HAJI Andi Sose telah mengucapkan selamat tinggal pada dunia usaha. Dalam usia yang belum terlalu tua (62 tahun), pengusaha pribumi terkemuka dari Ujungpandang itu melepaskan kepemilikannya atas 15 perusahaan Marannu Group. Menurut pengakuannya, ia sudah tak kuat lagi. Kesemua puteranya (12 orang) juga tak ingin berkecimpung dalam bisnis. Andi lalu mengambil keputusan yang mungkin tak akan pernah dilakukan pengusaha mana pun. Ia mengoperkan perusahaan-perusahaannya kepada orang lain. Ternyata, ada perusahaan Marannu yang mau dibeli pemerintah. Seperti dituturkan Andi Sose kepada TEMPO, 19 April lalu ia menghadap Menteri Keuangan J.B. Sumarlin untuk menawarkan hotel-hotel Marannu. "Saya mau menjual 60% saham Marannu Hotel. Pemerintah telah bersedia," ungkap Andi. "Hotel-hotel saya bagus kok. Asetnya saja bernilai Rp 60 milyar, sedangkan utang saya di bank hanya Rp 26 milyar. Saya bukan seperti konglomerat yang aset besar, tapi utangnya juga besar," tutur Andi lagi. Hotelhotel yang hendak dilepasnya terdiri dari 5 hotel di Ujungpandang dan 1 hotel di Makale (Tana Toraja). Sebuah hotel Marannu di Manado, sudah lebih dahulu dibeli pengusaha asal Minahasa. Sekadar merinci, tiga hotel Marannu berlokasi di pusat kota Ujungpandang, yakni Marannu Tower Hotel (bintang 4), Marannu City Hotel (bintang 3), dan Marannu Paviliun. Ketiga hotel itu memiliki 400 kamar dilengkapi kolam renang dan lapangan tenis. "Tingkat hunian cukup bagus. Tahun 1991 terisi rata-rata 69%," kata Betekeneng, manajer Marannu Hotel. Masih ada lagi dua hotel Marannu di Ujungpandang, masing-masing dengan 50 kamar dan 15 kamar, serta penghasilan yang lumayan. Hotel Marannu City Toraja di Makale dilengkapi kolam renang dan lapangan tenis dan tahun lalu rata-rata terisi 61%. "Saya jual bukan karena rugi. Saya tak bisa meningkatkan lagi manajemennya dan saya khawatir lima tahun lagi akan sulit bersaing dengan hotel-hotel baru," kata Andi terus terang. Pertimbangan itu pula yang menyebabkan Andi Sose menjual perusahaannya: PT Marannu Bottling Plant Company. Pabrik botol Coca Cola, Fanta, dan Sprite ini tadinya 100% milik Andi Sose. "Pabrik saya ini berkapasitas 150 botol per menit. Kini sudah dibeli perusahaan Coca Cola Amatil (Australia). Mereka mau tingkatkan menjadi 400 botol per menit. Juru bicara PT Coca Cola International di Jakarta, Janus Hutapea, membenarkan bahwa pabrik minuman milik Andi Sose kini dalam proses pengalihan saham. Namun, menurut Janus, yang membeli sebenarnya adalah PT Pan Java Bottling Company. Ini adalah perusahaan nasional yang dikendalikan Partogius Hutabarat (bos Panatraco Group). Pan Java dewasa ini memiliki pabrik Coca Cola di Semarang, Padang, dan Bandarlampung. "Sejalan dengan era globalisasi, sejak awal tahun 1992 ini Pan Java telah bekerja sama dengan Amatil mendirikan PT Coca Cola Pan Java Bottling Company. Saham terbesar (51%) dimiliki kelompok nasional, Amatil memiliki 49," ujar Janus. Perusahaan inilah yang hendak mengambil pabrik milik Andi Sose. "Negosiasinya hampir final. Oleh BKPM diharuskan selesai bulan Juni," tambah Janus. Sementara ini, Andi Sose juga sudah menjual PT Marannu Abadi, distributor sepeda motor Honda. "Hak distribusi ini saya kembalikan kepada Astra Group. Antara lain karena tak tahan menanggung biaya angkutan dan stok. Tapi, saya masih akan ikut sebagai agen penjual dengan imbalan komisi saja," tutur pendiri Marannu ini. Tentang status distributor ini, pihak Astra belum sempat diminta tanggapannya. Tahun 1988, keluarga William Soeryadjaya (bos Astra) juga sudah membantu Andi Sose dengan mengambil oper Marannu Bank, yang nyaris roboh karena dananya (Rp 15 milyar) tersangkut di Bank Pertiwi. Marannu Bank kini tergabung dalam Bank Universal (dahulu Bank Perkembangan Asia), yang sebagian besar sahamnya dimiliki keluarga Soeryadjaya. Gedung Marannu di Jalan Majapahit, Jakarta, yang dahulu merupakan aset PT Marannu Mario Insurance, kini sudah dibeli Robby Tjahyadi, tetangga Andi Sose di Menteng, Jakarta. "Gedung itu saya beli sekitar Rp 3 milyar. Akan saya jadikan restoran internasional Thailand," kata Robby, bos Kanindo Group yang senang bermobil mewah dan baju bagus. Kini tinggal tiga perusahaan lagi yang hendak dijual Andi Sose, yakni perusahaan taksi PT Morante, perusahaan asuransi Marannu Mario, dan perusahaan dagang PT Bina Raya Jaya. "Mobil taksi 200 unit saya mau jual kepada para pengemudi. Sementara itu hak operasi 300 taksi lagi, mau saya operkan kepada perusahaan lain," kata sang pemilik tanpa ragu. Dari penjualan aset serta saham tersebut, Andi Sose memperhitungkan akan menerima sekitar Rp 65 milyar. Rinciannya adalah: dana penjualan hotel (Rp 40 milyar), pabrik Coca Cola, Marannu Abadi dan Gedung Marannu (Rp 15 milyar). "Itu semua akan saya depositokan. Bunganya cukup untuk hidup serta membiayai kegiatan sosial saya," Andi bicara ringan. Ia kini akan berkonsentrasi di bidang pendidikan, antara lain Universitas '45 di Ujungpandang, pesantren Andi Liu di Enrekang dan Jawa Barat, serta rumah sakit '45 di Ujungpandang. Andi Sose adalah pensiunan Angkatan Darat (pangkat terakhir Brigjen. TNI-AD). Ia memulai kegiatan bisnis sejak memasuki masa persiapan pensiun tahun 1972. Dengan modal kredit Rp 10 juta dari BNI, ia mula-mula terjun di bisnis angkutan dalam kota (bis), lalu berekspansi ke taksi dan mikrolet, untuk kemudian berkembang ke bisnis keuangan, jasa, dan perdagangan. Max Wangkar (Jakarta) dan Waspada Santing (Ujungpandang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini