Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Bell mengincar pasar Asia Tenggara setelah mengalami kejenuhan di Amerika Utara dan Eropa.
Operator helikopter di Indonesia kian ekspansif menambah armada.
Pasar helikopter didorong oleh permintaan korporat.
LEPAS landas dari Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah di Subang, Selangor, Malaysia, helikopter Bell 429 yang dikemudikan Kapten Seam Mah meluncur ke arah Batu Caves yang berjarak sekitar 18,7 kilometer. Tak sampai sepuluh menit, patung Dewa Murugan yang menjadi ciri destinasi wisata di Selangor tersebut sudah terlihat dari sisi kiri jendela penumpang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lima menit setelahnya, helikopter yang bisa mengangkut paling banyak tujuh penumpang itu sudah berada di dekat Menara Kembar Petronas yang berada di pusat Kota Kuala Lumpur. Berputar sebentar di sekitar Kuala Lumpur City Center, wahana terbang berkecepatan maksimum 287 kilometer per jam itu pun melesat kembali ke arah Bandara Subang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara keseluruhan, perjalanan Selangor-Kuala Lumpur menggunakan helikopter buatan perusahaan asal Amerika Serikat, Bell Textron Inc, itu menghabiskan waktu tak sampai setengah jam. “Itu kelebihan helikopter jika dibandingkan dengan moda angkutan lain,” kata Seam kepada Tempo di Selangor, 8 Agustus 2024. Pilot yang mengantongi 8.000 jam terbang ini biasa mengantar calon konsumen yang hendak menjajal helikopter Bell di sekitar Kuala Lumpur.
Hari itu, Seam membawa Tempo terbang dengan helikopter Bell 429 seri desainer. Helikopter tersebut memiliki kabin yang bisa dirancang sesuai dengan pesanan pembeli. Dalam sekali terbang, Bell 429 bisa menempuh jarak maksimal 779 kilometer dan memuat beban paling berat 1.150 kilogram dalam kondisi standar.
Bell 429 bersaing di pasar helikopter utilitas ringan dengan beberapa merek lain, seperti Airbus H145. Helikopter buatan perusahaan Prancis, Airbus Helicopters SAS, ini memiliki kecepatan terbang 241 kilometer per jam dengan jarak tempuh maksimal 650 kilometer dan daya angkut maksimal 1.905 kilogram.
Di Indonesia, dua helikopter itu dipakai untuk berbagai fungsi. Selain digunakan untuk mengantar para eksekutif perusahaan, helikopter ini dipakai oleh instansi militer dan kepolisian, juga dalam misi penyelamatan dan pencarian.
Di segmen penerbangan sipil, menurut Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association Bayu Sutanto, helikopter dipakai untuk mendukung bisnis pertambangan, perkebunan, hingga minyak dan gas bumi. Namun penggunaannya terbatas karena biaya operasinya lebih tinggi ketimbang pesawat bersayap tetap atau fixed-wing. “Keunggulannya, helikopter bisa terbang dan mendarat di mana saja, tidak membutuhkan fasilitas sebesar pesawat fixed-wing.”
•••
KETIKA Eropa dan Amerika Utara menjadi pasar yang jenuh untuk helikopter, perusahaan seperti Bell dan Airbus mulai mengincar kawasan negara berkembang seperti Asia Tenggara. Managing Director Bell Asia Pacific Sameer Rehman mengatakan helikopter bisa mengisi kebutuhan pariwisata, transportasi korporat, hingga layanan publik. “Wilayah ini memiliki potensi permintaan yang besar,” katanya kepada Tempo pada 19 Agustus 2024.
Dari semua negara di Asia Tenggara, Rehman melihat Indonesia sebagai pasar terpenting lantaran kondisi geografisnya cocok untuk helikopter. Dia memperkirakan jumlah permintaan helikopter akan terus bertambah di Indonesia, baik untuk keperluan angkutan orang maupun logistik. Rehman juga melihat dalam beberapa tahun terakhir pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur serta industri di berbagai wilayah, yang akan memicu kebutuhan akan angkutan cepat seperti helikopter.
Managing Director Bell Asia-Pasifik, Sameer Rehman. Dokumentasi Bell.
Masa keberadaan Bell di Indonesia sudah mencapai lima dekade dengan total helikopter yang aktif beroperasi 110 unit. Pengiriman teranyar antara lain Bell 429 seri desainer untuk salah satu perusahaan swasta pada awal tahun ini. Perusahaan ini juga mengantarkan tiga Bell 505 untuk Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut serta sembilan Bell 412EPI untuk TNI Angkatan Darat.
