WIWEKO, Dirut PT Garuda, kabarnya minta berhenti? Bukan sebagai
pimpinan PT penerbangan pembawa bendera flag carrier) itu. Tapi
sebagai pegawai negeri.Begitu seorang yang dekat dengan
kalangan Garuda berkata pada TEMPO akhir pekan lalu. Kalau benar
begitu, ini merupakan berita yang selain menarik, juga terasa
agak aneh. Sebab, penerbangan yang sejak 8 tahun lalu dilolanya
sampai sekarang, boleh dibilang sedang laju-lajunya. Terutama
untuk penerbangan dalam negeri. Bahkan sejak 7 Juni kemarin,
Garuda telah mengayunkan langkah maju lainnya: lin Jakarta -
Surabaya p.p. yang tadinya 8 kali sehari, sejak hari itu
ditambah lagi jadi 10 kali sehari. Penerbangan bolak-balik
sebanyak itu yang disebut "shuttle service" memang menimbulkan
reaksi protes dari biro-biro perjalanan yang tergabung dalam
ASITA. Terutama yang di Surabaya.
Biro-biro perjalanan yang sesungguhnya mengageni berbagai
penerbangan dan perjalanan di darat itu merasa dirugikan, karena
dengan servis bolak-balik itu kini para calon penumpang bisa
beli tiket langsung di lapangan terbang, tanpa harus repot-repot
berhubungan dengan biro perjalanan. Selain itu harganya juga
lebih murah: Rp 22.000 untuk seorang sekali terbang berikut satu
koli barang. Ini sudah temmasuk pungutan pajak di pelabuhan plus
asuransi. Untuk anak-anak berusia 2 sampai 12 tahun, harga tiket
Rp 12.000, sedang untuk bayi sampai bocah berumur 2 tahun
dikenakan tarif hanya Rp 3.000. Sekalipun ada ketentuan bahwa
untuk satu tambahan koli dipungut biaya tambahan Rp 3.000.
Untuk Apa Mampir?
Tapi bukan protes para agen perjalanan itu yang kabarnya membuat
dia merasa kesal. Namun menyangkut urusan penerbangan luar
negeri. Penerbangan Sabena tari Belgia yang sejak beberapa
waktu masuk ke Jakarta dari Brussels p.p. dengan mengguakan
pesawat DC-10 -- tadinya dengan Boeing 707 -- kabarnya sudah
mendapat izin untuk mengangkut lebih banyak penumpang yang ingin
ke Jakarta dari Eropa. Mulanya Sabena hanya dibolehkan membawa
paling banyak 25 penumpang plus 1 ton barang dari Eropa ke
Jakarta. Tapi setelah penerbangan Belgia itu tukar pesawat
dengan DC-10 yang punya kapasitas mengangkut 270 penumpang
(Boeing 707 cuma bisa membawa penumpang sekitar 130 penumpang),
Sabena merasa perlu membawa lebih banyak penumpang ke Jakarta
dan sebaliknya, untuk mengimbangi tempat duduk yng kini naik
lebih dari dua kali lipat.,
Permintaan Sabena, yang di Indonesia diageni oleh penerbangan
Mandala, memang bisa dimengerti. Apalagi kalau dikaitkan dengan
masih banyaknya kamar-kamar hotel yang kosong di Jakarta. Tapi
malangnya, porsi Garuda yang juga terbang ke Amsterdam dengan
DC-1O bisa berkurang karenanya. Dalam surat Menteri Perhubungan
Emil Salim kepada Dubes Belgia di Indonesia, Bob Lebacq, akhir
Maret lalu ada disebutkan bahwa Sabena harus membayar kompensasi
kepada Garuda bila mengangkut penumpang lebih dari 25 orang dan
barang lebih dari satu ton. Kecuali jika Garuda nanti mulai
singgah di Brussels dalam penerbangannya ke Amsterdam.
Penegasan Menteri Perhubungan yang maksudnya menjalankan prinsip
timbal balik bagi Indonesia itu, agaknya tak dipandang
menguntungkan bagi Garuda. "Untuk apa Garuda mampir di Belgia",
kata seorang pejabat. Bukankah jarak Amsterdam ke Brussels bisa
ditempuh kurang dari satu jam dengan mobil?". Ada benarnya
Kebolehan Sabena membawa lebih banyak orang ke Jakarta, sedikit
banyak akan mempengaruhi pendapatan Garuda yang tak lagi
bekerjasama dengan maskapai KLM dalam hal mencari penumpang.
Tapi yang agaknya paling dirisaukan adalah kalau sampai langkah
Sabena itu nantinya diikuti juga oleh penerbangan asing lain
yang singgah di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini