Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Gandum Langka, Indofood Bakal Kembangkan Mi Instan Berbahan Sorgum

Wacana penanaman sorgum dalam jumlah besar muncul setelah sembilan negara mengungumkan menyetop sementara ekspor gandum di tengah gejolak geopolitik.

13 Agustus 2022 | 13.29 WIB

Direktur PT Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang, tercatat sebagai pemegang saham perusahaan offshore bernama Azzorine Limited. Nama Fransiscus tak langsung tercatat sebagai klien Mossack Fonseca, karena terafiliasi lewat BOS Trust Company (Jersey) Ltd, yang menjadi klien sejak 2013. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Perbesar
Direktur PT Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang, tercatat sebagai pemegang saham perusahaan offshore bernama Azzorine Limited. Nama Fransiscus tak langsung tercatat sebagai klien Mossack Fonseca, karena terafiliasi lewat BOS Trust Company (Jersey) Ltd, yang menjadi klien sejak 2013. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Fransiscus Welirang menyatakan perusahaannya siap mengembangkan mi instan berbahan dasar sorgum menyusul ancaman kelangkaan gandum. Sorgum merupakan tanaman lokal yang dianggap bisa menggantikan gandum. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kita dengan Pak Mentan SYL (Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo) memperbincangkan banyak hal. Tapi intinya bagaimana kita saat ini bisa mengembangkan bahan baku lokal seperti sorgum. Jadi, nanti ada program pengembangan tanaman sorgum bersama-sama," kata Fransiscus dalam keterangannya, Sabtu, 13 Agustus 2022. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sorgum adalah tanaman berbentuk biji-bijian sereal yang memiliki manfaat sebagai pakan ternak, bahan dasar energi biodiesel, hingga bahan pangan. Wacana penanaman sorgum dalam jumlah besar muncul setelah sembilan negara mengungumkan menyetop sementara ekspor gandum di tengah gejolak geopolitik Rusia-Ukraina yang menyebabkan rantai pasok pangan terganggu.  

Sembilan negara yang menutup keran ekspor gandum adalah Kazakhstan, Kirgizstan, India, Afghanistan, Aljazair, Serbia, dan Ukraina. Tersebab kondisi inilah Indonesia akhirnya mencari alternatif pengganti gandum bila stok komoditas itu terus menipis.

Fransiscus mengatakan Indofood mendukung upaya Kementerian Pertanian mengantisipasi krisis pangan global dengan mencari alternatif bahan baku lokal, seperti sorgum. Menurut dia, sorgum merupakan tanaman asli Indonesia yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan pangan nasional.

Adapun pengembangan sorgum berperan penting untuk mensubtitusi tepung terigu berbahan dasar gandum yang sampai saat ini masih bergantung pada impor. Sepanjang 2021, impor gandum Indonesia menembus 11,69 juta ton.

Fransiscus melanjutkan, Indofood akan melakukan proses pengolahan komoditas sorgum. Namun, ia berharap pemerintah, pada saat yang sama, juga bisa meningkatkan kapasitas produksi sorgum nasional.

"Pertanian dalam bidang budi daya dan kami dalam bidang prosesnya. Apalagi produk tepung ini kan berkembang terus, akan ada produk baru yang berkembang. Yang pasti inisiasinya dari Kementan," katanya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, konsumsi gandum penduduk Indonesia tahun 2019 adalah 30,5 kilogram per kapita per tahun. Kebutuhan gandum terbesar adalah untuk industri produk pangan olahan seperti mi instan, kue, dan roti.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdulah, menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika pemerintah ingin mengganti gandum dengan sorgum. Salah satunya adalah masalah rasa, karena itu berbicara selera atau lidah orang Indonesia.

“Misalnya mi instan menggunakan sorgum, eh ternyata masyarakat lidahnya belum siap. Itu perlu diperhatikan pemerintah,” ujar dia.

Meski serupa gandum, Rusli melihat sorgum tak serta-merta bisa menggantikan bahan pokok mi, kue, hingga roti tersebut. Dia meminta agar pemerintah menggandeng pihak perusahaan swasta untuk menjajal membuat bahan makanan seperti mi instan berbahan dasar sorgum.

“Ajak para pengusaha, misalnya buat mi pakai campuran gandum dan sorgum. Apakah diterima? Kalau rasanya bagus, berarti kan bagus. Kalau engak, bagaimana? Karena pengusaha juga mikir kalau jualian mi pakai sorgum lalu enggak laku, ya pengusaha enggak mau,” kata Rusli.

Menurut Rusli, pemerintah bisa bekerja sama dengan perusahaan swasta melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memiliki laboratorium untuk membuat olahan sorgum. “Agar bisa mmebuat makanan kombinasi yang enak, sehingga kolaborasi itu tetap ada. Selain itu yang perlu diperhatikan juga adalah harga lebih murah dari gandum,” tutur Rusli.

ANTARA | KHORY ALFARIZI

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus