Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ketika Bunga Lupa Turun

Beberapa bank masih menaikkan suku bunga kredit kepemilikan rumah. Bergantung pada deposito mahal.

23 Februari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGELUARAN Sartika bertambah Rp 239 ribu saban bulan, mulai Januari 2009. Ini lantaran angsuran kredit kepemilikan rumah alias KPR perempuan 34 tahun itu naik. Bank CIMB Niaga, tempat ia mendapatkan pinjaman, mengerek suku bunga dari 11,9 menjadi 16,4 persen.

Ini adalah kenaikan kedua yang dialami ibu satu anak ini sejak menjadi nasabah CIMB Niaga tiga tahun lalu. Ketika akad kredit pada 2006, ia memperoleh bunga tetap 7,88 persen selama setahun. Tahun kedua, suku bunga menjadi 11,9 persen. Memasuki tahun ketiga, suku bunga yang harus ditanggungnya kembali naik.

Yang dialami Budi lebih pahit. Tagihan kredit rumahnya naik lebih dari Rp 700 ribu. Bank BNI telah memberi tahu bahwa suku bunga pinjaman naik menjadi 14,5 persen per awal 2009. Tapi ia nrimo karena baru memasuki tahun kedua. Pada tahun pertama 2008, ia telah menikmati bunga tetap 11 persen. ”Mau bagaimana lagi?” katanya.

Langkah perbankan yang masih menaikkan suku bunga kredit ini bertolak belakang dengan arah kebijakan Bank Indonesia. Sudah tiga kali, sejak Desember 2008, bank sentral menurunkan suku bunga acuan (BI Rate), dari 9,5 persen menjadi 8,25 persen pada Februari 2009. Kebijakan yang mestinya membawa angin segar bagi industri ini rupanya belum memberikan imbas positif.

Bank BTN mengakui bahwa suku bunga untuk nasabah yang kreditnya memasuki tahun kedua memang naik. Juru bicara BTN Oni Febriarto mengatakan, ini lantaran mereka telah menikmati bunga tetap pada tahun pertama. ”Pas suku bunga sedang tinggi-tingginya pada Oktober 2008, nasabah kelompok ini tidak merasakan kenaikan bunga.”

Namun Bank BTN, yang menguasai 95 persen KPR bersubsidi, sudah menurunkan suku bunga untuk nasabah baru 50 basis poin menjadi 14,5 persen. Hal yang sama dilakukan CIMB Niaga. Direktur Retail Banking CIMB Niaga Daniel James Rompas mengatakan, suku bunga KPR untuk nasabah baru sudah diturunkan secara ekstrem dari 15,5 persen menjadi 14 persen.

Bank Danamon, kata Direktur Keuangan Vera Eve Lim, juga telah mengoreksi bunga pinjaman sejak Januari. Penurunan dilakukan bertahap, sesuai dengan pergerakan BI Rate. Bank lebih agresif lagi. Menurut Wakil Direktur Utama, Jahja Setiaatmadja, suku bunga KPR telah dipangkas dari 15 menjadi 12,5 persen, dua pekan lalu.

Berbeda dengan yang lain, Bank BRI baru akan menurunkan suku bunga kredit 2-3 bulan mendatang. ”Maret sudah turun,” kata Direktur Utama Sofyan Basyir. Potensi penurunan bunganya 100 basis poin. Bank pelat merah ini tengah berancang-ancang membereskan dulu deposito berbunga mahal yang segera jatuh tempo sebagai langkah awal untuk menurunkan bunga pinjaman.

Direktur Riset HD Capital Adrian Rusmana mengatakan, sebetulnya kinerja perbankan tidak otomatis memburuk jika mereka menurunkan bunga. Keuntungan perbankan mungkin berkurang, tapi penurunan suku bunga itu justru akan meningkatkan kualitas kredit, sehingga tidak memburuk menjadi kredit seret alias non-performing loan. ”Kemampuan bayar debitor akan meningkat.”

Menurut Ketua Umum Real Estate Indonesia Teguh Satria, suku bunga kredit perumahan yang kondusif untuk industri properti adalah 10-12 persen. Angka tersebut baru bisa dicapai jika BI Rate-nya 7-8 persen. ”Itu yang kami harapkan bisa terjadi tahun ini,” kata dia.

Presiden Direktur Bakrieland Hiramsyah S. Thaib melihatnya dari sisi lain. Meskipun suku bunga masih tinggi, ia yakin industri properti bisa tumbuh 20-30 persen pada tahun krisis ini. Sebab daya beli masyarakat mulai membaik, menyusul turunnya harga bensin dan beberapa bahan pokok. ”Kalaupun daya beli tidak naik, minimal tidak turun.”

Subsidi pemerintah ke sektor perumahan yang meningkat tiga kali lipat, dari Rp 800 miliar pada 2008 menjadi 2,5 triliun, diyakini juga akan memacu pengembangan perumahan bersubsidi. Tentu saja, jika suku bunga KPR turun, penjualan perumahan pasti akan lebih besar lagi.

Retno Sulistyowati

Total Kredit Perumahan dan Apartemen

2003 Rp 30,108 triliun
2004 Rp 42,099 triliun
2005Rp 56,034 triliun
2006Rp 72,713 triliun
2007Rp 94,253 triliun

Sumber: Bank Indonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus