetap Rp 3.212.000. Keputusan itu bukan lantaran pemerintah akan memberikan subsidi lewat APBN, melainkan, "Karena ada efisiensi, hingga bisa menekan beberapa komponen biaya, meskipun sebetulnya komponen yang dibayar dengan dolar naik," kata Menteri Agama Munawar Sjadzali, pekan lalu, dalam pertemuan pers. Tapi, kalau seorang jemaah mau membayar ONH di bulan Februari, hanya dikenai Rp 3.140.000. Tambahan Rp 24.000 akan dikenakan jika pembayaran dilakukan bulan Maret. Pendeknya, kalau pembayaran dilakukan makin mendekati saat keberangkatan, jumlah yang mesti dibayar makin bertambah. Penambahan biaya itu, tampaknya, dilakukan agar komponen biaya yang dibayar dengan dolar, apresiasi kursnya terhadap rupiah bisa dtutup. Baru tahun ini ONH tidak naik, sesudah tahun lalu, biayanya naik 1,7%. Tak dijelaskan oleh Menteri apakah pembekuan ongkos haji tahun ini juga mempunyai hubungan dengan devaluasi rial Saudi terhadap dolar hingga menyebabkan biaya pembayaran untuk muassasah bisa ditekan. Sebagai penyelenggara ibadat haji di Saudi, muassasah lazimnya menerima pembayaran itu dengan rial, dan kalau pemerintah membayar kewajibannya itu dengan dolar, tampaknya, bisa banyak dana dihemat dari situ. Komponen biaya ONH lain, yang dianggap cukup memakan rupiah, sampai kini tentu ongkos penerbangan dengan pesawat Garuda. Besarnya tarif, yang sampai kini masih dirundingkan itu, akan banyak ditentukan oleh biaya pengisian bahan bakar di pelbagai pelabuhan udara, seperti di Bangkok, Bombay, Abu Dhabi, sebelum sampai Jeddah. Kalau harga minyak turun, biaya pengisian BBM itu jelas akan berkurang. "Tapi sampai kini, harga itu belum turun," kata seorang manajer puncak di perusahaan negara itu. Sebagai satu-satunya penyelenggara angkutan haji, Garuda memperoleh hampir Rp 66 milyar dari pos ini, atau sekitar 10% dari seluruh pendapatannya tahun lalu. Dibandingkan dengan masa boom minyak, ketika banyak orang mendadak kaya karena pemerintah membeli tanah dan membangun proyek besar-besaran, 1983, pemasukan penerbangan haji ini sekali pukul pernah mencapai Rp 81 milyar. Angka itu lalu menurun, seiring dengan menyusutnya jumlah calon jemaah haji. Menurut perkiraan Garuda, tahun ini, jumlah jemaahnya akan sekitar 40 ribu sampai 41 ribu dan dari situ diharapkan masuk Rp 66 milyar. Lima pesawat berbadan lebar, mungkin dengan komposisi dua Boeing 747, dua DC10, dan satu Airbus, akan digunakan untuk angkutan udara besar-besaran (airlift) yang akan dimulai 18 Juli mendatang. Kendati bakal merepotkan, gemuknya pendapatan yang dimonopoli Garuda bertahun-tahun itu, kabarnya, sempat membuat iri pihak Arab Saudi untuk menyelenggarakan angkutan serupa. Tarif yang ditawarkan sekitar US$ 1.100 per orang. Tidak jelas apakah di situ orang Saudi juga bersedia mengurus para calon sejak mulai embarkasi di Indonesia sampai tiba di Jeddah, lalu pulang kembali. Sibuknya mengurus jemaah puluhan ribu itu mungkin belum dilihat Saudi. Tapi bisakah Saudi ikut? "Itu tidak mungkin," kata Qadir Basalamah, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji. "Haji di Indonesia ini adalah program pemerintah, bukan perjalanan biasa." Dan, buktinya, ketetapan pengaturan tarifnya dilakukan dengan keputusan Presiden -- begitu setiap tahun. Kendati Saudi tak kebagian, sebagai semacam kompensasi atas pengangkutan itu, Riyadh mendapat beberapa ratus rial atas setiap jemaah yang menunaikan ibadat haji lewat Garuda. Memang tidak banyak, bahkan kecil artinya jumlah devisa itu jika dibandingkan dengan jutaan dolar yang bisa dihasilkan dari ladang-ladang minyaknya. Ya, demi semangat ukhuwah islamiyah, Saudi Airlines seyogyanya mengalah. E.H. Laporan Musthafa Helmy (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus