Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Karena Hadiah Untuk Presiden

Valery Giscard d'estaing, mengecam harian Le Monde, harian tersebut telah memuat tulisan bahwa presiden v.g d'estaing pernah menerima hadiah dari Bokassa, tulisan tersebut berdasarkan dokumen dari Bokassa. (md)

27 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARIAN Le Monde, Paris, dikenal menonjol dan berpengaruh. Ia diakui turut menentukan arah kebijaksanaan Prancis. Belakangan ini ia sering mengritik tajam sejumlah kasus yurisprudcnsi Prancis. Banyak keputusan pengadilan dinilainya selalu tidak adil dan merugikan kepentingan masyarakat. Karena diserang, Presiden Valery Giscard d'Estaing kemudian mengecam Le Monde telah menjalankan praktek jurnalistik kejam dan tak senonoh. Bahkan Menteri Kehakiman Alain Peyrefitte menuduh koran itu telah "merusakkan sendi kekuasaan peradilan". Dan ia bermaksud menyeret koran itu ke pengadilan. Di luar dugaan, Partai Sosialis Prancis memberikan reaksi keras, dan memperingatkan bahwa pemerintah (Prancis) kini cenderung mengintimidasi pers. Sementara itu Jacques Fauvet, Pemimpin Redaksi Le Monde, tetap menyatakan bahwa kritik yang dilancarkan korannya adalah benar dan layak. Dengan nada keras, Fauvet bahkan menuduh bahwa lembaga peradilan telah diperalat pemerintah untuk mengancam seorang yang ingin tahu lebih banyak. Memang Roger Delpey, 56 tahun, seorang penulis sekaligus petualang, ditangkap polisi di depan Kedutaan Besar Lybia, Paris, Mei lalu. Ia dituduh melakukan kegiatan subversif dan mempunyai hubungan dengan suatu negara asing. Tapi, menurut Le Monde, penangkapan itu terpaksa dilakukan karena pemerintah Prancis sangat khawatir bila Delpev kelak berhubungan dengan bekas Kaisar Jean-Bedel Bokassa lewaL Kedubes lybia. Maklum, pers Prancis pernah menuduh Giscard D'Estaing menerima sejumlah intan dari Bokassa. Setelah selama enam bulan ditahan tanpa diadili dengan dakwaan yang jelas, Delpey mendadak pekan lalu dibebaskan. Siapakah Delpey? Dalam wawancara, Le Monde, DelPey mengaku pernah mempunyai hubungan baik dengan bekas Kepala Negara Afrika Tengah, Kaisar Jean Bedel Bokassa. Keduanya berteman sejak 25 tahun lalu. Ketika mereka masih aktif dalam ketentaraan Prancis. Sekalipun Bokassa telah digulingkan, Delpey masih sering berkorespondensi denganya. Lewat jasa baik Kedubes Lybia di Paris, Delpey senantiasa mengirim surat pada Bokassa di Ivory Coast, tempat pengasingannya kini. Karena hubungan baik itulah, Bokassa kemudian mempercayakan Delpey menuliskan biografinya. Untuk kepentingan penulisan biografi tadi, Bokassa menyerahkan setumpuk dokumen. Di antara dokumen tersebut, demikian Delpey dalam wawancara Le Monde, terdapat suatu berkas pernyataan penyerahan sejumlah berlian kepada Giscard d'Estaing. Dokumen inilah yang sesungguhnya diminta polisi Prancis ketika Delpey diinterogasi dalam tahanan. Polisi tersebut berjanji akan melepaskannya andai kata dokumen itU diserahkannya. Tentu saja Delpey menolak. Selama hampir sebulan lamanya, pers Prancis memuat skandal bahwa Giscard d'Estaing pernah menerima hadiah berlian dari Bokassa. Tapi adalah mingguan satiris Le Canard Enchaine, edisi Oktober 19'79, yang pertama kali mengungaapkan tentang skandal besar tadi. Menurut mingguan itu, Bokassa telah menyerahkan segenggam berlian 30 karat bernilai US$ 240 ribu (Rp 150 juta) kepada Giscard d'Estaing, 7 tahun silam, ketika masih menjabat Menteri Keuangan. Sejak itu pers Prancis memberitakan skandal tersebut dengan sebutan Giscarat. Le Monde melaporkan bahwa Delpey juga menyebut Bokassa menghadiahkan pula tanah perburuan 550 ribu ha di Afrika Tengah --bebas dari beban pajak. Keluarga presiden juga diungkapkan menerima hadiah lumayan. Delpey, yang telah mengarang 14 novel (kebanyakan bertemakan perang), bermaksud menerbitkan dokumen itu sebelum pemilihan presiden Prancis, Mei nanti. Tentu saja Presiden Giscard d'Estaing sangat marah. Dengan memuat wawancara Delpey, Le Monde secara tidak langsung menuduh presiden itu telah menerima berlian dari Bokassa. Menteri Kehakiman Peyrefitte menyebut tulisan itU suatu "terorisme intelektual yang merusakkan wibawa keadilan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus