Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) menyatakan Papua sangat kaya akan sumber energi baru terbarukan atau EBT. Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis Yudo Dwinanda Priadi mengatakan hal itu membuat Papua memiliki potensi besar dalam pengembangan kawasan industri hijau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Papua punya potensi yang sangat besar bagi pengembangan green industry ke depan. Hal ini mengingat Papua punya potensi EBT 381 GW, terutama surya dan hidro yang dapat menjadi modal pengembangan green industry," ujarnya di kawasan Jakarta Pusat, Rabu 31 Mei 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kondisi ini, menurutnya, akan sangat membantu pengembangan energi ramah lingkungan di Indonesia. Terlebih seiring pertumbuhan penduduk, kebutuhan energi pun terus meningkat.
Dia berujar pada 2060 mendatang, jumlah penduduk Indonesia akan lebih dari 331 juta jiwa. Sehingga ia memperkirakan kebutuhan energi di Tanah Air akan mencapai 519 metric ton oil equivalent.
Konsumsi listrik per kapita juga akan meningkat menjadi 5.862 kwh per kapita dari tahun lalu 2022, 1.173 Kwh per kapita. Artinya, pada 2060 konsumsi listrik di Indonesia akan melonjak sekitar 5 kali lipat.
Selanjutnya: "Jumlah penduduk meningkat, jumlah KWh...."
"Jumlah penduduk meningkat, jumlah KWh per kapita juga meningkat, jadi bisa kebayang itu tantangan kelistrikan untuk mendorong pertumbuhan pembangkit," kata dia.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan bauran EBT dalam pembangkit listrik di Indonesia baru mencapai 14,11 persen pada 2022. Angka tersebut menunjukkan kenaikan tipis dari tahun sebelumnya yang mencapai 13,65 persen.
“Bauran EBT itu masih sangat kecil ya. Kebanyakan masih didominasi batu bara sebesar 67 persen,” kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Senin, 30 Januari 2023.
Dia menjelaskan kapasitas terpasang pembangkit listrik pada 2022 mencapai 81,2 GW. PLTU, kata dia, masih mendominasi dengan preentase sekitar 55 persen dari total pembangkit listrik yang ada, yakni dengan kapasitas 42,1 GW. Kemudian, pembangkit listrik tenaga gas/gas uap/mesin gas tercatat sebesar 21,61. Sedangkan pembangkit listrik EBT hanya tercatat sebesar 12,5 GW.
“Ke depan, pemerintah akan berupaya mencapai pertumbuhan kapasitas listrik terpasang sebesar 85,1 GW pada tahun ini,” ujar Arifin.
RIANI SANUSI PUTRI | RIRI RAHAYU
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini