SETIAP bulan, lebih dari 25 kapal, yang bertolak dari Indonesia ke Jepang dengan muatan tak berarti, sebelum kembali harus bersaing ketat memperebutkan muatan yang hanya 98.900 ton. Menurut Muktiono Ismo, presiden direktur Karana Lines, berlebihnya penawaran ruangan kapal itu, hari-hari ini, menimbulkan perang tarif sengit di antara pelayaran nasional. "Sampai-sampai, kami kini tidak tahu lagi berapa tarif sebenarnya," ujar Muktiono, pekan lalu. Kenyataan suram semacam itulah yang kemudian mendorong Djakarta Lloyd, Samudera Indonesia, Gesuri Lloyd, Trikora Lloyd, Karana Lines, dan Admiral Lines membentuk konsorsium Djasagetrikal untuk melayani trayek Indonesia-Jepang (Asia). Hampir enam bulan lalu, di trayek Indonesia-Eropa juga didirikan konsorsium Djasagetri oleh Djakarta Lloyd, Samudera, Gesuri, dan Trikora. Tujuan keduanya sama: mengatur suplai ruangan kapal dan sekaligus mengatur muatan untuk kapal anggota. "Pembentukan konsorsium, pada prinsipnya, ditujukan untuk melenyapkan perang tarif tidak sehat itu," ujar Muktiono. Awal Juli mendatang ini, konsorsium baru itu dijadwalkan sudah akan beroperasi. Sejumlah 23 kapal, dengan bobol total 23.000 ton, bakal ditempatkan d trayek ini. Armada sebesar itu dianggap memadai, mengingat seluruh muatan dari Jepang tiap bulan kini hanya 230.000 ton, turun dari posisi tahun lalu yang 400.000 ton. Bagian perusahaan pelayaran Indonesia sendiri hanya 98.900 ton. Sedangkan sisanya, menurut perjanjian dibagi antar Toyo Senpaku Kaisha (Jepang) dan Maersk Line (AS). Lines Agency, Jepang, ditunjuk mewakili kepentingan konsorsium untuk mencari muatan dari Negeri Sakura itu. Tapi penunjukan K Line Agency itu, rupanya, menimbulkan pertanyaan Hartoto Hadikusumo, direktur utama Andhika Lines. Dia beranggapan bahwa Arya International Agency, miliknya, cukup mampu mencari dan menyuplai muatan ke anggota konsorsium. Katanya, Arya sudah secara tetap terbukti mampu menyuplai muatan dari Jepang, baik untuk kepentingan Admiral maupun Andhika, hingga kedua perusahaan itu tidak kekurangan muatan. "Kalau dikhawatirkan akan berbuat tidak adil, setiap anggota konsorsium saya persilakan menanamkan saham di Arya, dengan jumlah yang sama seperti saya," ujar Hartoto . Muktiono dari Karana, yang tampaknya jadi motor pembentukan konsorsium, tentu punya alasan sendiri. Menurut dia, K Lines hanya akan dipakai untuk menembus pemilik barang orang-orang Jepang, selama perusahaan keagenan yang akan dibentuk belum sanggup menjalankan fungsinya. Dan keagenan ini akan dimiliki bersama anggota konsorsium. "Untuk sementara, perusahaan ini nantinya akan bekerja sebagai pendamping saja," tambahnya. Pembatasan jumlah kapal di trayek itu menurut Muktiono, akan menjadi persoalan: menyebabkan sejumlah kapal harus disingkirkan. Dia tidak tahu jumlah korban itu secara persis, karena kapal yang melayani trayek ke Jepang itu serabutan. Benar tidaknya anggapan itu, tentu, bisa diperdebatkan. Yang pasti, sejak Djasagetri hanya menempatkan sembilan kapal di trayek Eropa, dengan bobot mati 16.000 sampai 17.000 ton setiap kapal, pengoperasian kapal anggota rata-rata sudah mencapai titik impas. "Pemberian potongan tarif sampai 40% pun kini sudah tidak ada iagi," ujar Karel Maliangkey, manajer umum Gesuri Lloyd. "Pendeknya, kini tidak ada lagi kompetisi tidak sehat di antara anggota." Di kedua trayek ini, dari sini kapal-kapal samudra itu biasanya membawa kayu lapis, karet, lada, kopi, dan kayu gergajian. Jumlah muatan umum itu, menurut Muktlono, setiap bulan paling banter hanya 10% dari seluruh muatan yang dari Jepang. Karena itu, tak heran, kapal-kapal yang bertolak ke Jepang sering kali disebut, "Berangkat ngosong," katanya. Sebaliknya, muatan dari Jepang, seperti peralatan elektronik, suku cadang kendaraan bermotor, dan pelbagai bahan penolong, cukup besar. Tapi, karena kapalnya banyak, tarif rata-rata muatan itu jatuh jadi US$ 50-60 per ton - sekitar 25% di bawah harga wajar. Bagaimana prospek mereka dengan konsorsium? Sofyan Affandi, direktur utama Admiral Lines, belum mau berkomentar banyak. "Seandainya nanti konsorsium tidak menguntungkan Admiral, saya akan ambil jalan kembali independen lagi," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini