HARIAN Le Monde, Paris, dikenal menonjol dan berpengaruh.
Ia diakui turut menentukan arah kebijaksanaan Prancis.
Belakangan ini ia sering mengritik tajam sejumlah kasus
yurisprudcnsi Prancis. Banyak keputusan pengadilan dinilainya
selalu tidak adil dan merugikan kepentingan masyarakat.
Karena diserang, Presiden Valery Giscard d'Estaing kemudian
mengecam Le Monde telah menjalankan praktek jurnalistik kejam
dan tak senonoh. Bahkan Menteri Kehakiman Alain Peyrefitte
menuduh koran itu telah "merusakkan sendi kekuasaan peradilan".
Dan ia bermaksud menyeret koran itu ke pengadilan.
Di luar dugaan, Partai Sosialis Prancis memberikan reaksi
keras, dan memperingatkan bahwa pemerintah (Prancis) kini
cenderung mengintimidasi pers. Sementara itu Jacques Fauvet,
Pemimpin Redaksi Le Monde, tetap menyatakan bahwa kritik yang
dilancarkan korannya adalah benar dan layak. Dengan nada keras,
Fauvet bahkan menuduh bahwa lembaga peradilan telah diperalat
pemerintah untuk mengancam seorang yang ingin tahu lebih banyak.
Memang Roger Delpey, 56 tahun, seorang penulis sekaligus
petualang, ditangkap polisi di depan Kedutaan Besar Lybia,
Paris, Mei lalu. Ia dituduh melakukan kegiatan subversif dan
mempunyai hubungan dengan suatu negara asing. Tapi, menurut Le
Monde, penangkapan itu terpaksa dilakukan karena pemerintah
Prancis sangat khawatir bila Delpev kelak berhubungan dengan
bekas Kaisar Jean-Bedel Bokassa lewaL Kedubes lybia. Maklum,
pers Prancis pernah menuduh Giscard D'Estaing menerima sejumlah
intan dari Bokassa.
Setelah selama enam bulan ditahan tanpa diadili dengan
dakwaan yang jelas, Delpey mendadak pekan lalu dibebaskan.
Siapakah Delpey?
Dalam wawancara, Le Monde, DelPey mengaku pernah mempunyai
hubungan baik dengan bekas Kepala Negara Afrika Tengah, Kaisar
Jean Bedel Bokassa. Keduanya berteman sejak 25 tahun lalu.
Ketika mereka masih aktif dalam ketentaraan Prancis. Sekalipun
Bokassa telah digulingkan, Delpey masih sering berkorespondensi
denganya. Lewat jasa baik Kedubes Lybia di Paris, Delpey
senantiasa mengirim surat pada Bokassa di Ivory Coast, tempat
pengasingannya kini.
Karena hubungan baik itulah, Bokassa kemudian mempercayakan
Delpey menuliskan biografinya. Untuk kepentingan penulisan
biografi tadi, Bokassa menyerahkan setumpuk dokumen. Di antara
dokumen tersebut, demikian Delpey dalam wawancara Le Monde,
terdapat suatu berkas pernyataan penyerahan sejumlah berlian
kepada Giscard d'Estaing. Dokumen inilah yang sesungguhnya
diminta polisi Prancis ketika Delpey diinterogasi dalam tahanan.
Polisi tersebut berjanji akan melepaskannya andai kata dokumen
itU diserahkannya. Tentu saja Delpey menolak.
Selama hampir sebulan lamanya, pers Prancis memuat skandal
bahwa Giscard d'Estaing pernah menerima hadiah berlian dari
Bokassa. Tapi adalah mingguan satiris Le Canard Enchaine, edisi
Oktober 19'79, yang pertama kali mengungaapkan tentang skandal
besar tadi. Menurut mingguan itu, Bokassa telah menyerahkan
segenggam berlian 30 karat bernilai US$ 240 ribu (Rp 150 juta)
kepada Giscard d'Estaing, 7 tahun silam, ketika masih menjabat
Menteri Keuangan. Sejak itu pers Prancis memberitakan skandal
tersebut dengan sebutan Giscarat.
Le Monde melaporkan bahwa Delpey juga menyebut Bokassa
menghadiahkan pula tanah perburuan 550 ribu ha di Afrika Tengah
--bebas dari beban pajak. Keluarga presiden juga diungkapkan
menerima hadiah lumayan. Delpey, yang telah mengarang 14 novel
(kebanyakan bertemakan perang), bermaksud menerbitkan dokumen
itu sebelum pemilihan presiden Prancis, Mei nanti.
Tentu saja Presiden Giscard d'Estaing sangat marah. Dengan
memuat wawancara Delpey, Le Monde secara tidak langsung menuduh
presiden itu telah menerima berlian dari Bokassa. Menteri
Kehakiman Peyrefitte menyebut tulisan itU suatu "terorisme
intelektual yang merusakkan wibawa keadilan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini