DI tengah ribuan orang yang antre mendapatkan sambungan telepon di Jakarta, PT Telekomunikasi Indonesia ternyata mulai sulit mencari pasar. Di Jakarta Pusat, misalnya, untuk tahun 1993 ini Kantor Daerah Telepon (Kandatel) menargetkan pemasaran 25.000 satuan sambungan telepon (SST). Tapi, sampai Juli, yang terjual baru 5.600 SST. Tak mau rugi, G.S. Sigit Pramono, Kepala Kandatel Jakarta Pusat, segera menemukan kiat baru. Sejak pertengahan Agustus lalu ia mengoperasikan mobil unit pemasaran dengan sandi ''Darling'' (peredaran keliling). Mobil ini mendatangi rumah- rumah serta perkantoran dengan pelayanan kilat: hari ini pesan, bayar Rp 1.011.000, tiga jam kemudian sudah dapat telepon yang siap pakai. Hasilnya lumayan. Empat mobil unit yang dikerahkan dari daerah sentral telepon Cikini, Gambir Barat, Gambir Timur, dan Cempaka Putih dalam satu hari berhasil memasarkan rata-rata 8-40 SST. Selama dua pekan terjual 1.400 unit. ''Dengan jurus baru ini kami berharap bisa memasarkan 15.000 unit. Kami yakin masih ada potensi pasar yang tersembunyi,'' kata Sigit Pramono. Kepala Kantor Wilayah Telepon IV (Jakarta-Bogor-Tangerang- Bekasi), John Welly, tentu saja menyambut baik sistem Darling ini. Kiat itu bisa menetralisasi langkah ekspansi PT Telkom, yang di beberapa tempat rupanya meleset. Kawasan Tebet diduga akan segera menjadi perkantoran, tapi ternyata masih tetap kawasan perumahan. Sementara di beberapa wilayah lain kabel telepon sudah masuk, tak sedikit yang kecewa menunggu karena kabel belum juga menyentuh wilayahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini