Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Minyak Indonesia Dan Tahun 2001

Perusahaan-perusahaan kontraktor minyak asing akan meningkatkan investasi/eksplorasi minyak di Indonesia. sebagian besar ekspor minyak Indonesia berasal dari PT Caltex.

15 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUNIA eksplorasi minyak di Indonesia rupanya masih terus berpacu dengan harga-harga minyak itu sendiri yang sejak beberapa waktu lalu melemah. Dan menang. Sekalipun perusahaan-perusahaan minyak itu tahu permintaan minyak dunia kini mengendur, nafsu mereka untuk melakukan eksplorasi di Indonesia ternyata tak berkurang. Tahun lalu investasi perusahaan minyak di sini untuk pertama kali melampaui angka US$ 1 milyar. Dan dari anggaran belanja mereka terlihat, perusahaan-perusahaan minyak itu akan meningkatkan investasinya tahun ini dengan 50%. Jumlah sumur yang dibor tahun lalu saja sudah mencapai 200 buah. Tahun ini Pertamina memperkirakan jumlah sumur yang akan dibor itu akan mencapai 300 buah. Apa yang membuat mereka bersemangat? "Situasi politik di sini lebih stabil dan tenang," kata beberapa kontraktor minyak asing di Jakarta. Mereka nampaknya memang makin ngeri melihat situasi di Timur Tengah dan Amerika Latin yang sering meledak-ledak. Bisa dipastikan meningkatnya kegiatan eksplorasi ini akan menahan kemerosotan produksi minyak Indonesia, untuk sementara. Tadinya produksi sudah sekitar 1,57 juta barrel sehari (1 barrel= 159 liter). IIAPCO misalnya, produsen minyak bagi hasil nomor lima di Indonesia, kini produksinya mencapai 118.000 barrel sehari. Tadinya 82.000 barrel. Usaha patungannya dengan perusahaan minyak Arco di Laut Jawa sebelah timur Jakarta sekarang menghasilkan 150.000 barrel sehari, tadinya 134.000 barrel. Conoco, yang beroperasi di Laut Cina Selatan yakin akan menghasilkan dua kali lipat dari 18.000 barrel sehari sekarang. Dan bagaimana dengan PT Caltex Pacific Indonesia, raksasa yang menghasilkan separuh produksi minyak Indonesia? Belum terdengar Caltex sudah berhasil menaikkan produksinya. Malah menurut Pertamina produksi Caltex turun belakangan ini dari 760.000 barrel menjadi sekitar 711.000 barrel sehari. Tapi Caltex sebentar lagi akan menjadi pusat perhatian: Kontraknya dengan pemerintah yang ditandatangani pada 1963 -- dari konsesi menjadi kontrak karya -- akan berakhir pada 1 Januari 1983. Bisa dipastikan sejak waktu itu pula Caltex akan meneruskan eksplorasinya sebagai kontraktor bagi hasil. Hanya saja, seperti kara seorang di Caltex, bentuk formula dari bagi hasil itu yang belum jelas. Barangkali sudah banyak yang lupa bahwa di bulan Agustus 10 tahun lalu telah tercapai persetujuan antara Caltex dengan Departemen Pertambangan, yang membolehkan maskapai minyak Amerika itu kelak beroperasi sebagai kontraktor bagi hasil. Persetujuan yang masing-masing ditandatangani oleh Julius Tahija, waktu itu Ketua Dewan Direksi PT CPI dan Menteri Pertambangan almarhum Sumantri Brojonegoro, berlaku mulai 1983 sampai tahun 2001. Bisa dipastikan selama 18 tahun itu sebagian besar dari ekspor minyak Indonesia masih datang dari ladang-ladang Caltex di Riau. Tapi agaknya yang juga mulai menonjol di samping minyak itu adalah ekspor LNG dari Indonesia yang kini paling besar di dunia (lihat: box).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus