Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Faisal Basri meragukan janji politik presiden terpilih, Prabowo Subianto, dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 8 persen. Menurut Faisal, Prabowo Subianto akan mengulangi apa yang dilakukan Presiden Joko Widodo yang menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 7 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sekarang dibangga-banggakan pertumbuhan ekonomi 5 persen, padahal dulu Pak Jokowi janjinya pertumbuhan ekonomi 7 persen," kata Faisal dalam forum Non-Bank Financial di Jakarta, Jumat, 26 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faisal mengatakan harapan Indonesia untuk bisa menjadi negara maju juga tersendat karena saat ini hampir semua negara mengalami perlambatan ekonomi. "Tren di dunia semuanya mengalami perlambatan. Jadi hampir tidak ada pertumbuhan 8 persen," ujar Faisal.
Menurut Faisal, alasan lain yang membuat janji politik Prabowo tersebut tidak akan tercapai yakni hilangnya fungsi pengawasan oleh lembaga legislatif. Saat ini, ujar Faisal, Prabowo mulai meniru Jokowi dengan membangun koalisi besar dan meniadakan oposisi.
Sebab, kata Faisal, lemahnya pengawasan terhadap pemerintah akan berdampak pada efektivitas pengelolaan keuangan negara. Pemerintah bisa menggunakan banyak anggaran untuk proyek yang tidak berdampak secara luas terhadap pertumbuhan ekonomi. "Selama ini digembar-gemborkan 5 persen, tapi siapa yang menikmati, ya orang-orang kaya. Sedangkan kelas menengah makin terpuruk," katanya.
Berdasarkan riset yang dilakukan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Indonesia, kata Faisal, hambatan mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen tampak dari fokus pembangunan yang tidak berorientasi sebagai negara maritim. Faisal menilai 10 tahun pemerintahan Jokowi membawa Indonesia makin meninggalkan jati diri sebagai negara maritim. "Kondisi di pemerintahan Prabowo ke depan akan sama buruknya dengan apa yang dilakukan Presiden Jokowi saat ini," kata dia.
Dia menambahkan, Presiden Jokowi hanya mampu mengerek pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,11 persen dari masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam satu dekade kepemimpinan Jokowi, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa melebihi 5 persen.