Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Harga beras sepanjang Januari hingga Oktober 2024 masih lebih tinggi dibanding tahun lalu pada periode yang sama.
Salah satu penyebab utama kenaikan harga beras adalah penurunan produksi beras. Badan Pusat Statistik memproyeksikan produksi beras Indonesia turun 650 ribu ton pada akhir tahun ini.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Moga Simatupang mengatakan harga rata-rata nasional beras, baik beras medium maupun premium, sebetulnya stabil dibanding sebulan lalu.
HARGA beras sepanjang Januari hingga Oktober 2024 masih lebih tinggi dibanding harga tahun lalu pada periode yang sama. Melansir data Panel Harga Pangan dari Badan Pangan Nasional, pada 30 Oktober 2024, harga beras medium tercatat Rp 15.420 per kilogram. Nilai tersebut lebih tinggi dibanding pada 30 Oktober 2023, yaitu Rp 13.530 per kilogram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepanjang Januari hingga September 2024, harga beras medium masih terus berada di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Adapun HET beras medium Badan Pangan Nasional adalah Rp 15.500 per kilogram untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan. Sedangkan untuk wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp 13.100 per kilogram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu penyebab utama kenaikan harga beras adalah penurunan produksi beras. Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan produksi beras Indonesia turun 650 ribu ton pada akhir tahun ini. Pelaksana tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyebutkan produksi beras nasional sepanjang Januari hingga Desember 2024 diperkirakan mencapai 30,34 juta ton atau turun sekitar 760 ribu ton dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Pada November diperkirakan terjadi selisih produksi sebesar 0,86 juta ton dan Desember 1,4 juta ton.
Data BPS juga menunjukkan beras menjadi salah satu komoditas utama penyumbang inflasi. Secara tahunan, komoditas beras merupakan komoditas pangan yang memberikan sumbangan inflasi terbesar dengan andil 0,23 persen.
Kenaikan harga beras juga mempengaruhi penurunan tingkat konsumsi. BPS mengungkapkan rata-rata konsumsi beras per kapita turun dari 6,65 kilogram per bulan pada 2023 menjadi 6,49 per kilogram pada 2024.
Peneliti dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Meridian, mengatakan kondisi ini menjadi sinyal daya beli masyarakat. "Saking melemahnya daya beli ini sampai mempengaruhi kebutuhan dasar seperti beras," ujarnya kepada Tempo, Rabu, 30 Oktober 2024.
Eliza menjelaskan, ketika inflasi meningkat, harga-harga kebutuhan pokok, termasuk beras, ikut naik. Kondisi ini membuat daya beli konsumen cenderung melemah karena pendapatan mereka relatif menjadi lebih kecil dibanding harga barang yang meningkat. Dengan daya beli yang melemah akibat inflasi, konsumen ada kemungkinan akan mengurangi konsumsi beras sebagai salah satu bentuk penyesuaian. Masyarakat dapat beralih ke sumber karbohidrat yang lebih murah, seperti mi instan atau gorengan.
Alarm penurunan daya beli masyarakat juga terlihat dari deflasi Indonesia yang terjadi lima bulan bertubi-tubi dari Mei hingga September 2024. Deflasi pada September 2024 secara bulanan pun menyentuh level 0,12 persen atau naik dibanding pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,03 persen.
Kendati demikian, menurut Eliza, masih ada harapan untuk menggenjot daya beli hingga akhir tahun ini. Sebab, pada akhir tahun akan ada momentum pemilihan kepala daerah serentak yang dapat meningkatkan permintaan beras.
Kontribusi Beras terhadap Inflasi
Di sisi lain, untuk mengatasi risiko kenaikan harga beras, Eliza menyarankan pemerintah memastikan kelancaran distribusi beras dari produsen ke konsumen agar tidak terjadi kelangkaan. Selain itu, diperlukan pembaruan data stok pangan secara real-time di setiap daerah.
Dengan adanya data stok yang akurat, tutur Eliza, pemerintah bisa segera mengetahui wilayah yang mengalami kekurangan pasokan dan mengirim tambahan stok beras jika diperlukan. Upaya ini diharapkan dapat menstabilkan harga beras dan memastikan kebutuhan pangan masyarakat terpenuhi selama periode pilkada.
Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan mengatakan tingginya harga membuat penjualan beras di pasar lesu dalam beberapa bulan terakhir. Menurut dia, harga di level penggilingan yang tinggi dan HET yang membatasi harga jual beras juga membuat pasar beras kurang bergairah.
Karena itu, Reynaldi berharap pemerintah bisa mengelola pasar beras lebih baik dan mendorong daya beli masyarakat. Salah satunya melalui perbaikan koordinasi antara lembaga Kementerian Pertanian, BPS, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Koordinator Pangan.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Moga Simatupang mengatakan harga rata-rata nasional beras, baik beras medium maupun premium, sebetulnya stabil dibanding sebulan lalu. Namun ia tak menampik bahwa harga beras masih tergolong tinggi, mengingat masih berada di atas HET yang ditetapkan Badan Pangan Nasional.
Moga menyebutkan pemerintah tetap berupaya agar harga beras tetap stabil. "Kami harap stabilisasi beras dapat membuat daya beli masyarakat terhadap komoditas beras terjaga, terutama menghadapi masa paceklik sampai akhir tahun," tutur Moga.
Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian adalah menambah stok cadangan beras pemerintah (CBP). Penambahan stok akan dilakukan melalui pengadaan dalam negeri dan percepatan realisasi pengadaan impor. Pemerintah menargetkan stok CBP dapat terjaga sebesar 1,2 juta ton pada akhir tahun.
Selain itu, pemerintah berencana menyalurkan CBP melalui bantuan pangan beras kepada 22 juta keluarga penerima manfaat serta melaksanakan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras di tingkat konsumen. Penyaluran stok CBP ke masyarakat juga dapat menjaga ketersediaan pasokan beras di masyarakat sehingga harga beras tetap terjaga.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo