Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Gejolak sesudah nyepi

Rush di bpr ratnadi denpasar segera menjalar ke semua cabangnya di bali. kasnya kosong gara-gara bermain bunga tinggi dan jor-joran.

17 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAPETAKA rush rupanya bukan monopoli bank besar saja. Beberapa bank kecil di daerah tak luput dari sabetannya. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Ratnadi di Bali, sejak dua pekan lalu, diguncang-guncang rush sampai kebobolan Rp 14 miliar. Asal- muasal bencana tersebut adalah manajemen yang salah-kaprah. Jadi, mirip dengan kasus Bank Summa di Jakarta. Rush yang melanda bank tersebut dimulai sejak beberapa hari menjelang liburan hari raya Nyepi dan Lebaran yang lalu. Dalam tradisi menyambut hari raya, cukup banyak nasabah BPR Ratnadi yang datang menarik tabungannya. Memang, ada beberapa nasabah yang keluar dari pintu bank itu dengan wajah berseri-seri. Tapi sebagian besar nasabah tampak kecut sambil melontarkan sumpah-serapah. Mereka inilah yang tak bisa mencairkan tabungannya. Belum sempat pihak BPR Ratnadi menjelaskan duduk perkara sebenarnya, emosi nasabah sudah meledak-ledak. Mereka toh sangat memerlukan uang, karena besok hari raya. Apalagi dikipas-kipas oleh isu bahwa BPR tersebut bangkrut. Tak pelak, esok harinya Ratnadi diserbu ratusan nasabah. Mereka menuntut agar seluruh simpanannya dibayarkan. Keadaan menjadi semakin runyam karena pihak bank tak berdaya melayani permintaan nasabah. Jalan keluar pun diupayakan, yakni untuk waktu sementara bank hanya akan melayani nasabah yang memiliki tabungan di bawah Rp 100.000. Urusan tambah gawat karena upaya itu cuma iming-iming. Akibatnya, ledakan di BPR Ratnadi Denpasar merembet ke lima cabangnya di Karangasem, Gianyar, Klungkung, Bangli, dan Jembrana. Setelah diusut-usut, pangkal bencana ada pada Ratnadi sendiri, yang kasnya kering. Kekeringan itu rupanya sudah sampai ke dasar. Dalam laporan BI, hingga pekan lalu BPR Ratnadi memiliki kewajiban sebesar Rp 14 miliar, dan Rp 3 miliar di antaranya merupakan utang ke bank lain. Sisanya adalah tabungan nasabah. Adapun kredit yang disalurkannya mencapai Rp 12 miliar. ''Karena kredit macet yang cukup besar, Ratnadi mengalami krisis keuangan,'' kata Drs. Wayan Kota Widana, Ketua Perhimpunan BPR Bali, kepada Putu Fajar dari TEMPO. Disebut- sebut, hampir 60% kredit itu macet. Strategi jor-joran yang dilakukan BPR yang berdiri sejak 1976 itu juga merupakan andil besar bagi kejatuhannya. Untuk menggaet pasar, misalnya, Ratnadi berani menawarkan bunga tabungan 23% dan deposito 30%. Dengan iming-iming yang demikian tinggi, banyaklah yang terpikat. Belum terhitung hadiah langsung sepeda motor bagi deposan di atas Rp 100 juta. Tak pelak lagi, akibat biaya uang yang sangat tinggi ini, Ratnadi memasang bunga kredit pinjaman yang juga tinggi rata- rata 4% sebulan. Dalam waktu singkat, banyak debitur Ratnadi yang pedagang kecil menjadi kelimpungan. Bank Indonesia (BI) segera bertindak. J. Irawan, pimpinan BI Denpasar, memanggil dan memerintahkan para pengurus Ratnadi supaya segera menyediakan uang segar, yang diharapkan dapat meredakan situasi. Ditaksir, dana segar itu Rp 510 miliar. Kalau tidak, katanya, jumlah bank yang akan bernasib serupa Ratnadi akan makin membengkak. Namun, Ratnadi belum melaksanakan perintah itu sampai pekan ini. Sementara itu, penarikan cicilan kredit dari para debiturnya rata-rata Rp 50 juta sehari juga macet. Dalam keadaan terjepit seperti itu, pemilik BPR Ratnadi, Wayan Sudarma, tidak bisa ditemui, baik di rumah maupun di kantornya. Bahkan pekan lalu ia diberitakan menghilang. Moebanoe Moera

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus