PRAJOGO Pangestu, oleh beberapa pengamat sering disebut sebagai bayi ajaib. Dan bayi ini terbukti tumbuh dengan tangan ajaib yang penuh hoki. PT Astra International (AI), dan PT Barito Pacific Timber (BPT), dua perusahaan yang mayoritas sahamnya dikuasai Prajogo, merasakan keberuntungan ini. Begitu Prajogo membeli saham Astra, harganya bergerak naik. Kalau Anda ikut Prajogo membeli saham Astra di awal tahun ini, Anda kini mendapat keuntungan 70%, atau enam kali lipat bunga deposito berjangka setahun. Astra sendiri kini mulai bangkit setelah penjualan dan labanya tertekan tahun lalu akibat kemelut Bank Summa dan pasar otomotif yang jatuh. Dari situ ada beberapa hal yang bisa diungkapkan: nilai penjualan naik hampir 20% laba bersih melonjak 50% laba usahanya sebagai persentase penjualan naik dari 7,9% menjadi 9,8%, yang menunjukkan bahwa AI, sekalipun di tengah suasana kemelut, masih bisa memperbaiki efisiensinya. Utang jangka panjangnya turun drastis dari Rp 805 miliar menjadi Rp 497 miliar. Kombinasi faktor-faktor tersebut telah membuat posisi keuangan AI sangat kuat. Pada saat yang sama, uang tunai yang berada di tangan AI meningkat dengan Rp 270 miliar menjadi Rp 624 miliar pada akhir Juni, cukup untuk memborong semua saham Barito yang dijual di Bursa Efek Jakarta (BEJ) kalau mau. Yang membuat kejutan, membaiknya posisi keuangan AI terjadi justru pada saat penjualan otomotifnya turun. Dalam semester pertama tahun 1993 ini, AI hanya bisa menjual 21.800 unit kendaraan, atau turun 8% dari semester pertama tahun lalu. Penjualan mobil Kijang, produk utama AI, turun dari 18.900 unit menjadi 16.000 unit. Jadi, perbaikan posisi keuangannya tak berasal dari penjualan kendaraan roda empat, tapi dari produk lain. Keberuntungan BPT terjadi karena ketika BPT akan masuk bursa, sentimen investor terhadap pasar modal sudah bullish, sebagian didorong oleh prospek Astra yang makin baik, yang pergerakan harga sahamnya mempunyai bobot yang cukup besar dalam gerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Di samping itu, bunga deposito yang turun terus semakin tidak menarik lagi, hingga investor berpaling ke saham. Setelah tertekan cukup lama, nilai IHSG menembus angka 400 pekan lalu. Para investor yang harus antre membeli saham BPT sadar, saham BPT akan bisa menjadi salah satu bintang di BEJ tahun ini. Harga kayu masih kuat di pasaran internasional, setelah naik 50% enam bulan ini. Dalam kuartal pertama tahun 1993, BPT mendapat laba bersih Rp 28 miliar. Sebelumnya, laba bersih seluruh tahun 1991 hanya Rp 17,3 miliar. Dana yang diperoleh BPT dari emisi sahamnya sebagian akan digunakan untuk restrukturisasi utang-utangnya, yang berarti potensi penurunan beban bunga. Orang boleh sinis terhadap BPT dan Prajogo. Tapi analis dan investor tak bisa mengabaikan BPT, yang merupakan salah satu perusahaan kayu terbesar di dunia, yang mempunyai konsesi hutan seluas 5 juta ha, atau 10 kali luas Singapura. Nilai penjualan kayu lapis BPT 10% dari pasar kayu dunia. Perusahaan kayu raksasa di AS, seperti Georgia Pacific, konsesi hutannya hanya 2,4 juta ha. International Paper, konsesinya hanya 2,5 juta ha. Hanya Weyerhaeuser yang punya konsesi 7,9 juta ha yang mengungguli BPT. Dibandingkan harga saham raksasa-raksasa perusahaan kayu dunia, harga saham BPT jauh lebih murah. Price-earning ratio BPT atas dasar proyeksi labanya adalah sekitar 14,6 kali. Di bursa saham Wallstreet di New York, harga saham Weyerhaeuser 23 kali laba bersih, dan saham International Paper bahkan 90 kalinya. Fakta ini tampaknya diketahui benar oleh investor asing, yang ikut berebut untuk membeli saham BPT. Bagi analis memang tak sulit melakukan analisa berdasarkan rasio-rasio keuangan yang objektif, sejauh datanya tersedia. Mereka juga bisa melakukan analisa tentang prospek industri kayu. Melakukan analisa prospek makro ekonomi juga tidak sulit. Dari sini para analis bisa menentukan apakah saham perusahaan yang bersangkutan layak dibeli, atau dihindarkan karena sangat riskan. Dalam kasus BPT, variabel yang agak dominan mungkin adalah faktor ''X'', yaitu kekuatan lobi politik Prajogo. Ini bukan variabel yang kongkret yang bisa dijabarkan dalam sebuah persamaan matematis. Untuk analisa investasi, variabel Prajogo tak bisa dikuantifikasikan. Sebagai pemilik saham mayoritas Astra dan Barito, Prajogo berpengaruh besar dalam BEJ, yang mempunyai lebih dari 160 emiten. Nilai kapitalisasi Astra dan Barito di BEJ sangat dominan, dan pergerakan harga sahamnya diperkirakan mempunyai bobot timbangan 15% dalam penentuan harga IHSG. Bahwa satu pasar modal yang mempunyai lebih 160 emiten akan bisa dipengaruhi kiat seorang tokoh adalah fenomena yang luar biasa. Mereka yang antre membeli saham BPT, dalam hatinya mungkin berpikir bahwa kekuatan politik Prajogo masih bisa diandalkan. Mungkin mereka benar. Karena kalau satu saat Astra atau Barito mengalami krisis, siapa yang bisa menolong kalau bukan Prajogo? Tapi koneksi politik seperti angin. Belum ada ilmu yang bisa menebak ke mana arah angin bertiup. Analis saham profesional pun tak tahu membuat ramalan angin politik. Maka, sulit menentukan sekarang apakah bagi Astra dan Barito, koneksi politik Prajogo adalah ''asset'', atau bahkan ''liability''.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini