Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

El Nino, Produksi CPO Merosot 18 Persen

Ada 100 ribu hektare kebun sawit yang akan diremajakan.

7 September 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Agribisnis dan Pangan, Franky O. Widjaja, mengatakan produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tahun depan hanya akan berkisar 27-28 juta ton atau turun 15-18 persen dari tahun ini yang mencapai 33 juta ton. Hal itu adalah akibat gelombang panas El Nino yang mulai melanda Indonesia pertengahan tahun ini. "Efeknya baru terasa besar pada tahun depan," ujarnya, akhir pekan lalu.

Franky, yang juga menjabat Kepala Eksekutif PT Golden Agri-Resources, mengatakan dampak El Nino yang terasa tahun ini adalah kenaikan produksi yang kemungkinan besar cuma mencapai 5 persen dibanding realisasi tahun sebelumnya sebanyak 31,5 juta ton.

Agar produksi sawit mendekati normal, diperlukan sejumlah upaya khusus, seperti peremajaan pohon. Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit, Bayu Krisnamurthi, menargetkan peremajaan pohon di 100 ribu hektare kebun sawit pada tahun depan. "Kami sudah menerima dua proposal peremajaan kebun sawit di Riau. Kebun yang akan ditanami ulang mencapai 600 hektare dengan melibatkan 200 petani plasma," ujarnya.

Menurut Bayu, tahun ini, penanaman kembali alias replanting kebun sawit baru bisa dilakukan pada kuartal terakhir, sehingga target lahan cukup kecil, yakni seluas 15 ribu hektare. Berdasarkan perhitungan Bayu, peremajaan setiap hektare kebun sawit memerlukan biaya Rp 40-50 juta.

Selain untuk peremajaan, dana yang dikumpulkan BPDP digunakan sebagai subsidi program wajib biodiesel. Direktur Penyaluran Dana BPDP, Dadan Kusdiana, menyatakan program ini sudah berjalan dan BPDP menerima tagihan untuk subsidi 10 ribu kiloliter dari perusahaan pengolah biodiesel.

BPDP sawit melakukan kerja sama dengan beberapa bank dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana sawit. Potensi dana kelolaan atas pungutan ekspor sawit ditaksir mencapai Rp 10 triliun per tahun. Beberapa bank itu di antaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Untuk diketahui, badan layanan umum di bawah koordinasi Kementerian Keuangan ini mulai menampung pembayaran dana pengelolaan dari para perusahaan perkebunan sawit yang melakukan ekspor pada 16 Juli 2015. Dalam sebulan, dana yang dipungut sebesar Rp 750 miliar. Pungutan ini berasal dari ekspor CPO sebesar US$ 50 per ton dan ekspor olahan sawit US$ 30 per ton.

Dana pungutan ini digunakan untuk menyubsidi biodiesel 15 persen (B15), melakukan replanting perkebunan sawit rakyat, serta menggerakkan sejumlah program lain, seperti pengembangan sumber daya manusia serta riset pengembangan produk olahan dari sawit.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution meminta perbankan mengumpulkan dan menyalurkan dana dengan membentuk sistem pembayaran yang baik dan terintegrasi. Sekretaris Perusahaan BRI, Budi Satria, mengatakan kesiapan pihaknya dalam mendukung pengembangan industri sawit di Indonesia. PINGIT ARIA | AMIRULLAH


Pemodal Eropa Diminta Bangun Pabrik Sawit

Kementerian Perindustrian mendorong investor asal Eropa masuk ke sektor hilir atau pengolahan produk kelapa sawit. Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan pemerintah akan berupaya membantu investor yang tertarik masuk ke industri tersebut. "Investasi yang kami promosikan adalah pengolahan minyak goreng, margarin, shortening, lemak padat, lemak substitusi cokelat, ice cream fat, dan lainnya," kata Saleh, kemarin.

Menurut Saleh, upaya itu merupakan hasil kunjungannya ke Belanda bersama delegasi pengusaha Indonesia untuk mempromosikan peluang bisnis sawit dalam acara Forum Bisnis dan Investasi Industri Hilir Kelapa Sawit pada 3-4 September 2015 di Rotterdam.

Saleh menilai Belanda telah lama menjadi mitra strategis Indonesia dalam bisnis kelapa sawit. Rotterdam menjadi penghubung penting karena ekspor utama minyak sawit mentah (CPO) ke Eropa dikirim melalui pelabuhan di kota ini. Dari Rotterdam, Uni Eropa akhirnya menyerap lebih dari 20 persen ekspor CPO Indonesia dan produk turunannya.

Deputi Chief Mission Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Ibnu Wahyutomo, mengatakan banyak perusahaan di industri hilir minyak sawit yang berlokasi di Belanda dan negara-negara anggota Uni Eropa lain. Dia berharap peran pengusaha Eropa bisa meluas. Sementara sebelumnya lebih banyak menjadi importir, kata Ibnu, pada masa mendatang mereka bisa menjadi investor industri hilir yang memasarkan produk ke pasar global. AMIRULLAH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus