Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

KLHK Dorong Penambang Emas Gunakan Sianida, Bukan Lagi Merkuri

KLHK meminta penambang emas tak lagi menggunakan merkuri yang dinilai berbahaya terhadap lingkungan hidup.

17 Juni 2020 | 10.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLK) bertekad untuk memusnahkan penggunaan merkuri pada tambang emas skala kecil. Sebagai gantinya, KLHK pun mendorong penambang menggunakan teknologi yang lebih aman untuk lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dengan memanfaatkan teknologi yang terjangkau dan efektif bagi para penambang, misalnya teknik sianida," kata Direktur Jenderal Sampah, Limbah, dan B3, KLHK, Rosa Vivien Ratnawati dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, 16 Juni 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini, praktik penggunaan merkuri di tambang emas kecil masih terus berlangsung di beberapa tempat. Padahal, pelepasan merkuri ke lingkungan bisa mengancam pertumbuhan anak-anak dan kesehatan manusia.

Sekrertaris Utama BPPT Dadan Moh. Nurjaman memberi penjelasan soal teknik atau metode sianidasi ini. Dalam metode ini, sianida digunakan sebagai pelarut.

Meski sianida beracun, tetapi direkomendasikan karena lebih bisa berdampak positif jika dikelola secara bertanggung jawab. "Maka pengelolaan tailing sangat penting di dalam metode ini," kata dia.

Menurut dia, metode sianidasi merupakan cara lain untuk mengekstraksi emas yang diyakini bisa memberikan hasil yang lebih banyak, namun lebih aman terhadap lingkungan. Masalahnya, teknologi sianida ini lebih mahal dari yang ada saat ini.

Walau demikian, Dadan mengatakan teknik ini bisa lebih menguntungkan para penambang. Jika proses ekstraksi dengan merkuri menghasilkan 40 persen, maka dengan sianida bisa mencapai 90 persen. Sehingga, emas yang dihasilkan juga lebih banyak.

Meski lebih mahal, Dadan menyebut harus diperhatikan dampak lingkungannya. "Tidak bisa dibandingkan begitu saja, dampak negatif merkuri lebih mahal kalau diuangkan," kata dia.

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli menekankan bahwa teknik sianida ini memerlukan pengawasan ketat. Sehingga, kegiatan tambang bisa dilakukan dengan kaidah yang baik.

"Semua pertambangan harus menetapkan good mining practices karena menyangkut banyak hal, salah satunya lingkungan dan keselamatan kerja," kata Rizal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus