Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Karena Kekhilafan Di Antara

Harian masakini yogyakarta terkena larangan terbit sementara, karena memberitakan dm itb terhadap 'dukungan fisik' satuan abri di kampus itb. bersumber dari antara karena kesalahan pengiriman berita. (md)

25 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU sekitar 2 minggu setelah 7 koran Ibukota diijinkan terbit kembali, harian Masakini Yogya mendapat giliran distop. Senin malam 13 Pebruari jam 22.00, telepon di percetakan "Radya Indira" jalan Brigjen Katamso, Yogya, tempat Masakini dicetak, berdering. Perwira piket Laksusda, Lettu drs. Soemardjo memberitahu: pembantu Laksusda DIY-Kedu Kol. M.M. Sitorus melarang terbit sementara harian Masakini. Tapi Masakini terbitan Senin pagi sudah terlanjur beredar. Berita utamanya - yang menjadi dasar pertimbangan penyetopan itu adalah pernyataan DM ITB terhadap "dukungan fisik" satuan ABRI di kampus ITB. Berita itu sendiri bersumber dari Antara, Jakarta. Meski tentunya sudah tahu bahwa soal-soal yang menegangkan dunia mahasiswa tak boleh diberitakan, tapi karena sumbernya Antara dan dianggap sebagai berita besar, berita itu pun dimuatlah. Hari itu tampaknya naas bagi Masakini yang dulu bernama Mercu Suar, koran yang dikenal menyuarakan aspirasi umat Islam. Di Jakarta, Brigjen Darjono SH, Ka Puspen Hankam menyatakan keheranannya. Sebab nyatanya 2 koran Yogya lainnya, yaitu Kedaulatan Rakyat dan Pelopor Yogya, tidak menyiarkan berita tersebut. "Meskipun berita itu bersumber dari Antara dan memang dikirim ke daerah," tambahnya. Harian Bali Post di Denpasar nyaris senasib dengan Masakini Berita dari Antara itu, berupa telex, diterima Minggu siang. Pirnpinan umum BP, K. Nadha, minta agar judulnya diperlunak dan tidak dimuat sebagai berita utama. Sorenya, sementara bagian tatamuka menata berita tersebut, redaksi BP mendiskusikannya. Mengelus Dada Karena DM-SM se-Indonesia sudah dibekukan, maka disepakati mengganti "Dewan Mahasiswa" dengan "Mahasiswa." Lalu menambah sub judul: "laporan tim wartawan Antara." Tapi semakin malam, keraguan semakin memuncak. Dan redaksi BP mendiskusikannya lagi. Agar tak menjadi beban pikiran, akhirnya dicari jalan paling gampang: mencabut berita tersebut. "Kali ini biarlah Bali Post ketinggalan. Kita akan muat kalau koran Jakarta juga memuat. Tak apalah terlambat sehari daripada ambil risiko," gumam. salah seorang redaksinya. Maklum, harian ini lagi menapak maju. Di antara koran-koran daerah, percetakan BP yang baru saja datang dengan fasilitas PMDN dengan kredit jutaan rupiah, termasuk modern juga. Senin esoknya. ternyata BP tak ketinggalan. Tak satu pun koran Jakarta memuat berita Bandung itu. Selasa sore, seluruh anggota redaksi BP mengelus dada ketika mendengar Masakini dilarang terbit gara-gara memuat berita ITB itu. Dan Raka Wiratma, pimpinan redaksi BP yang baru saja kembali dari Sala mengikuti Konker PWI menyalami mereka yang "selamat dari lubang jarum" itu. Itu semua ternyata lantaran kelalaian Antara. "Saya sudah mengirim surat kepada pimpinan Antara agar lebih berhati-hati," kata Darjono, Ka Puspen Hankam. Dan mungkin karena dianggap bukan kesalahan langsung dari Masakini, maka kata Darjono lagi, "sebentar lagi saya kira Masakini juga sudah boleh terbit." Sumber TEMPO di Antara bercerita- Minggu malam 12 Pebruari, koresponden Bandung mengirim berita per telex ke pusat. Berita yang masih dalam bentuk ponds tape itu, oleh operator telex - tanpa menunggu persetujuan dari redaksi malam --langsung dikirim ke daerah-daerah. Padahal berita yang bertanda pro pimpinan -yang hanya sebagai informasi buat pimpinan Antara--tidaklah dimaksud untuk disiarkan. Waktu itu Moh. Chudori pimpinan redaksi Antara, yang biasanya rajin meneliti apa yang akan masuk ke buletin, kebetulan sedang di Australia, atas undangan Garuda bersama sejumlah wartawan lain. Kelalaian operator segera diketahui ketika koresponden Bandung menelepon Jakarta: Laksusda Jawa Barat minta keterangan atas pengiriman berita tersebut. Sang operator kabarnya segera mengakui kesalahannya. Dan di Antara, kabarnya kini mulai dilakukan tindakan ketat dalam prosedur pengiriman berita ke daerah. Dari kekhilafan di Antara itu bisa diketahui -- oleh para pejabat - bahwa menyelenggarakan media seperti pers tidaklah mudah, walaupun sudah sangat berhati-hati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus