Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MatahariMall.COM belum menjajakan dagangan apa pun. Meski produk yang ditawarkan masih nihil, situs belanja online milik Grup Lippo yang diluncurkan akhir Februari lalu itu berani mengklaim: e-commerce nomor satu segera hadir di Indonesia. Jumlah produk yang akan digelar lebih dari 500 ribu.
Beragam logo anak usaha Lippo, semisal Matahari Department Store dan Cinemaxx, dipampangkan di situs itu buat membetot minat konsumen. Hasilnya, MatahariMall telah mendapat ribuan calon pembeli. Banyak pengunjung situs belanja itu kesengsem karena mendapat voucher Rp 50 ribu setelah mendaftarkan e-mail dan mengisi data diri di laman depan. "Voucher itu bisa segera digunakan karena situs belanja ini akan segera beroperasi dalam satu bulan," kata Timothius Martin, Kepala Marketing MatahariMall, Kamis pekan lalu.
Klaim lebih bombastis sebelumnya disampaikan sang juragan. "Situs belanja online ini akan menjadi Alibaba versi Indonesia," ujar John Riady, salah satu generasi ketiga keluarga Riady di Grup Lippo. John merujuk pada raksasa retail online dari Cina yang September tahun lalu sukses meraup lebih dari US$ 25 miliar atau sekitar Rp 325 triliun ketika melepas saham perdananya.
Masuknya raksasa retail konvensional ke ranah maya ini semakin meramaikan pertarungan melawan lapak-lapak online, yang banyak dihuni pemain baru. Para pelaku anyar itu umumnya kecil-kecil, meski ada pula yang mulai disokong bohir besar, seperti Lazada dan Tokopedia. Serbuan para juragan retail ini juga dianggap menjadi bentuk pertahanan untuk melindungi pasar mereka dari gerusan pengecer online.
Demi merebut pasar online, Grup Lippo tak mau setengah hati. Mereka berikhtiar menyuntikkan modal US$ 500 juta atau sekitar Rp 6,5 triliun selama tiga tahun ke depan. Perusahaan yang dirintis konglomerat Mochtar Riady ini berharap MatahariMall bisa menyumbang 20 persen target penjualan divisi retail Grup Lippo, yang nilainya US$ 25 miliar selama lima tahun ke depan. Saat ini divisi retail Lippo memiliki pendapatan lebih dari Rp 60 triliun per tahun. Divisi ini juga konsisten tumbuh lebih dari 20 persen setiap tahun.
Yang membedakan situs belanja online ini dengan toko sejenis: MatahariMall akan menawarkan layanan O2O (Online-to-Offline), yang memungkinkan para pelanggan membayar, mengambil, dan mengembalikan produk di 131 cabang Matahari Department Store di seluruh Indonesia.
John, yang merupakan anak tertua James Riady, yakin saat ini merupakan momen yang tepat bagi Lippo untuk merambah pasar di jaringan dunia maya. Penetrasi Internet Indonesia akan melebihi 30 persen tahun ini. Sedangkan ceruk pasar retail online baru 0,7 persen dari total penjualan retail konvensional. Pasar retail online ini bisa tumbuh sepuluh kali lipat dalam lima tahun ke depan.
Lippo bukan satu-satunya perusahaan pengecer konvensional yang merangsek masuk ke pasar maya. Mengusung sistem Click & Drive (berbelanja online dan jemput langsung barangnya), Carrefour mengembangkan layanan sejenis sejak 2012, saat masih di bawah bendera PT?Carrefour?Indonesia. Layanan yang sempat berhenti sejak November 2014 itu, kata Head of Public Affair Carrefour Satria Hamid Ahmadi, akan kembali beroperasi pada semester kedua tahun ini. Sejak diakuisisi Trans Corp, perusahaan itu kini bernama PT Carrefour Trans Retail.
Rencananya, Carrefour akan melengkapi bisnis online mereka dengan layanan pengiriman ke rumah. Trans Corp juga hendak mengintegrasikan layanan tersebut dengan anak usaha yang lain. Itu sebabnya, pelanggan dijanjikan tak hanya bisa membeli aneka barang kebutuhan pokok di situs Carrefour, tapi juga membeli produk lain dari anak usaha perusahaan milik Chairul Tanjung tersebut, misalnya tiket masuk Trans Studio.
Legitnya bisnis retail di pasar online telah dirasakan Alfamart. Beroperasi sejak dua tahun lalu, Alfaonline.com, anak usaha Alfamart, sudah memiliki lebih dari 50 ribu pelanggan terdaftar. Di antara mereka, ada 3.000-5.000 orang yang mengunjungi situs Alfaonline.com. Mereka aktif berbelanja rata-rata Rp 150 ribu per hari. Meski jumlah itu masih terbilang kecil dibanding basis pelanggan offline Alfamart yang mencapai 2,1 juta orang per hari, "Pertumbuhan pengunjung Alfaonline drastis, naik 100 persen setiap tahun," kata Kepala e-Commerce Alfaonline Haryo Suryo Putro.
Selama beroperasi, Alfaonline didukung lebih dari 10 ribu gerai jaringan Alfamart di dunia nyata. Salah satu caranya: barang pesanan diantar ke alamat pembeli dari gerai terdekat oleh pegawai Alfamart. Dengan begitu, ongkos logistik bisa ditekan. Model bisnis Alfaonline ini sudah berjalan di 13 kota, di antaranya Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bandung. Tahun ini Alfamart berencana mengembangkan model bisnis tadi di kota besar di luar Jawa.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mencatat, dari 112 perusahaan anggota, baru delapan yang sudah menjajaki bisnis online. Delapan perusahaan tersebut adalah Lippo, Carrefour, Alfamart, Electronic City, Electronic Solution, Lotte Mart, Superindo, dan Indomaret. Sisanya menggunakan dunia maya sebatas untuk promosi.
Menurut Sekretaris Jenderal Aprindo Satria Hamid Ahmadi, langkah para juragan retail menyerbu dunia maya merupakan ekspansi yang wajar. "Bukan karena retail konvensional sebagai basis bisnis utama mereka terguncang oleh pemain baru online," ucapnya. Biar bagaimanapun, kata dia, ada pengalaman belanja langsung yang tak bisa didapat saat transaksi online, misalnya dengan mencoba barang yang akan dibeli. Itu sebabnya, ia yakin bisnis retail konvensional akan terus tumbuh di Indonesia.
Pingit Aria
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo