Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah penderita flu singapura meningkat akhir-akhir ini. Sampai akhir Maret 2024, sudah lebih dari 5 ribu pasien terinfeksi penyakit akibat virus yang biasa disebut Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter spesialis paru Rumah Sakit Penyakit Infeksius Sulianti Saroso, dr. Pompini A Sitompul, mengatakan terdapat perbedaan antara flu singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kaki (HFMD) dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.
"Jadi sama-sama ada demam, nyeri tenggorok, mungkin lemas. Tetapi kalau pada flu seasonal atau flu musiman itu disertai dengan batuk. Dan biasanya batuknya kering, badannya sakit-sakit. Itu yang membedakannya," ujar Pompini dalam siaran Kementerian Kesehatan "Flu Singapura vs Flu Musiman" yang disiarkan di Jakarta, Rabu, 3 April 2024.
Dia mengatakan, virus yang menyebabkan kedua penyakit itu pun berbeda. Menurut dia, flu singapura disebabkan oleh Coxsackievirus A16 dan Entrovirus A71.
Virus-virus tersebut, katanya, dapat menyebabkan kejadian luar biasa di sejumlah negara. Di negara-negara Asia Pasifik, katanya, kejadian luar biasa disebabkan oleh Entrovirus A71, sedangkan di Eropa dan Amerika Serikat disebabkan oleh Coxsackievirus A16.
Menurut dia, virus itu paling sering menyerang bayi dan anak-anak, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Adapun untuk penularannya adalah melalui kontak langsung dari orang yang sakit ke orang lain, misalnya lewat air liur, atau kontak dengan benda yang terkontaminasi.
"Yang terkontaminasi, seperti mainan anak-anak, alat makan, makanan. Kalau kita kontak dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi, kemudian kita tangan tidak cuci tangan, memegang hidung, itu akhirnya akan mudah masuk ke dalam tubuh kita," katanya.
Flu singapura memiliki pola musiman sesuai dengan kondisi iklim setiap negara. Pada sejumlah negara seperti Australia, Amerika Serikat, Hong Kong, Cina, dan Taiwan, penyakit itu muncul pada musim-musim dengan temperatur yang hangat.
"Kalau untuk negara-negara yang mempunyai iklim hangat sepanjang tahun, maka penularan ini bisa terjadi juga sepanjang tahun. Contohnya di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam," katanya.
Dia menjelaskan, anak-anak memiliki risiko terkena penyakit tersebut karena kebersihannya kurang. Selain itu, anak-anak di tempat penitipan anak juga berisiko. Meski tidak terlihat sakit, katanya, mereka dapat membawa virus tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis anak dari RSPI dr. Nuraliza menjelaskan bahwa pada flu singapura muncul lesi berupa bintil-bintil berisi air di tubuh, contohnya di tangan, kaki, bahkan dalam mulut, yang menyebabkan sariawan sehingga menimbulkan rasa sakit saat menelan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter spesialis anak Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo Sp.A(K) mengatakan flu singapura berbeda dengan sariawan biasa meskipun sama-sama menyebabkan lesi di mulut.
“Sariawan biasa hanya di mulut, wujudnya hampir sama, maka kadang-kadang orang tua ke dokter anaknya nggak mau makan pas dilihat karena ada lesinya di mulutnya,” kata Edi dalam diskusi daring, Selasa, 2 April 2024.
Lesi di mulut pada HFMD sama seperti sariawan yang juga dapat menyebabkan anak malas makan dan kesulitan menelan. Lesi dan lentingan juga bisa muncul di sekitar mulut bagian luar dan bibir.
Selain sariawan, penyakit lain yang juga kerap disamakan dengan Flu Singapura adalah cacar air dan campak. Namun Edi menegaskan bahwa keduanya berbeda dengan Flu Singapura dilihat dari lokasi munculnya lesi.
“Cacar air, lesinya di badan baru keluar, lesi lentingan tepi kulitnya merah kalau Flu Singapura tidak, dari lokasinya Flu Singapura paling sering di telapak kaki, telapak tangan dan mulut, kalau cacar jarang di telapak tangan,” katanya.
Meskipun tergolong penyakit ringan yang bisa sembuh dalam tujuh hari, Edi mengharapkan orang tua bisa mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Flu Singapura semakin banyak dengan mengisolasi anak jika demam dan muncul bintik merah pada telapak kaki, tangan dan mulut.
“Kalau anak kena Flu Singapura di isolasi dan cegah kontak dengan anak lain karena ini menular, masa infeksius 3-5 hari, 7 hari dia sudah tidak menular walaupun lesinya dalam tahap penyembuhan tapi tidak menular,” kata Edi.
ANTARA