Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ahli waris muda filsafat pisang

National gobel mencatat dua hal penting: omsetnya mencapai rp 1 triliun, dan alih generasi dari jamien tahir kepada rachmat gobel.

17 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAUH sebelum pohon pisang mati, ia telah memproses kehidupan untuk anak turunannya sebagai generasi penerus''. Itulah filsafat yang dikembangkan almarhum H. Thayeb Mohammad Gobel semasa hidupnya, dan tetap diamalkan oleh pucuk pimpinan Grup National Gobel saat ini. Gobel telah menyerahkan tampuk kepemimpinan, jauh sebelum ia meninggal. Alih generasi ini terjadi tahun 1978, enam tahun sebelum bekas ketua Partai Syarikat Islam itu dipanggil Tuhan. Penggantinya adalah Jamien A. Tahir, yang tindak-tanduknya tak lepas dari filsafat pohon pisang. Pekan lalu, dalam sebuah acara halal bihalal, Jamien mengoperkan tongkat kepemimpinannya di grup usaha yang didirikan oleh Mohammad Gobel ini kepada Rachmat Gobel, 31 tahun, salah seorang putra dari tujuh putra-putri almarhum. Banyak isu tentang keputusan yang diambil Jamien secara mendadak itu. Banyak yang bilang, Jamien mengundurkan diri karena tak cocok lagi dengan Rachmat sebagai sang ahli waris. Dugaan itu semakin kuat ketika Iwao Nakatsuka, presdir National Gobel, mengatakan bahwa pihak Matsushita Jepang (mitra asing Gobel) belum memahami langkah yang diambil Jamien. ''Sampai hari ini, kami tetap tidak mengerti apa alasan pengunduran diri Jamien,'' katanya. Namun, sebagai wakil pemodal asing, Nakatsuka tampaknya tak mau mengabulkan permohonan mundur itu dengan gampang. Kendati target kenaikan omset tahun lalu sebesar 15% tidak tercapai, tenaga Jamien tetap dibutuhkan. Soalnya, Matsushita sudah mengenal Jamien, termasuk jaringan pemasarannya di dalam dan luar negeri. ''Jadi, realisasi pengunduran dirinya membutuhkan waktu,'' ujar Nakatsuka. Apa komentar Jamien? ''Jangan percaya isu,'' katanya cepat. Menurut dia, naiknya Rachmat sudah lama direncanakan. Itu sesuai dengan filsafat almarhum Gobel: regenerasi harus dilakukan sejak dini. Pesannya, jangan sampai perusahaan mati karena tak punya kader pimpinan. Jamien bahkan akan menyerahkan singgasananya sejak dua tahun lalu. Tapi, seperti diakui Rachmat, ketika itu ia belum siap. Padahal, ''Sejak lima tahun lalu saya diperingatkan oleh Pak Jamien agar tidak banyak main-main,'' kata Rachmat Gobel, yang telah digembleng di Matsushita Jepang selama setahun, plus lima tahun magang di National Gobel. Kini, siap atau tidak, tongkat kepemimpinan sudah berpindah tangan. ''Saya yakin, dengan pendidikan dan pengalamannya selama ini, Rachmat sanggup memimpin Gobel,'' ujar Jamien. Hal itu tentu masih harus dibuktikan. Yang pasti, di bawah kepemimpinan Jamien, omset penjualan Gobel terus meningkat hingga Rp 1 triliun. Ada dua sumber yang memungkinkan Gobel mencapai angka penjualan sebesar itu, yakni pasar dalam negeri dan ekspor. Di dalam negeri, dengan memasarkan berbagai jenis barang elektronik, seperti radio, televisi, video, tape recorder, dan alat-alat rumah tangga, Gobel berhasil menjadi perusahaan elektronik terbesar, yang menguasai 22% pangsa pasar elektronik, dengan penjualan Rp 320 miliar. Pendapatan dari pasar ekspor lebih besar lagi. Dari video yang diekspor ke Amerika saja, Gobel berhasil meraih US$ 100 juta. Sedangkan baterai kering yang dijual ke 56 negara tahun lalu menghasilkan US$ 30 juta. Dan masih ada sederet produk lainnya yang juga telah menembus pasar mancanegara, seperti speaker, radio kaset, radio azan, televisi, dan komponen elektronik. Menurut Jamien, pasar komponen di luar negeri masih terbentang luas. Untuk speaker, setiap tahun pasar dunia menyerap 56 juta unit. Sedangkan produksi Gobel sendiri baru mencapai 1,52 juta unit. Wajarlah, dalam upaya mengantisipasi ledakan permintaan ekspor, Gobel Group dalam waktu dekat akan mendirikan dua perusahaan baru. Satu di antaranya adalah pabrik komponen yang juga berpatungan dengan Matsushita, dengan modal awal US$ 15 juta. Dengan demikian, perusahaan yang berada di bawah payung Gobel akan menjadi 19 buah. Tidak mustahil jumlah itu akan terus bertambah. Kendati demikian, Gobel, yang omsetnya di atas Rp 1 triliun itu, tampak tidak berniat melangkah di luar jalur industri elektronik. ''Kami tetap akan menjadi spesialis di bidang ini,'' kata Rachmat. Untuk lebih mengembangkan usaha Gobel, Rachmat juga akan melakukan semacam perubahan di kalangan manajemen. Sebaliknya, Jamien tampak belum punya rencana baru. ''Untuk sementara, saya mau menikmati hidup,'' kata bapak enam anak ini. Tentang jabatan komisaris yang ditawarkan National Gobel, hingga pekan ini Jamien belum memberikan jawaban. ''Jika memang dibutuhkan, tawaran itu akan saya terima. Tapi, kalau sekadar menjadi komisaris pajangan, lupakan saja,'' katanya. Karena itu pulalah Jamien, yang sudah 33 tahun mengabdikan dirinya dalam grup ini, mengembalikan tawaran tersebut kepada direksi Gobel. ''Ini penting,'' ujar Jamien, ''agar perlu tidaknya keberadaan saya di tempat itu dipertimbangkan kembali.'' Akankah Jamien menjadi manajer profesional di grup lain, seperti halnya Tanri Abeng? Ia rupanya tak berminat. ''Hampir seumur hidup, saya bekerja pada orang lain, capek,'' jawabnya singkat. Sebagai pemimpin generasi ketiga, Rachmat Gobel akan menghadapi masa-masa berat menjelang tahun 2000. Barangkali, dengan bekal filsafat pisang, bahtera Gobel akan sukses melayari era globalisasi, yang corak dan tantangannya tidak pernah dikenal oleh kedua pendahulunya. Budi Kusumah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus