BARU sekitar 2 minggu setelah 7 koran Ibukota diijinkan terbit
kembali, harian Masakini Yogya mendapat giliran distop. Senin
malam 13 Pebruari jam 22.00, telepon di percetakan "Radya
Indira" jalan Brigjen Katamso, Yogya, tempat Masakini dicetak,
berdering. Perwira piket Laksusda, Lettu drs. Soemardjo
memberitahu: pembantu Laksusda DIY-Kedu Kol. M.M. Sitorus
melarang terbit sementara harian Masakini.
Tapi Masakini terbitan Senin pagi sudah terlanjur beredar.
Berita utamanya - yang menjadi dasar pertimbangan penyetopan itu
adalah pernyataan DM ITB terhadap "dukungan fisik" satuan ABRI
di kampus ITB. Berita itu sendiri bersumber dari Antara,
Jakarta.
Meski tentunya sudah tahu bahwa soal-soal yang menegangkan dunia
mahasiswa tak boleh diberitakan, tapi karena sumbernya Antara
dan dianggap sebagai berita besar, berita itu pun dimuatlah.
Hari itu tampaknya naas bagi Masakini yang dulu bernama Mercu
Suar, koran yang dikenal menyuarakan aspirasi umat Islam.
Di Jakarta, Brigjen Darjono SH, Ka Puspen Hankam menyatakan
keheranannya. Sebab nyatanya 2 koran Yogya lainnya, yaitu
Kedaulatan Rakyat dan Pelopor Yogya, tidak menyiarkan berita
tersebut. "Meskipun berita itu bersumber dari Antara dan memang
dikirim ke daerah," tambahnya.
Harian Bali Post di Denpasar nyaris senasib dengan Masakini
Berita dari Antara itu, berupa telex, diterima Minggu siang.
Pirnpinan umum BP, K. Nadha, minta agar judulnya diperlunak dan
tidak dimuat sebagai berita utama. Sorenya, sementara bagian
tatamuka menata berita tersebut, redaksi BP mendiskusikannya.
Mengelus Dada
Karena DM-SM se-Indonesia sudah dibekukan, maka disepakati
mengganti "Dewan Mahasiswa" dengan "Mahasiswa." Lalu menambah
sub judul: "laporan tim wartawan Antara." Tapi semakin malam,
keraguan semakin memuncak. Dan redaksi BP mendiskusikannya lagi.
Agar tak menjadi beban pikiran, akhirnya dicari jalan paling
gampang: mencabut berita tersebut.
"Kali ini biarlah Bali Post ketinggalan. Kita akan muat kalau
koran Jakarta juga memuat. Tak apalah terlambat sehari daripada
ambil risiko," gumam. salah seorang redaksinya. Maklum, harian
ini lagi menapak maju. Di antara koran-koran daerah, percetakan
BP yang baru saja datang dengan fasilitas PMDN dengan kredit
jutaan rupiah, termasuk modern juga.
Senin esoknya. ternyata BP tak ketinggalan. Tak satu pun koran
Jakarta memuat berita Bandung itu. Selasa sore, seluruh anggota
redaksi BP mengelus dada ketika mendengar Masakini dilarang
terbit gara-gara memuat berita ITB itu. Dan Raka Wiratma,
pimpinan redaksi BP yang baru saja kembali dari Sala mengikuti
Konker PWI menyalami mereka yang "selamat dari lubang jarum"
itu.
Itu semua ternyata lantaran kelalaian Antara. "Saya sudah
mengirim surat kepada pimpinan Antara agar lebih berhati-hati,"
kata Darjono, Ka Puspen Hankam. Dan mungkin karena dianggap
bukan kesalahan langsung dari Masakini, maka kata Darjono
lagi, "sebentar lagi saya kira Masakini juga sudah boleh
terbit."
Sumber TEMPO di Antara bercerita- Minggu malam 12 Pebruari,
koresponden Bandung mengirim berita per telex ke pusat. Berita
yang masih dalam bentuk ponds tape itu, oleh operator telex -
tanpa menunggu persetujuan dari redaksi malam --langsung dikirim
ke daerah-daerah. Padahal berita yang bertanda pro pimpinan
-yang hanya sebagai informasi buat pimpinan Antara--tidaklah
dimaksud untuk disiarkan. Waktu itu Moh. Chudori pimpinan
redaksi Antara, yang biasanya rajin meneliti apa yang akan masuk
ke buletin, kebetulan sedang di Australia, atas undangan Garuda
bersama sejumlah wartawan lain.
Kelalaian operator segera diketahui ketika koresponden Bandung
menelepon Jakarta: Laksusda Jawa Barat minta keterangan atas
pengiriman berita tersebut. Sang operator kabarnya segera
mengakui kesalahannya. Dan di Antara, kabarnya kini mulai
dilakukan tindakan ketat dalam prosedur pengiriman berita ke
daerah.
Dari kekhilafan di Antara itu bisa diketahui -- oleh para
pejabat - bahwa menyelenggarakan media seperti pers tidaklah
mudah, walaupun sudah sangat berhati-hati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini