JALUR gemuk Jakarta-Surabaya, yang selama ini diarungi oleh Garuda, sejak Jumat pekan lalu dimasuki oleh Sempati Air. Diperkuat empat pesawat Fokker-100, Sempati tampaknya serius dengan slogan yang berbunyi "We mean business". Untuk itu, pada pendaratan perdana di Bandara Juanda, Gubernur Jawa Timur Soelarso ikut menyambut. Yang turun dari pesawat antara lain Komisaris PT Sempati Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, Dirjen Pariwisata Joop Ave, para pimpinan Sempati, dan sepuluh anggota DPR Komisi V. Jalur Jakarta-Surabaya memang menggemaskan, saking gemuknya. Garuda, yang sejak bulan ini menambah frekuensinya dari 12 kali menjadi 14 kali sehari, tetap saja kebanjiran penumpang. "Rata-rata terisi 70%," kata Direktur Operasi Garuda Soenaryo. Padahal, pesawat yang dikerahkan sudah menggunakan Boeing 737 (12 kali) dan Airbus 300 (2 kali). Maka, kompetisi pelayanan udara jadi semakin meriah. "Itu tidak apa-apa. Di bawah iklim deregulasi, persaingan sehat itu perlu," kata Soenaryo. Jawa Timur, dengan pintu utama kegiatan bisnis Surabaya, memang berkembang pesat. Laju pertumbuhannya 7%. Tahun lalu, nilai ekspor dari provinsi itu mencapai ~US$ 1,1 milyar atau meningkat sekitar 31,6% dibandingkan tahun sebelumnya (1988). Bahkan Surabaya, menurut Gubernur Soelarso, sudah disiapkan untup menjadi top cen~ter bagi penerbangan internasional jarak pendek. Wajarlah jika Presiden Direktur Sempati, Hasan M. Soedjono, memperkirakan bahwa penerbangan dua kali sehari yang sekarang bisa ditambah menjadi empat kali. Itu bila pesanan tiga pesawat F 100 sudah terpenuhi pada 1994 nanti. Soedjono berpendapat, di kota bisnis seperti Surabaya, sudah waktunya ada penerbangan setiap setengah jam. Sempati, yang akan meningkatkan pelayanan berupa check in di tengah kota 30 menit sebelum pesawat lepas landas, kali ini menerbangi Jakarta-Surabaya dengan kelas gold (Rp 173.375) dan silver (Rp 140.550). Kata Soedjono, penerbangan jalur gemuk memang perlu untuk memperoleh dana lebih, demi mengembalikan investasi, terutama ketika harus menyediakan pesawat-pesawat baru. "Kalau investasi yang kami keluarkan untuk pesawat lama, jalur Jakarta-Banjarmasin-Balikpapan sudah cukup," tuturnya tegas. Lain halnya pesawat F 100 yang harganya US$ 30 juta (termasuk perawatan). Dengan dalih ini, pihak Sempati membantah bahwa jalur gemu~k yang diperoleh nya itu merupakan kemudahan yang berlebihan. Apalagi, menurut Soedjono, Sempati juga menerbangi rute kurus seperti Jakarta-Tanjungpinang-Pekanbaru-Tanjungpinang-Jakarta (enam kali sepekan, menggunakan F 27) atau Jakarta-Pontianak pp (setiap hari, dengan F 27). Bahkan Tommy Soeharto terdengar berucap, "Kami masuk ke jalur ramai karena ingin mengatasi problem luapan penumpang." Kabarnya, ia juga akan membeli pesawat N-250 produksi IPTN untuk penerbangan rintisan jarak pendek seperti Yogya-Malang, yang selama ini belum tergarap. Dengan kelincahan seorang anak muda, Sempati yang kini memasuki usia dewasa (berdiri 22 tahun lalu) tentu bisa dengan cepat berjaya di udara. ~~~~~~~MC Sri Indrayati, Jalil Hakim, dan Biro Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini