Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tawaran Kredit Tanpa Agunan (KTA) kerap kali disampaikan pihak perbankan, baik lewat pembagian brosur hingga telemarketing. Tak jarang, nasabah langsung memutuskan untuk menggunakan KTA tanpa pertimbangan yang matang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi anda yang ingin menggunakan KTA, barangkali bisa menyimak beberapa saran dari para pakar keuangan berikut. Financial Trainer dari QM Financial, Ligwina Hananto, menyebut masalah terbesar dari nasabah selama ini adalah terkait penggunaan KTA. "Biasanya menjadi kredit konsumtif," katanya melalui pesan singkat kepada Tempo di Jakarta, Minggu, 7 Januari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengaku tidak melihat kegunaan KTA untuk keperluan konsumtif sebagai sesuatu yang positif. Namun jika akhirnya terpaksa, ujarnya, nasabah harus memastikan jika mereka sudah memiliki alokasi dana untuk membayar bunga KTA. "Prinsip KTA itu
tanpa agunan, periode pendek, jadi dapat dipastikan berbunga tinggi," tuturnya.
Ligwina menyebut salah satu penggunaan KTA yang kurang tepat adalah pada pembelian furnitur rumah maupun liburan. Pengunaan KTA untuk membayar utang, katanya, juga kurang tepat. "Kalau mau ambil KTA untuk bayar utang, coba hitung kembali masuk apa gak ?"
Menurut dia, KTA akhirnya lebih sesuai digunakan oleh pemilik bisnis kecil yang belum memiliki agunan, namun butuh dana segar dalam waktu cepat. Namun, penggunaannya tetap memiliki resiko. "Menyebabkan cashflow berhadapan dengan beban cicilan yang besar," kata Ligwina.
Ligwina menambahkan, prinsip perencanaan keuangan untuk kredit sebaiknya mempertimbangkan sejumlah aspek. Salah satunya yaitu periode penggunaan yang harus lebih lama daripada periode kredit. Cicilan Kredit Tanpa Agunan pun, ujarnya, maksimal 30 persen dari penghasilan rutin. "Dengan begitu seseorang tidak hidup dari gaji ke gaji untuk bayar utang saja," ucapnya.