Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Krisis keuangan Turki sedikit banyak mempengaruhi perekonomian global termasuk Indonesia. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan salah satu cara untuk memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia yaitu dengan meningkatkan ekspor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ekspor harus ditingkatkan tapi ini bukan hal yang mudah. Tapi kalau swingnya cukup tinggi, sulit bagi pelaku usaha memprediksi neraca keuangan ke depannya," ujar dia di Menara Kadin, Jakarta, Selasa, 14 Agustus 2018.
Menurut Rosan, BI sudah melakukan langkah-langkah yang baik, namun perkiraan The Fed masih akan menaikkan suku bunga dua kali lagi dalam tahun ini. "Cost of fund kita akan naik juga," ucapnya.
Pelemahan yang menimpa mata uang Turki juga berdampak kepada Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG. Hari ini IHSG Bursa Efek Indonesia dibuka kembali melanjutkan pelemahan sebesar 10,52 poin.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Selasa, mengatakan investor masih bereaksi negatif terhadap gejolak ekonomi Turki sehingga meredam selera investasi untuk pasar negara berkembang.
"Sebagian investor masih khawatir situasi di Turki dapat berdampak pada emerging market di dunia, termasuk Indonesia," katanya. Kendati demikian, menurut dia, komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional akan meredam kekhawatiran investor dan kembali masuk ke pasar saham domestik. Apalagi harga saham saat ini relatif rendah sehingga ada potensi untuk diakumulasi.
Senada, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan faktor global dan domestic memiliki andil dalam anjloknya IHSG hari ini. Faktor global yang mempengaruhi salah satunya ialah karena krisis keuangan Turki dengan turunnya Lira hingga 40 persen year to date (ytd).
“Krisis Turki diprediksi akan menyebabkan spillover effect ke Eropa dan negara berkembang lainnya,” kata dia. Bhima menjelaskan kondisi pasar modal ikut diperparah sanksi dari Amerika Serikat berupa kenaikan bea masuk aluminium asal Turki. “Dampaknya aset emerging market agak dihindari. Investor global memborong dolar dan Treasury bond sebagai pelarian atau flight to quality ke aset yang lebih aman,” ujarnya.
ANTARA