SALAH satu konsekuensi masuk bursa adalah bagaimana menepati janji yang tercantum dalam prospektus. PT Sona Topas Tourism Industry, perusahaan yang sudah listing di Bursa Efek Jakarta 21 Juli silam, menjanjikan bahwa dana yang diperolehnya lewat bursa (sebesar 78%) akan digunakan untuk menambah investasi perseroan pada PT Inti Dutyfree Promosindo (IDP, 100% milik Sona Topas). Investasi itu men cakup penambahan jumlah toko bebas bea (duty free shop), antar lain yang terletak di Galleria Nusa Dua (milik pengusaha properti Jan Darmadi) di Nusa Dua, Bali. Peresmian toko itu dilakukan Ahad berselang. Ini berarti tambahan outlet baru setelah IDP berhasil di Kuta dan Bandara Soekarno-Hatta. Menurut Presiden Direktur Sona Topas (dan PT IDP), Drs. Djoni Lasmana, tahun depan IDP akan membuka toko bebas bea baru lagi di Bandara Ngurah Rai. "Kami memang berkonsentrasi ke core business kami, yaitu duty free dan biro perjalanan. Kami menolak masuk ke bidang yang belum benar-benar kami kuasai, misalnya hotel . . .," kata Djoni merendah. Untuk toko di Nusa Dua itu, Sona Topas menanamkan US$ 2,25 juta. Bantuan teknis diperoleh IDP dari Duty Free Shoppers (DFS), satu jaringan usaha eceran bebas bea yang terbesar di dunia. Tak mengherankan jika IDP kemudian menguasai 60% lebih pangsa pasar toko bebas bea di Indonesia. Barangkali karena itu pula, harga saham Sona Topas, yang perdananya dijual Rp 3.750 per lembar, tak pernah jatuh. Bahkan akhir-akhir ini melonjak menjadi Rp 6.250 per lembar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini