Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Harta Karun Dari Natuna

Indonesia ternyata pengekspor gas alam cair (LNG) yang terbesar di dunia. Devisa dari LNG punya arti penting bagi Indonesia. Indonesia punya banyak ladang LNG.

15 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK banyak yang tahu Indonesia kini adalah pengekspor gas alam cair (LNG) yang terbesar di dunia. Tapi itulah kenyataannya ketika tahun lalu Indonesia berhasil mengumpulkan US$ 2,3 milyar dari ekspor LNG-nya. Jumlah itu kira-kira 10% dari seluruh devisa yang dihasilkan. Cukup lumayan, apalagi kalau diingat ekspor LNG ini diperkirakan akan terus meningkat. Dalam kuartal satu 1981 kemarin ekspornya naik 7% menjadi US$ 598 juta. Jepang dan Korea Selatan sudah menutup kontrak pembelian untuk 20 tahun, dan karena jumlahnya melebihi yang tersedia sekarang ini, produksi akan ditingkatkan di Arun (Aceh) dan Bontang (Kal-Tim), dua daerah produsen LNG saat ini. Devisa LNG akan punya arti penting sekali bagi Indonesia. Sebab dalam tahun 1980-an ini, ekspor minyak akan seret tumbuhnya. Bukan saja karena harga uk akan melonjak lagi seperti dulu, tapi karena Indonesia yang terus tumbuh makin kehausan minyak, hingga sisa untuk ekspor makin kurang. Karena itu penghasilan LNG paling tidak akan bisa menutup kekurangan ini. Tadinya LNG yang dari Arun sudah dikontrak oleh AS. Pacific Indonesia LNG Co. (Pacindo), sebuah perusahaan di Los Angeles menandatangani kontrak pembelian pada 1973, untuk membeli selama 20 tahun. Tapi kemudian timbul macam-macam soal. Pemerintah Negara Bagian California tak memberi izin pembangunan tangki penyimpanan, dengan alasan lingkungan. Lalu kebijaksanaan Presiden Reagan yang melepaskan kontrol harga minyak dalam negeri: harga minyak dalam negeri boleh sama dengan harga minyak impor, hingga produsen minyak dalam negeri terangsang. Maka impor LNG dari Indonesia terlalu jauh, jadi tidak ekonomis. Hak pembelian AS dilepas, dan Jepang kemudian mengambilnya. Tiga perusahaan energi Jepang, Chuba Electric, Kansai Electric dan Osaka & Tokyo Gas Co. secara bersama mengambil alih kontrak pembelian yang dilepaskan AS. Mereka diperkirakan akan menghasilkan US$ 10 milyar untuk Indonesia selama masa kontrak. Mulanya Jepang keberatan tentang soal harga yang ditetapkan Pertamina. Pertamina minta agar harga LNG disesuaikan dengan perkembangan harga jenis minyak Indonesia yang termahal, dan atas dasar fob, yang berarti pengangkutan diurus Jepang sendiri, dan Pertamina hanya tahu terima bersih. Jepang beranggapan cara ini menyebabkan harga LNG sesampainya di Jepang lebih mahal dari minyak kasar dengan kadar kalori yang sama. Tapi entah kenapa, Jepang akhirnya setuju juga dan menerima usul Pertamina. LNG yang diimpor Jepang dari Indonesia, jadinya separuh dari total impor LNG negeri itu. Untuk memenuhi permintaan yang makin meningkat ini, pemerintah sedang mencari dana US$ 2 milyar untuk memperluas kapasitas produksi LNG. Arun, yang sekarang punya 3 train, akan ditingkatkan menjadi 5 nantinya, dan train di Bontang akan ditambah 2 lagi hingga menjadi 4. Pada 1984 produksi LNG Indonesia diharapkan menjadi 13,5 juta ton per tahun, 80% lebih banyak dari yang sekarang. Dan barangkali belum banyak yang tahu perwakilan minyak Esso ketika melakukan pengeboran minyak ditenggara Kepulauan Natuna baru-baru ini telah menemukan sumber gas alam yang cukup besar. Cadangannya ditaksir sekitar 200 sampai 400 triliun kaki kubik. Kalau benar demikian, maka sumber gas alam di dekat Natuna ini akan merupakan yang terbesar ketiga di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus