Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Indonesia dan Cina akan memperkuat kerja sama di bidang ekonomi selama pandemi hingga pasca-pandemi, termasuk di sektor perdagangan. Niat kedua negara tersebut tercetus dalam pertemuan bilateral yang berlangsung di Sanya, Cina, 20 Agustus 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebagai informasi, angka ekspor Indonesia ke RRT (Cina) meningkat 11,74 persen pada semester I 2020 dari US$ 12,32 miliar menjadi US$ 13,77 miliar ketimbang 2019,” kata Retno dalam konferensi virtual, Kamis petang, 20 Agustus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di saat yang sama, Retno mengatakan impor Indonesia terhadap komoditas Cina menurun sebesar 11,86 persen. Dengan kondisi ini, neraca defisit perdagangan Indonesia dapat ditekan sampai 46,08 persen. Retno menjelaskan, dari waktu ke watu, negara terus berupaya untuk mempersempit celah defisit dengan meningkatkan potensi ekspor.
Dalam pertemuan bilateral, tutur Retno, Indonesia berupaya mengatasi hambatan perdagangan dan terbukanya pasar Cina bagi produk indonesia. Adapun di sisi lain, yakni investasi, Retno menerangkan, Negeri Tirai Bambu menempati negara kedua yang menanamkan modal terbesarnya di Indonesia setelah Singapura. Pada paruh pertama tahun ini, investasi Cina meningkat 9 persen dari US$ 2,2 miliar menjadi US$ 2,4 miliar.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan persamuhan Indonesia dan cina juga membicarakan soal infrastruktur logistik untuk mendukung perekonomian. “Kami di BUMN ingin melakukan transofrmasi di sektor logistik agar semakin kompetitif,” ujarnya.
Infrastruktur yang dimaksud bukan bukan hanya menyoal penyediaan kereta api, jalan tol, dan pelabuhan. Namun, ia menginginkan adanya reformasi digitalisasi logistik dalam skala yang lebih besar.