Salah satu maskapai penerbangan yang mengoperasikan helikopter Bell adalah Whitesky Aviation. Dalam situs webnya, operator taksi udara dengan jenama Helicity ini mengoperasikan Bell 429 dan Bell 505. Helicity yang berbasis di Jakarta juga memiliki Airbus ACH135 dan Airbus ACH145. Tahun ini, Helicity menyiapkan modal US$ 24 juta atau Rp 373 miliar untuk membeli empat helikopter baru sehingga armadanya terdiri atas 16 unit.
Kepada Tempo, Direktur Utama Whitesky Aviation Denon Prawiraatmadja mengatakan pengembangan armada sejalan dengan tumbuhnya jumlah permintaan layanan helikopter sebagai "taksi terbang" di Indonesia. “Dulu banyak yang tidak tahu,” tuturnya. Helicity menyediakan jasa helikopter untuk rute tertentu dengan harga bervariasi. Sebagai contoh, ongkos rute Jakarta-Bandung Rp 28 juta untuk empat orang. Helicity bekerja sama dengan setidaknya 172 mitra penyedia helipad.
Selain menyewakan helikopter kepada konsumen individu, Denon mengatakan Whitesky menjalankan bisnis jual-beli helikopter baru dan bekas, carter, serta perawatan. Dia meyakini angka penggunaan helikopter bakal kian tinggi di Indonesia. Sebagai gambaran, Denon menjelaskan, saat ini jumlah helikopter di Indonesia masih sedikit jika dibandingkan dengan di Malaysia yang bisa mencapai 600 unit, Australia (2.000), dan Jepang (1.000).
Selain Whitesky, perusahaan yang bergerak dalam bisnis helikopter adalah PT Jaya Trishindo Tbk. Tahun ini, emiten Bursa Efek Indonesia dengan kode HELI ini akan menambah satu-dua helikopter. Pada 2023, HELI mengoperasikan enam helikopter dan satu pesawat Cessna. Tahun lalu, HELI membukukan laba bersih Rp 600 juta seiring dengan meningkatnya pendapatan, dari Rp 44,56 miliar pada 2022 menjadi Rp 69,08 miliar. “Lonjakan pendapatan berasal dari sejumlah kontrak baru,” ucap Direktur Utama HELI Edwin Widjaja seperti dilansir Kantor Berita Antara pada 21 Maret 2024.
Kontrak baru yang dikantongi HELI antara lain berasal dari perusahaan pemegang konsesi kehutanan. Mereka memerlukan helikopter untuk menangani kebakaran hutan. Klien lain adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Lembaga ini menyewa helikopter tahun lalu untuk program penanggulangan bencana. Sepanjang 2023, HELI menjaring 12 klien baru, dua kali lipat jumlah klien pada 2022.
Konsultan penerbangan Gerry Soejatman mengatakan perkembangan penggunaan helikopter bergantung pada arah kebijakan dan pertumbuhan ekosistemnya. “Sekarang masih minim karena ekosistem dan regulasi lebih mengarah pada maskapai penerbangan berjadwal,” ujarnya. Meskipun fleksibel, kapasitas angkut helikopter pun di bawah pesawat fixed-wing sehingga pasarnya terbatas pada kelas carter eksekutif.
Kendati demikian, Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia Alvin Lie mengatakan helikopter memiliki pasar prospektif, yaitu perusahaan di bidang pertambangan dan perkebunan untuk mengangkut peralatan dan pekerja ke daerah yang tidak dapat dilalui sarana transportasi darat.
Konsultan senior Supply Chain Indonesia, Joni Gusmali, mengatakan peluang perluasan penggunaan helikopter di dalam negeri masih sangat besar, terutama untuk kebutuhan pengantaran logistik. Masalahnya, dia menambahkan, pasar layanan helikopter masih menghadapi tantangan seperti pengembangan infrastruktur helipad dan fasilitas perawatan yang terbatas. Karena itu, saat ini berkembang angkutan lain, seperti heli-drone atau helikopter nirawak.
Joni yakin keberadaan heli-drone menjadi peluang baru bagi operator helikopter. Sebagai gambaran, dia menjelaskan, nilai pasar drone kargo dunia diperkirakan tumbuh dari US$ 534 juta pada 2022 menjadi US$ 17,9 miliar pada 2030. Pertumbuhan ini berhubungan dengan peningkatan angka permintaan pengiriman tepat waktu serta ke lokasi darurat. Selain itu, pertumbuhan akan terjadi seiring dengan perubahan regulasi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Caesar Akbar di Selangor dan Kuala Lumpur serta Joniansyah Hardjono di Tangerang berkontribusi pada artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Adu Banter Maskapai Helikopter".