Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Harus Tanpa Kompromi

Wawancara Tempo dengan Abdul Latief, pemilik dan pengelola pasaraya tentang keberhasilan pasaraya dan masuknya investor asing dalam bisnis retail.

24 Oktober 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM usianya yang ke 52, Abdul Latief masih gesit, banyak ide, dan banyak menggebrak. Laki-laki berkulit kuning langsat dengan dahi yang agak lebar ini adalah pucuk pimpinan ALatief Corporation, pemilik sekaligus pengelola Pasaraya. Selain di bisnis eceran, ia juga bergerak di tambak udang, makanan, ekspor garment, rotan, dan perumahan. Latief kini memiliki dua pusat perbelanjaan yang megah di Jakarta Selatan. Yang satu menjulang sembilan tingkat di kawasan Blok M -- disebut Pasaraya Big & Beautiful. Yang lain terletak di kawasan Manggarai, berlantai 7 dan dinamakan Pasaraya Young & Trendy. Pasaraya Big & Beautiful merupakan departemen store paling ramai di kawasan Blok M. Setiap hari -- seperti diungkapkan Latief -- lebih 100 ribu pengunjung masuk ke sana. Sudah 19 tahun berkecimpung di bisnis eceran, November depan Latief akan membangun sebuah Pasaraya lagi di atas lahan 110 ribu meter persegi, juga di kawasan Blok M. Kelak pusat perbelanjaan yang baru itu diberi nama Store of the Future (Toko Masa Depan). Kalau Matahari mempunyai 37 cabang, Pasaraya baru dua menjelang tiga. Biar sedikit, konon dicintai. Berikut ini petikan wawancara Indrawan (TEMPO) dengan Abdul Latief. Berapa omzet Pasaraya? Soal angka tak akan kami beri tahu supaya orang tidak bisa menggambarkan posisi kami. Sebab Pasaraya diincar para pesaing kami. Apa rahasia keberhasilan Pasaraya? Mekanisme pasar yang kami kembangkan disesuaikan dengan daya beli dan budaya berbelanja masyarakat. Kami tidak membuka toko di sana-sini. Buat apa omzet tinggi kalau biayanya juga tinggi. Bisa-bisa malah rugi. Apa pendapat Anda tentang masuknya investor asing dalam bisnis retail di negeri ini? Kalau saya bicara sebagai pribadi, ada empat hal yang seharusnya tidak boleh dikuasai asing, yakni tanah, laut, udara, dan perdagangan. Ingat penjajah Belanda. Mereka datang kemari mula-mula hanya untuk berdagang. Tapi mereka lalu merebutnya dan menjajah kita. Ini tidak boleh terulang. Orang Indonesia harus menguasai perdagangan di dalam negeri, tanpa kompromi. Bisnis eceran adalah salah satu bagian dari perdagangan. Kalau dikuasai orang asing, mereka bisa menjual produkproduk negaranya sendiri di sini. Ini akan mematikan industri dalam negeri. Andaikan mereka betul-betul masuk, apakah tidak ada manfaatnya? Tidak ada. Zero. Dari segi kepentingan nasional sama sekali tidak ada manfaatnya. Mereka melihat kita hanya sebagai pasar. Mereka tidak akan mendorong pertumbuhan produksi, tapi malah mendorong pertumbuhan konsumsi. Apa bisa dijamin mereka akan menjual barang lokal? Anda takut bersaing? Tidak. Kami memiliki cara menarik konsumen yang hebat. Kami mengenali betul profil konsumen. Kami mempunyai organisasi yang mempelajari dan mendata mereka satu per satu untuk menciptakan konsumen yang loyal dan fanatik, di samping menarik konsumen baru. Dengan cara itu kami mengetahui bahwa pengunjung Pasaraya rata-rata meningkat 23-30% per tahun. Tegasnya, kami memiliki fondasi yang kuat untuk bersaing dengan siapa pun, termasuk orang asing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus