Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Gugus Tugas atau Chair Task Force Energy, Sustainability and Climate, Nicke Widyawati, menyatakan pihaknya telah menyiapkan tiga rekomendasi transisi energi hijau. Rekomendasi tersebut akan disampaikan pada pertemuan tingkat tinggi G20 di Bali yang disepakati pada Inception Meeting Business 20 (B20).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami harus menjadi katalisator pemulihan hijau yang kuat dan berjalan seiring dengan prinsip-prinsip ketahanan energi, pemerataan energi, dan kelestarian lingkungan,” kata Nicke dalam keterangan resmi, Kamis, 3 Februari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Direktur Utama PT Pertamina (Persero) tersebut, transisi energi merupakan tantangan bagi semua pihak. Meski begitu, transisi energi harus dilihat sebagai peluang untuk menciptakan masa depan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang bisa diwujudkan dengan menerapkan skenario dan peta jalan yang kuat, terutama untuk aspek keuangan.
Nicke menjelaskan, Task Force Energy, Sustainability and Climate akan merumuskan rekomendasi kebijakan untuk transisi energi berkelanjutan dengan fokus tiga isu prioritas.
Pertama, mempercepat transisi ke penggunaan energi yang berkelanjutan agar bisa memastikan bahwa pemanasan global dibatasi maksimum 1,5 derajat Celcius. Topik utama yang telah diidentifikasi untuk pengembangan kebijakan adalah pengembangan industri bahan bakar alternatif seputar hidrogen dan biofuel.
Kedua, memastikan transisi yang adil dan terjangkau. Hal ini dilakukan dengan bentuk kerja sama global dalam mitigasi dampak dan dukungan untuk beradaptasi dengan perubahan.
Ketiga, kerja sama global dalam peningkatan ketahanan energi. Caranya dengan mewujudkan rumah tangga dan UMKM sebagai sarana mengakhiri kemiskinan ekstrem dan mempercepat transisi energi ke penggunaan energi yang berkelanjutan.
“Ketiga isu prioritas tersebut akan menjadi dasar penyusunan Rekomendasi Kebijakan dari Task force Energy, Sustainabilty and Climate dengan mempertimbangkan isu-isu kritis lainnya,” kata Nicke.
Adapun isu kritis yang dimaksud seperti penetapan harga karbon, kerja sama global, mata pencaharian, dan pengembangan kelembagaan untuk pembiayaan dan adopsi teknologi.
Lebih jauh, Nicke menyebutkan energi merupakan kendala yang mengikat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta sangat dibutuhkan bagi pengembangan ekonomi untuk pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Menurut dia, saat ini diperlukan satu tindakan yang mendesak dan terfokus untuk menyikapi berbagai kecenderungan global, di antaranya laju transisi energi masih tertinggal, perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca antropogenik yang telah menjadi isu kritis.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi memanfaatkan konsumsi energi bahan bakar fosil yang berkontribusi besar atas sebagian besar emisi gas rumah kaca. Transisi juga perlu dipercepat secara global dengan cara tetap meningkatkan ketahanan dan pemerataan energi.
Selanjutnya, kata dia, kendala pembiayaan harus dijembatani, investasi harus dialihkan ke infrastruktur transisi energi dan dapat dibayarkan dengan penetapan harga karbon. Tak hanya itu, menurut dia, juga penting juga untuk memastikan kesetaraan dengan meningkatkan akses dan keterjangkauan energi bersih dan modern yang tidak hanya penting untuk kesuksesan transisi, tetapi memberikan manfaat bagi lingkungan, gender, dan ekonomi.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.