Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Diet baru model perbanas

Penetapan tingkat bunga deposito bagi bank swasta yang tergabung dalam perbanas. menteri keuangan radius prawiro mengkritik bank pemerintah. (eb)

2 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI bulan puasa ini, bank swasta tampaknya harus mulai menahan diri dalam menyedot rupiah dari masyarakat. Suatu aturan diet agak ketat baru-baru ini telah dikeluarkan Pehimpunan Bank-bank Nasional Swasta (Perbanas) untuk para anggotanya. Sekalipun lapar dana, sejak pertengahan Juni itu mereka tak boleh lagi sesukanya menyedot rupiah lewat deposito berjangka dengan menawarkan bunga yang dianggap kelewat tinggi dan bersaing. Diet baru resep Perbanas itu menetapkan bahwa tingkat bunga deposito berjangka 1-3 bulan adalah 14-17% per tahun. Sedang deposito 6 bulan, dan 12 bulan, masing-masing 16-18%, dan 17-20% per tahun. Dengan kebijaksanaan itulah, kata Fuady Mourad, salah seorang anggota tim perumus bunga deposito itu, Perbanas berusaha sebisa mungkin "mencegah terjadinya perang bunga." Isu akan adanya perang bunga mulai bertiup sejak lima bank pemerintah terkemuka dibebaskan menaikkan suku bunga deposito mereka untuk menyedot rupiah dari masyarakat per 1 Juni. Untung saja kenaikan menyolok bunga deposito berjangka 12 bulan Bank Rakyat Indonesia, misalnya, dari 9% jadi 18% per tahun tak diikuti bank swasta kecil, yang merasa dipepet di tengah persaingan itu. Jika itu sampai terjadi dikhawatirkan perolehan mereka, yang berasal dari selisih bunga kredit dan bunga deposito ditambah overhead (belanja pegawai), akan semakin tipis. Bank Harapan Sentosa, misalnya, yang menawarkan bunga 24% untuk deposito setahun, dan menarik bunga kredit rata-rata 28% setahun, hingga bulan terakhir tahun lalu mengaku "masih rugi". Benyamin Rufus Bohang, direktur utama bank itu, merasa terpukul. "Kami sampai setengah mati untuk memasarkannya," katanya. Harapan Sentosa, yang mayoritas sahamnya dikuasai pengusaha terkenal (agen Yamaha) Hendra Rahardja, merupakan hasil penggabungan Bank Dagang Surabaya dan Bank Perdagangan Indonesia, Medan. Dan punya kekayaan Rp 896 juta (1982). Karena itulah Bohang menyambut keputusan Perbanas, yang mengatur bunga deposito. "Itu bisa menolong bank kecil seperti Harapan Sentosa," katanya. Persaingan, menurut Bohang, masih akan terjadi "tapi tidak terang-terangan, dan hanya pemilik uang yang tahu." Isyarat semacam itu juga dikemukakan pihak Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI), yang masih memberikan bunga deposito 15-18%, dan memasang bunga kredit 21-27% per tahun. Ketentuan Perbanas yang dikeluarkan tanpa sanksi itu, menurut Prijatna Atmadja, direktur BDNI, tetap membuka peluang bagi bank kecil untuk menawarkan bunga deposito tinggi melampaui pedoman tadi. "Asal jangan diiklankan lewat koran, itu tidak mengganggu," ujar Prijatna. Bagi bank swasta terkemuka, dengan atau tanpa ketentuan Perbanas itu, mencari dana bukanlah soal berat. Sejumlah bank swasta besar, yang kelebihan dana rupiah, secara berangsur malahan menurunkan tingkat bunga deposito mereka. Sebaliknya buat bank pemerintah, menawarkan tingkat bunga deposito menarik untuk menghimpun dana sebanyak-banyaknya memang sangat dianjurkan, terutama sesudah bank sentral mencabut pinjaman likuiditas murah. Usaha yang diam-diam dimulai dengan menaikkan bunga deposito 6 bulan sejak April, ternyata belum menunjukkan hasil baik. Hingga minggu kedua Mei, posisi jenis deposito ini baru menjaring uang Rp 14,7 milyar. April lalu jumlahnya Rp 11,2 milyar. Kenyataan itu kurang menggembirakan pemerintah. Maka di depan seluruh direktur bank pemerintah, yang hadir dalam acara penggantian direksi Bank Indonesia dan Perum Percetakan Uang RI pekan lalu, Menteri Keuangan Radius Prawiro berpidato cukup pedas: "Dari pengamatan sementara, Saudara-saudara ternyata banyak terpukau pada masalah kredit, bukan pada soal bagaimana cara mengerahkan dana masyarakat." Kritik Radius itu mungkin ada benarnya. Bank pemerintah hari-hari ini memang sedang sibuk menetapkan suku bunga kredit baru menyusul kenaikan bunga deposito. Besar kecilnya bunga kredit ini jelas banyak ditentukan oleh tinggi rendahnya pengeluaran untuk biaya rente deposito, rekening giro, dan belanja pegawai. BunRa kredit rendah tentu saja bisa ditawarkan oleh bank yang efisien dalam memasarkan dana dan pengeluarannya. Dalam kondisi bank pemerintah seperti sekarang ini, Gubernur Bank Indonesia Arifin Siregar memperkirakan mereka akan sanggup memberikan kredit dengan bunga rata-rata di bawah 20% per uhun. Hanya untuk kredit investasi sampai Rp 75 juta, yang masih mendapat pinjaman likuiditas dari BI, mereka hanya boleh menetapkan bunga kredit 12% per tahun. "Yang lain terserah pihak bank bersangkutan bagaimana mereka menilai proyek," ujar Arifin Sirear.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus