MAHALNYA tarif angkutan laut (freight) kembali dikeluhkan para eksportir, dalam pertemuan Bengkel Kerja Peningkatan Pemakai Jasa Angkutan Laut di Medan, belum lama ini. Kata mereka, secara pukul rata biaya angkutan dari Belawan lebih mahal 30%-70% dibandingkan ongkos pengapalan dari Manila dan Port Kelang (Kuala Lumpur). Untuk mengapalkan muatan kerajinan dari rotan, misalnya, seorang eksportir harus membayar bea tambang US$ 2.100 dari Medan untuk tujuan Eropa Barat. Tapi, jika dilakukan dari Manila hanya perlu membayar US$ 1.250 untuk peti kemas dengan volume 108 meter kubik. Karena merasa kewalahan membayar bea tambang, para eksportir belakangan lebih suka bicara hanya sampai di atas kapal (fob). Tapi, tentu, penjualan semacam ini hanya akan menambah ongkos pihak pembeli. Kenyataan seperti ity akhirnya mendorong pihak pembeli menggunakan armada angkutan negaranya sendiri untuk membawa mata dagangan tadi. Sejumlah eksportir, karena terpaksa, sering juga melakukan pengapalan diam-diam dari Singapura, sekalipun sudah dilarang. Akibatnya, jumlah devisa yang masuk ke perusahaan pelayaran asing tetap saja makin bertumpuk. Tahun lalu, menurut taksiran, jumlah devisa yang disetor para eksportir ini mencapai tidak kurang dari US$ 2,5 milyar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini