Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA pekan terakhir, PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI) menyedot perhatian. Perusahaan investasi ini menjadi pembeli siaga PT Bank Muamalat Indonesia Tbk melalui skema penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Bila transaksi ini berhasil, PADI bakal menguasai 51 persen saham Muamalat dengan nilai Rp 4,5 triliun. Tak hanya buat membeli saham Muamalat, duit itu disiapkan untuk merevitalisasi bank syariah pertama di Indonesia tersebut. "Kami ingin menjadikan Muamalat sebagai bank syariah terbesar, minimal tingkat regional," ujar Head of Corporate and Strategic Planner PT Minna Padi Investama Sekuritas Harry N.P. Danardojo kepada Ghoida Rahmah, Khairul Anam, Praga Utama, dan Putri Adityowati dari Tempo, Rabu pekan lalu.
Kenapa tertarik membeli saham Bank Muamalat?
Permintaan perbankan syariah terus meningkat, dan Muamalat punya branding bagus. Kami mencoba merevitalisasi bank ini agar memiliki produk yang mumpuni, tidak seperti bank konvensional.Dari mana uang Minna Padi sementara aset perusahaan hanya Rp 478,3 miliar?
Kami akan melakukan pengumpulan dana. Setelah bertemu dengan manajemen Muamalat, kami bertemu dengan sejumlah calon investor lokal ataupun luar negeri.Kami dengar Ilham Habibie tertarik....
Untuk Ilham Habibie, bisa saya pastikan benar. Dia tertarik karena ada ikatan emosional. Orang tuanya kan pendiri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. Lembaga ini bersama Majelis Ulama Indonesia bisa dibilang sebagai bapak dan ibunya Muamalat. Nanti Pak Ilham bergabung di Minna Padi. Akan kami tunjuk dia sebagai komisaris Minna Padi. Untuk nama lain, saya belum bisa berkomentar sampai finalisasi.Benarkah Lippo, Panin, dan Asabri akan masuk?
Ada beberapa lembaga keuangan swasta yang mau masuk. Tapi Panin tidak termasuk. Nama Lippo santer mungkin karena saya pernah bekerja di sana, jadinya dikait-kaitkan. Padahal tidak benar. Soal Asabri kan menurut Muamalat. Jadi saya tidak dalam posisi mengomentarinya.Pengusaha Setiawan Ichlas aktif memborong saham Minna Padi sekaligus menjadi investor. Apa latar belakang dia?
Setiawan bermula dari bisnis batu bara. Sekarang dia punya perusahaan logistik untuk menunjang bisnis batu bara dan beberapa mainstream business lain. Dia berinvestasi di beberapa tempat, termasuk capital market. Dia pernah dimintai bantuan untuk merevitalisasi Bank Pundi dan Bank Banten. Ketika masuk, dia berhasil memperbaiki non-performing loan dan menjaga kewajiban bank dengan menjaga dana pihak ketiga tetap masuk.Berapa sebetulnya valuasi saham Muamalat?
Angka Rp 4,5 triliun untuk 51 persen itu kami yakini cukup untuk merevitalisasi Muamalat agar kemudian tumbuh, terutama untuk menambah dana pihak ketiga dan aset perusahaan. Bank juga butuh tingkat rasio kecukupan modal yangmumpuni. Soal diterima atau tidak, itu urusan korporasi. Kami masih menunggu harga dari Muamalat.Dana Rp 4,5 triliun itu bisa diperoleh dari berapa investor?
Ini pertanyaan sulit. Tapi ada kemungkinan komposisi investornya: 80 persen lokal, 20 persen kami buka jika ada investor luar mau berpartisipasi.Berapa lama Muamalat akan untung setelah direvitalisasi?
Kami berharap antara dua dan dua setengah tahun sudah bisa menghasilkan keuntungan. Kami ingin dalam waktu secepat mungkin bank ini bisa tumbuh. Tapi yang lebih penting adalah menjaga likuiditas dan menggenjot portfolio pinjaman.Setelah menjadi pemegang saham mayoritas, apakah akan merombak susunan direksi?
Kami memilih memberikan kesempatan kepada yang sekarang selama enam bulan sampai satu tahun. Keberlanjutan itu penting. Direksi yang sekarang tidak perlu diganti bila kinerjanya bagus. Lagi pula yang menunjuk direksi adalah para pemegang saham berdasarkan konsensus. Tidak bisa main ganti begitu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo