USAHA pemerintah Filipina menunda utang luar negerinya, dan sekaligus membuat perjanjian utang baru sebesar US$ 925 juta, gagal lagi. Di New York, pekan lalu, menurut rencana, akan ditandatangani perjanjian penundaan utang dan pinjaman baru dari sekitar 400 bank komersial. Tapi rencana itu diblokir bank Arab Saudi, National Commercial, yang berpusat di Jeddah. Bank National Commercial itu diberitakan membiayai pengadaan minyak bagi Filipina sebesar US$ 80 juta. Tapi kredit itu tak pernah dicicil Filipina. "Tak satu negara pun, betapa miskinnya mereka, pernah lalai membayar minyak," kata Mohammed Hayel Othman, manajer wilayah Eropa dan Asia Timur dari National Commercial Bank. Penolakan bank Arab Saudi itu, menurut seorang bankir sebagaimana dikutip koran Asian Wall Street Journal, bisa menggagalkan rencana pinjaman baru Filipina, yang sudah diusahakan lama. Enam belas bulan silam, usaha penandatanganan serupa juga gagal, akibat kekeruhan politik di Filipina, yang diperhitungkan bisa membawa krisis perekonomian negeri itu. Akhir 1983, negosiasi dengan bank-bank asing juga gagal, setelah Bank Sentral Filipina diketahui melebih-lebihkan cadangan devisanya sampai US$ 600 juta. Baru Oktober lalu, International Monetary Fund (IMF) setuju untuk rencana bantuan pinjaman US$ 630 juta. Namun, pemblokiran National Commercial Bank bisa mementahkan lagi rencana itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini