Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretartis Jenderal Serikat Pekerja Mitra Tambak Nusantara (SPMTN), Icad, mengungkapkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di startup eFishery sudah dimulai sejak Januari 2025. Banyak dari karyawan yang di-PHK itu masih berstatus kontrak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya tidak bisa berikan detail angka karyawan kontrak yang terkena PHK berapa. Tetapi yang jelas angkanya lumayan besar. Ada yang sudah dapat tanggal terakhirnya di bulan Januari 2025 ini,” ucap Icad saat dihubungi, Sabtu, 25 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia juga mendesak manajemen eFishery untuk memberikan kejelasan perihal kabar tersebut, terutama mengingat kondisi perusahaan yang tengah diterpa isu pemalsuan laporan keuangan.
“Kami ingin mengklarifikasi soal kebenaran kabar ini. Apakah benar PHK akan dilakukan sebelum Maret nanti? Hingga saat ini, kami sama sekali tidak mendapat informasi resmi dari pihak manajemen,” ujar Icad.
Menurut Icad, kondisi ketidakpastian ini telah membuat para pekerja merasa cemas. Apalagi, manajemen saat ini didominasi oleh pihak investor, termasuk Northstar Group. “Kami harap manajemen transparan. Kalau memang ada keputusan PHK, berikan penjelasan jelas dan jangan menggantung nasib kami para pekerja."
Selain soal PHK, Icad menyoroti adanya stigma yang dialamatkan kepada para pekerja akibat kasus pemalsuan laporan keuangan. Ia meminta agar pekerja tidak dilibatkan atau dicap sebagai pihak yang terlibat dalam permasalahan tersebut.
“Ini masalah antara manajemen dan investor. Jangan sampai pekerja juga dituduh melakukan kecurangan. Kami hanya ingin bekerja dengan baik dan mencari nafkah. Stigma negatif ini sudah berdampak besar, bahkan ada teman-teman yang melamar kerja di tempat lain tapi tiba-tiba di-ghosting karena isu ini,” ujar Icad.
Menurut dia, para pekerja di E-Fishery tidak memiliki kaitan langsung dengan manipulasi laporan keuangan. Sebagian besar hanya fokus menjalankan tugas operasional yang saat ini justru sedang tumbuh di berbagai lini bisnis, baik dari B2C, B2B, maupun B2G.
Soal dugaan pemalsuan laporan keuangan, Icad menyatakan tak ada dampaknya ke operasional perusahaan yang tetap berjalan dengan baik dan menunjukkan pertumbuhan positif. “Masalah laporan palsu itu tidak ada kaitannya dengan sistem bisnis kami. Operasional berjalan lancar, bahkan teman-teman di lapangan kewalahan karena banyaknya klien. Kami sedang tumbuh,” katanya.
Ia berharap eFishery tidak mengambil keputusan ekstrem, seperti pemberhentian operasional, yang dapat berdampak besar pada masa depan para pekerja. “Kami menuntut agar operasional terus berjalan dan para pekerja tetap diberikan kepastian,” ujar Icad.