Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sedang mengevaluasi ambruknya enam batang girder pada proyek Jalan Tol Depok-Antasari di kawasan Simpang Susun Antasari, Cilandak, Jakarta Selatan, 2 Januari 2018. Salah satu yang tengah dievaluasi adalah operator eskavator proyek yang diduga ikut terlibat dalam insiden tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami curiga operator ekskavatornya memang KW, sebab saat dia menjalankan, dia tidak bisa mengendalikan," kata Direktur Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Kementerian PUPR, Sumito, di Gedung Kementerian PUPR, Kamis, 4 Januari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, insiden tersebut terjadi saat pengawas proyek belum datang ke lokasi pembangunan. Namun pihak subkontraktor sudah memulai pekerjaan lebih awal karena diduga ingin cepat menyelesaikannya. Namun naas, ekskavator yang dikemudikan operator tersebut menyenggol girder yang sudah terpasang hingga ambruk.
Direktur Operasi dan Teknik PT Girder Indonesia Budi Pras mengatakan, ambruknya keenam girder tersebut murni karena human error atau kelalaian manusia. Ia membenarkan bahwa girder tersebut ambruk karena terhantam ekskavator yang sedang berputar.
PT Girder Indonesia merupakan kontraktor pembangunan Tol Depok Antasari. Sedangkan pemegang konsesi pembangunan tol tersebut adalah PT Citra Waspphutowa.
PT Citra Waspphutowa menyerahkan kepada kepolisian untuk menginvestigasi insiden ini. Deputi Proyek Manajer PT Citra Waspphutowa Indra Purnadi mengatakan akan memberikan sanksi bagi kontraktor, PT Girder Indonesia, jika ditemui kelalaian dalam menjalankan standar operasional prosedur (SOP) pembangunan tol.
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Syarif Burhanuddin membenarkan klaim dari PT Girder Indonesia. Menurut dia, insiden ini memang murni akibat human error, bukan karena struktur konstruksi yang keliru.
Syarif menambahkan, insiden ini juga tidak terlepas dari masih minimnya tenaga ahli dan terampil yang telah memiliki sertifikasi. Dari hampir 7 juta tenaga ahli dan terampil, baru 10 persen yang sudah disertifikasi. "Ini yang akan terus kami tingkatkan untuk mengurangi potensi kecelakaan kerja di lapangan," ujarnya.
Selama lima bulan terakhir setidaknya empat kali kecelakaan terjadi dalam proyek pembangunan tol, yakni ambruknya jembatan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) dan ambruknya girder tol tempat lain, yakni Pasuruan-Probolinggo dan Pemalang-Batang. Kecelakaan proyek tol Bocimi dan Pasuruan-Problinggo bahkan menewaskan masing-masing satu orang. Kecelakaan di Tol Depok tidak menimbulkan korban.