TANAH Batak yang perkasa dan "kejam" itu ternyata mengandung bebatuan bernilai tinggi. Di Kecamatan Pangaribuan, sekitar 300 km arah selatan Kota Medan, terdapat porash feldspar yang cocok untuk bahan baku isolator listrik dan industri keramik. PT Mikanic Maduma yang menemukan batuan beku dari unsur silikat tersebut, di bukit-bukit batu di tengah belantara. "Kandungan yang ada di sini diperkirakan meliputi 1.500 ha," kata Mochtar Djamaluddin, tenaga ahli PT Mikanic Maduma. Perusahaan ini melakukan eksplorasi sejak Januari 1990, dan bulan lalu sudah mulai berproduksi -- untuk sementara baru 300 ton. Soalnya, kemampuan Mikanic Maduma yang dipimpin Direktur Utama V. Hutabarat, pensiunan kolonel lulusan Atekad itu, masih terbatas. Penambangan belum mengandalkan alat-alat berat, melainkan hanya tenaga manusia sebanyak 100 orang. Di antaranya, 29 orang adalah pemilik saham PT Mikanic Maduma, yang telah menyerahkan 190 ha tanah mereka untuk ditambang. Tapi sudah ada niat untuk menambang dengan alat-alat berat, agar produksi bisa mencapai 2.000 ton per bulan. Kok berani? Sebuah perusahaan Taiwan, Chin Tai Enterprise, telah menyatakan kesediaannya membeli 2.000 ton setiap bulan. Hanya saja, untuk peningkatan kapasitas itu, dibutuhkan modal sekitar Rp 3 milyar lagi. "BRI sudah menawarkan kredit, tapi masih kami pertimbangkan," kata Hutabarat. Selama ini Indonesia mengimpor feldspar dari India, Sri Lanka, dan RRC dengan harga sekitar US$ 80 per ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini