Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ekspor Batik Capai USD 51,15 Juta hingga Oktober 2017

Ekspor batik dan produk batik hingga Oktober 2017 mencapai USD 51,15 juta atau setara dengan Rp 664 miliar.

21 Desember 2017 | 09.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan nilai ekspor batik dan produk batik hingga Oktober 2017 mencapai US$ 51,15 juta (Rp 664 miliar) atau naik dari capaian semester pertama 2017 yang sebesar US$ 39,4 juta (Rp 511 miliar). Adapun tujuan pasar utama ekspor batik adalah Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

Industri batik berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor yang didominasi industri kecil dan menengah (IKM) ini mampu menyumbang devisa negara yang cukup signifikan dari ekspor.

Baca: Menteri Airlangga: Batik Warna Alam Meningkatkan Peluang Pasar

“Industri batik nasional memiliki daya saing komparatif dan kompetitif di pasar internasional. Indonesia menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia,” kata Gati dalam keterangan tertulis, Rabu, 20 Desember 2017.

Adapun potensi ekonomi industri busana muslim terlihat dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) yang mencapai Rp 54 triliun dari total nilai Rp 181 triliun dari sumbangan industri fashion Tanah Air. Industri busana muslim diperkirakan menyerap 1,1 juta orang tenaga kerja dari total 3,8 juta tenaga kerja industri fashion.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Organisasi Konferensi Islam (OKI), saat ini nilai ekspor industri busana muslim Indonesia diproyeksikan mencapai US$ 7,18 miliar, berada di posisi ketiga terbesar dunia setelah Bangladesh (US$ 22 miliar) dan Turki (US$ 14 miliar).

“Indonesia termasuk dalam lima besar negara anggota OKI eksportir fashion muslim di dunia, dengan nilai market share berada pada angka 1,6 persen. Konsumsi domestik tahun 2017 mencapai 1,8 ton, tahun 2020 ditargetkan akan berada pada angka 2,2 juta ton. Kini Indonesia berada di urutan keempat sebagai negara konsumen fashion muslim terbesar di dunia,” ujar Gati.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, di tengah persaingan global yang semakin kompetitif dan dinamis, preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat. “Kehadiran batik warna alam mampu menjawab tantangan tersebut dan diyakini dapat meningkatkan peluang pasar saat ini,” kata Airlangga dalam keterangan tertulis, Rabu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus