Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menghadapi Lesu Berkepanjangan

7 September 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertengahan tahun, ketika rupiah melemah dan tujuan utama ekspor kita (ekonomi Cina) terus lesu, dunia usaha Indonesia mulai ragu apakah target bisnis tahun ini dapat dicapai. Sekarang, setelah per dolar Amerika Serikat melewati tingkat Rp 14 ribu, sebagian besar tak bisa lagi mengelak untuk menurunkan target penjualan dan keuntungan tahun ini, bahkan perkiraan untuk 2016.

Harapan bahwa Bank Indonesia dapat menurunkan suku bunga acuan, yang saat ini di tingkat 7,5 persen, sudah semakin tipis. Apalagi dengan rencana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan bunga dolar bulan ini. Investor asing hengkang dari pasar modal negara berkembang untuk mencari tempat yang lebih aman. Daya tarik dolar Amerika terus melambung dengan naiknya revisi pertumbuhan ekonomi Amerika pada kuartal kedua tahun ini ke level 3,7 persen.

Sudah waktunya kita menyadari bahwa lesunya ekonomi akan lebih lama daripada perkiraan semula dan mulai mempersiapkan diri menghadapinya. Para pelaku bisnis sudah mengalihkan perhatian untuk lebih menekan biaya ketimbang berupaya mengembangkan pendapatan. Sebagian bahkan mulai sibuk merampingkan bisnisnya, yang berakibat pada pengurangan pegawai.

Ada beberapa yang sudah menutup lini usaha yang untungnya tipis atau prospeknya kurang baik. Pengurangan biaya di sektor keuangan juga sudah lebih awal dilakukan, terlihat dari penurunan kredit, khususnya dalam valuta asing. Yang lain berusaha menukar utangnya dalam mata uang asing ke rupiah dengan harapan terlindungi dari pergerakan kurs yang semakin tak parah.

Serikat buruh pun mengantisipasi tren ini. Pekan lalu, mereka turun ke jalan menyampaikan sepuluh tuntutan. Buruh meminta kenaikan upah minimal 22 persen pada 2016 dan menolak masuknya tenaga kerja asing. Selain itu, menuntut pekerja outsourcing diangkat menjadi karyawan tetap, terutama di perusahaan milik negara. Buruh juga menolak setiap pemutusan hubungan kerja dengan alasan perlambatan ekonomi atau melemahnya rupiah.

Pada saat bersamaan, pemerintah menerbitkan obligasi dengan target Rp 10 triliun, lebih rendah daripada penerbitan sebelumnya. Pemerintah juga aktif membeli kembali obligasi di pasar untuk mengimbangi tekanan. Untungnya, telah banyak obligasi diterbitkan pada semester pertama tahun ini (front-loading). Sebesar 83 persen dari target rencana penerbitan obligasi tahun ini, Rp 452 triliun, sudah dilepas. Akhir Agustus lalu, obligasi yang dipegang pihak asing menurun sedikit jadi 37,8 persen.

Angka inflasi Agustus pun mengalami penurunan ke level 7,18 persen karena melonggarnya tekanan selepas Ramadan dan Lebaran. Namun dampak inflasi dari musim kering yang berkepanjangan terhadap harga makanan baru akan terasa pada kuartal ketiga.

Meski begitu, tak semua kejadian dapat dianggap negatif. Perusahaan yang sering menunda program efisiensi atau penurunan tingkat utang pada saat bisnis tumbuh sekarang terpaksa menjalankannya. Mereka yang berhasil melalui hal ini akan lebih siap tumbuh ketika ekonomi pulih nanti.

Pemerintah sedang meninjau kembali kebijakan larangan ekspor mineral bagi perusahaan tambang yang belum membangun smelter. Seharusnya pemerintah juga dapat merevisi target pertumbuhan dan anggaran belanjanya untuk sisa tahun ini dan 2016. Ini penting karena penetapan target dan asumsi yang lebih realistis dapat menambah kredibilitas pemerintah. Hal yang saat ini sangat dibutuhkan. l

Kontributor Tempo


KURS
Rp per US$
Pekan lalu 13.983
14.172 Penutupan 4 September 2015

IHSG
Pekan lalu 4.446
4.415 Penutupan 4 September 2015

INFLASI
Bulan sebelumnya 7,26%
7,18% Agustus 2015 YoY

BI RATE
Bulan sebelumnya 7,5%
7,5%

CADANGAN DEVISA
30 Juni 2015 US$ 108,0 miliar
US$ miliar 107,6 31 Juli 2015

PERTUMBUHAN PDB
2014 5,0%
5,1% Target pemerintah 2015

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus