GENTING rumah sepanjang jalan Jakarta-Surabaya banyak yang tampak berlumut. "Kalau saya bisa menggantikannya sebagian kecil saja, wah . . . sudah untung besar," kata Darmawan Utomo, Direktur Utama PT Utomo Deck Metal Works, Surabaya. Ingat akan peluang bisnis yang dilihatnya di perjalanan tadi, Utomo mulai memproduksi genting baja, belum lama ini. "Ini yang pertama di Indonesia," kata Utomo, bernada promosi. Sebelumnya, ia pernah melihat genting baja dibuat di Jepang, dengan lisensi dari Selandia Baru. Daripada susah-susah cari lisensi, dan agar tidak perlu mernbayar royalti, maka PT Utomo Deck merancang sendiri genting tersebut. Hasilnya adalah rangkaian genting menjadi satu, dalam bentuk lembaran-lembaran besar. Utomo memang tidak membuat genting per biji. "Kalau lembaran, memasangnya lebih mudah," katanya. Tapi sebenarnya ada alasan lain yang menjadi pertimbangan. Utomo Deck, yang berdiri tahun lalu di kawasan industri Rungkut, Surabaya, adalah pabrik deck - pelat baja berwarna - yang biasa dipakai untuk atap atau listplank. Dari deck bikinan sendiri tersebut, Utomo mengembangkannya menjadi genting baja yang kini ditawarkan pada konsumen. Bahannya adalah pelat baja galvanis, setebal 0,18 mm hingga 0,5 mm. pelat diproses, direndam dalam serangkaian larutan kimia. Di antaranya dengan memakai larutan zincphosphat untuk meniadakan karat. Setelah bebas dari minyak dan bahan kimia lain, pelat dicat. Setiap lapis pengecatan, diikuti dengan pemanasan dengan suhu mencapai 270 derajat Celsius, sampai keadaan cat benar-benar mantap. Pelat berwarna lalu ditekan dengan mesin pres sehingga membentuk gelombang dengan pola tertentu. Dan, itulah deck. Melalui sejumlah uji coba, dan memanfaatkan mesin tekuk yang sama, bentuk pelat gelombang itu ternyata dapat dikembangkan. Setiap panjang pelat 25 cm, ditekuk vertikal 2,5 cm, dan dilipat lagi 25 cm, berulang-ulang, membentuk trap-trap genting. Selembar baja yang terdiri dari tiga lapis genting vertikal dan empat deret genting mendatar sebanding dengan 12 genting yang masing-masing berukuran 17 x 25 cm - dilempar ke pasaran dengan harga Rp 1.900 sampai Rp 4.625 tergantung ketebalannya. Selain ukuran itu, Utomo juga menerima pesanan ukuran berapa pun - tanpa sambungan - dengan 20 warna pilihan. Ada beberapa keuntungan, menurut Utomo, dengan memakai atap jenis ini. Dibanding genting beton atau keramik, baja tipis ini lebih ringan. "Beratnya hanya sepersepuluh genting biasa," kata Utomo. Atap ini tak banyak memerlukan kayu reng untuk menopangnya. Sedang kemiringan pemasangan, hanya perlu lima derajat untuk bisa mengalirkan air dengan lancar. Tak panas? Bila dibanding asbes, bahan ini akan menyerap panas lebih dahulu. "Tapi 'kan juga lebih cepat dingin," kata Utomo. Cat acrlic, yang dipakai untuk pewarnaan, disebutnya telah mengurangi sejumlah panas yang diterima. Andai kata konsumen kurang yakin tentang ini, Utomo menawarkan pelapisan aluminium foil sebagai isolasi panas di bawah genting baja ini. Kalau hujan, . . . nah ini baru ada sedikit masalah. Bocor? Tentu tidak. Tapi titik-titik air akan menyebabkan bunyi - walaupun tidak seramai pada atap seng biasa - yang agaknya perlu diredam dengan plafon. Dengan jumlah karyawan 80 orang, dan dengan kapasitas produksi 6.000 ton baja setahun - termasuk deck - PT Utomo Deck Metal Works mengincar rumah tangga sebagai pasar produksinya. Pokoknya, atap ini dijamin tidak berlumut. Zaim Uchrowi & Yopie Hidayat (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini